Tiba-tiba dari dalam peti ada tangan terjulur (untuk memastikan apakah hujan sudah berhenti atau belum). Ketika tangan itu terjulur, kain yang membungkusnya juga ikut terjulur keluar. Si penumpang itu kaget dan takut bukan kepalang. Dia mengira bahwa mayat yang ada di dalam peti itu hidup kembali. Karena takutnya, dia terjungkal dari mobil dengan posisi kepala di bawah. Dan, mati.
Demikianlah Allah menentukan kematian orang itu bahkan dengan cara yang bisa terdengar lucu seperti ini.
Yang selalu harus diingat oleh seorang hamba adalah bahwa dia sedang membawa dirinya bersama kematian, bahwa dia sedang berjalan menuju kematian, dan bahwa dia sedang menunggu kematian itu entah datang pagi atau sore. Sungguh indah ungkapan Ali bin Abi Thalib,
“Sesungguhnya kematian terus mendekati kita, dan dunia terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.”
Ungkapan Ali ini mengingatakan kita bahwa manusia itu harus selalu siap siaga, selalu memperbaiki keadaannya, memperbaharui taubatnya, dan harus mengetahui bahwa dia sedang berhubungan dengan Rabb Yang Maha Mulia, Kuat, Agung, dan Baik.
Kematian itu tidak pernah meminta izin kepada siapa saja, dan tidak pernah merajuk. Kematian itu tidak pernah memberikan aba-aba terlebih dahulu.
Dan, tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati (Qs.Luqman:34)
“….yang tiada dapat kamu minta mundur daripadanya barang sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan.
Masih dari siaran itu Syeikh Ath-Thantawi bercerita, dikatakan bahwa sebuah bus penuh sesak dengan penumpang. Sopirnya selalu menoleh ke kiri dan kanan, dan secara tiba-tiba sopir itu menghentikan bus itu. Para penumpang pun bertanya, “Mengapa engkau menghentikan bus ini?” Sopir itu menjawab, “Saya berhenti untuk menghampiri orang tua yang melabai-lambaikan tangannya hendak turut menumpang bersama kita.” Para penumpang jadi bertanya-tanya, “Kami tidak melihat siapa-siapa.” Tapi sopir itu melihatnya, “Lihat (itu) dia,” Mereka tetap bingung. “Kami tidak melihat seorang pun.” Sopir itu pun berkata, “Kini dia datang untuk naik bersama kita.” Semua penumpang berkata, “Demi Allah, kami tidak melihat siapa-siapa.” Dan secara tiba-tiba pula sopir itu mati terduduk di atas kursinya.
Kematian sangat tiba-tiba, dan begitulah jalan kematiannya.
{Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun tidak (pula) memajukannya} (QS Al-A’raf: 34)
Manusia itu sangat pengecut terhadap hal-hal yang menakutkan, dan merasa hatinya hampir copot ketika mendengar kematian disebutkan, namun tanpa disangka-disangka kematian itu datang membunuhnya.
Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi: “Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh.” Katakanlah, “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Ali-Imran: 168)
Tapi yang paling mengherankan adalah kita tidak pernah berpikir bahwa kita akan bertemu Allah, bahwa dunia itu hina sekali, dan bahwa dunia itu banyak cerita tentang bagaimana orang meninggal dunia. Dan kita tak pernah sadar kecuali kita didera banyak ketakutan, sehingga pikiran seperti itu baru muncul.