Rabu, 27 Juli 2022

Amalan untuk mengatasi kesulitan hidup (Alm. Syeh Ali Jaber)

Amalan untuk mengatasi kesulitan hidup ada dua, yakni solat dua rakaat sebelum tidur dan memperbanyak istigfar. Semua manusia pasti pernah menemui kesulitan dan persoalan dalam hidupnya. Allah SWT juga berfirman dalam surah Al-Anbiya': كُلُّ نَفۡسٍ ذَآٮِٕقَةُ الۡمَوۡتِ‌ؕ وَنَبۡلُوۡكُمۡ بِالشَّرِّ وَالۡخَيۡرِ فِتۡنَةً‌  ؕ وَاِلَيۡنَا تُرۡجَعُوۡنَ

Kullu nafsin zaaa'iqatul mawt; wa nabluukum bishsharri walkhairi fitnatanw wa ilainaa turja'uun 

Artinya: "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami." (QS al-Anbiya’: 35).

Ujian hidup berupa keburukan dan kebaikan untuk meningkatkan derajat di sisi Allah Swt. Yang paling penting untuk diketahui setiap orang adalah, bahwasanya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. 

Terdapat dua amalan mudah yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan hidup dan mewujudkan hajat. Pertama, lakukan salat dua rakaat sebelum tidur, salat ini bisa dihitung sebagai salat hajat atau salat sunah lainnya. "Jika sudah mengerjakan salat dua rakaat, lanjutkan dengan salat witir, karena itu lebih bagus. Lalu berbaring tidur dengan membaca doa sambil membayangkan hajat yang diinginkan," kata Ali Jaber. 

Doa Mengatasi Kesulitan Hidup Doa yang dibaca untuk mengatasi kesulitan hidup, yakni Hasbiyallaahu wa ni'mal wakiil sebanyak tiga kali, kemudian yakinlah bahwa Allah akan mengatasi masalah Anda, karena semakin tinggi keyakinan maka akan semakin cepat pula selesai masalah dan hajat yang diinginkan. Amalan kedua yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan hidup adalah tidak pernah berhenti beristigfar di setiap waktu pagi, siang, sore, dan malam. Allah SWT berfirman

: فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا ١٠ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا ١١ وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا ﴿١٢ 

Artinya: "Maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu." (QS. Nuh: 10-12).

Istigfar sangatlah dahsyat, dengan memperbanyak istigfar, maka atas ijin Allah, Allah akan menghadirkan hajat atau keinginan kita. Istigfar yang bisa dibaca adalah: Astaghfirullah hal adzim alladzi la ilaha illa huwal hayyul qoyyumu wa atubu ilaih Artinya: “Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung yang tiada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepada-Nya” atau bisa dibaca dengan sederhana: Astaghfirullah Al Adzim Artinya: "Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung" Apalagi jika istigfar dimulai dengan sayyidul istigfar. Berikut ini doa sayyidul istighfar:

 اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ. أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ. وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ. فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ 

Allâhumma anta rabbî, lâ ilâha illâ anta khalaqtanî. Wa anâ ‘abduka, wa anâ ‘alâ ‘ahdika wa wa‘dika mastatha‘tu. A‘ûdzu bika min syarri mâ shana‘tu. Abû’u laka bini‘matika ‘alayya. Wa abû’u bidzanbî. Faghfirlî. Fa innahû lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta. 

Artinya: “Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau,” (HR. Bukhari no. 6306). 

Dua amalan mengatasi kesulitan hidup ini bisa dikerjakan oleh siapa pun, tapi dengan syarat mengamalkannya sesuai dengan apa yang sudah disampaikan di atas. "Alhamdulillah banyak orang yang sudah berhasil, bahkan dengan waktu yang sangat cepat," kata Syeh Ali Jaber.

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Kamu menggapai tanganku. Jemari kita bertaut. Kamu menatap mataku dengan polos. 

Nak, meski kamu belum bisa bicara, hati kita sudah terpaut, lebih erat dari tali bersimpul mati. Pagi itu, kita berjemur, kamu dengan lahap menyesap ASI. Matahari menghangatkan tubuh kita, agar kamu tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas, agar aku menjadi ibu yang tangguh. Senyum kita selebar dunia. Ah, adegan itu terekam jelas di kepala. Lebih tepatnya, angan-angan itu cukup membuat mata berkaca-kaca.

Memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Alloh dengan sebenar-benar taubat. Bukan sekedar tobat sesaat yang diiringi niat hati untuk mengulang dosa kembali. Lalu bagaimanakah agar taubat seorang hamba itu diterima?

Syarat Taubat Diterima

Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:

(1) Menyesal, 

(2) Berhenti dari dosa, dan 

(3) Bertekad untuk tidak mengulanginya.

Taubat tidaklah ada tanpa didahului oleh penyesalan terhadap dosa yang dikerjakan. Barang siapa yang tidak menyesal maka menunjukkan bahwa ia senang dengan perbuatan tersebut dan menjadi indikasi bahwa ia akan terus menerus melakukannya. Akankah kita percaya bahwa seseorang itu bertaubat sementara dia dengan ridho masih terus melakukan perbuatan dosa tersebut? Hendaklah ia membangun tekad yang kuat di atas keikhlasan, kesungguhan niat serta tidak main-main. Bahkan ada sebagian ulama yang menambahkan syarat yang keempat, yaitu tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. sehingga kapan saja seseorang mengulangi perbuatan dosanya, jelaslah bahwa taubatnya tidak benar. Akan tetapi sebagian besar para ulama tidak mensyaratkan hal ini.

Tunaikan Hak Anak Adam yang Terzholimi

Jika dosa tersebut berkaitan dengan hak anak Adam, maka ada satu hal lagi yang harus ia lakukan, yakni dia harus meminta maaf kepada saudaranya yang bersangkutan, seperti minta diikhlaskan, mengembalikan atau mengganti suatu barang yang telah dia rusakkan atau curi dan sebagainya.

Namun apabila dosa tersebut berkaitan dengan ghibah (menggunjing), qodzaf (menuduh telah berzina) atau yang semisalnya, yang apabila saudara kita tadi belum mengetahuinya (bahwa dia telah dighibah atau dituduh), maka cukuplah bagi orang telah melakukannya tersebut untuk bertaubat kepada Alloh, mengungkapkan kebaikan-kebaikan saudaranya tadi serta senantiasa mendoakan kebaikan dan memintakan ampun untuk mereka. Sebab dikhawatirkan apabila orang tersebut diharuskan untuk berterus terang kepada saudaranya yang telah ia ghibah atau tuduh justru dapat menimbulkan peselisihan dan perpecahan diantara keduanya.

Nikmat Dibukanya Pintu Taubat

Apabila Alloh menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Alloh bukakan pintu taubat baginya. Sehingga ia benar-benar menyesali kesalahannya, merasa hina dan rendah serta sangat membutuhkan ampunan Alloh. Dan keburukan yang pernah ia lakukan itu merupakan sebab dari rahmat Alloh baginya. Sampai-sampai setan akan berkata, “Duhai, seandainya aku dahulu membiarkannya. Andai dulu aku tidak menjerumuskannya kedalam dosa sampai ia bertaubat dan mendapatkan rahmat Alloh.” Diriwayatkan bahwa seorang salaf berkata, “Sesungguhnya seorang hamba bisa jadi berbuat suatu dosa, tetapi dosa tersebut menyebabkannya masuk surga.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Dia menjawab, “Dia berbuat suatu dosa, lalu dosa itu senantiasa terpampang di hadapannya. Dia khawatir, takut, menangis, menyesal dan merasa malu kepada Robbnya, menundukkan kepala di hadapan-Nya dengan hati yang khusyu’. Maka dosa tersebut menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan orang itu, sehingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada ketaatan yang banyak.”

Referensi sebagai Berikut ini ;