This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Shalatnya Orang Munafik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Shalatnya Orang Munafik. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 September 2022

Shalatnya Orang Munafik

Jika saat ini shalat yang kita dirikan sudah rutin; lima waktu, berjamaah awal waktu di masjid, lengkap dengan rawatib, dan keutamaan-keutamaan lainnya, baiknya kita tidak terlalu bangga dan senantiasa memperbaiki kualitas shalat yang telah kita dirikan itu.  Sebab, ada shalat yang disebut oleh Nabi sebagai shalatnya orang Munafik. Dan, tidak diketahui oleh orang lain, selain pelakunya dan Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui.  Shalatnya orang munafik tidaklah khusyuk. Demikian itulah yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya. Kemudian, “Mereka tidak mengerti apa yang mereka ucapkan.” Bahkan, lanjut beliau menjelaskan, “Mereka lalai dalam shalat, bermain-main, dan berpaling dari kebaikan yang dituju.”  Alhasil, shalat yang didirikan tidak bisa menjadi pencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Bahkan, bisa jadi, mereka menjadi bagian atau penyeru kemungkaran tersebut. Na’udzubillah.  “Itu adalah shalatnya orang munafik. Itu adalah shalatnya orang munafik. Itu adalah shalatnya orang munafik.” Kalimat itu disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik. Dijelaskan dalam kalimat berikutnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Malik bin Anas, “Ia duduk menunggu matahari. Ketika matahari berada di antara dua tanduk setan, kemudian ia shalat (bagaikan burung) mematuk empat kali (shalatnya cepat-cepat).”  Mereka menunda pelaksanaan waktu shalat hingga mendekati akhir waktu. Dhuhur dikerjakan menjelang Ashar; Ashar dilakukan ketika Maghrib di ambang pintu; Maghrib dikerjakan hampir bersamaan dengan waktu ‘Isya’; dan ‘Isya’ baru dilakukan di ambang fajar ketika Shubuh akan menyapa dalam jenak. Kemudian Shubuh dilakukan dengan cepat dan terburu-buru ketika matahari mulai menampakkan sinarnya.  Selain menunda, lanjut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i dengan derajat hasan shahih ini, “Mereka tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala di dalamnya (shalat), kecuali sedikit saja.”  Padahal, di antara tujuan disyariatkannya shalat sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an adalah agar para pelaku shalat senantiasa mengingat-Nya di dalam dan di luar shalat; dalam setiap aktivitas yang dilakukan.  Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari shalatnya orang munafik; yang melakukan shalat untuk menipu Allah Ta’ala, dan mengelabui orang-orang beriman.

Jika saat ini shalat yang kita dirikan sudah rutin; lima waktu, berjamaah awal waktu di masjid, lengkap dengan rawatib, dan keutamaan-keutamaan lainnya, baiknya kita tidak terlalu bangga dan senantiasa memperbaiki kualitas shalat yang telah kita dirikan itu.

Sebab, ada shalat yang disebut oleh Nabi sebagai shalatnya orang Munafik. Dan, tidak diketahui oleh orang lain, selain pelakunya dan Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui.

Shalatnya orang munafik tidaklah khusyuk. Demikian itulah yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya. Kemudian, “Mereka tidak mengerti apa yang mereka ucapkan.” Bahkan, lanjut beliau menjelaskan, “Mereka lalai dalam shalat, bermain-main, dan berpaling dari kebaikan yang dituju.”

Alhasil, shalat yang didirikan tidak bisa menjadi pencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Bahkan, bisa jadi, mereka menjadi bagian atau penyeru kemungkaran tersebut. Na’udzubillah.

“Itu adalah shalatnya orang munafik. Itu adalah shalatnya orang munafik. Itu adalah shalatnya orang munafik.” Kalimat itu disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik. Dijelaskan dalam kalimat berikutnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Malik bin Anas, “Ia duduk menunggu matahari. Ketika matahari berada di antara dua tanduk setan, kemudian ia shalat (bagaikan burung) mematuk empat kali (shalatnya cepat-cepat).”

Mereka menunda pelaksanaan waktu shalat hingga mendekati akhir waktu. Dhuhur dikerjakan menjelang Ashar; Ashar dilakukan ketika Maghrib di ambang pintu; Maghrib dikerjakan hampir bersamaan dengan waktu ‘Isya’; dan ‘Isya’ baru dilakukan di ambang fajar ketika Shubuh akan menyapa dalam jenak. Kemudian Shubuh dilakukan dengan cepat dan terburu-buru ketika matahari mulai menampakkan sinarnya.

Selain menunda, lanjut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i dengan derajat hasan shahih ini, “Mereka tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala di dalamnya (shalat), kecuali sedikit saja.”

Padahal, di antara tujuan disyariatkannya shalat sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an adalah agar para pelaku shalat senantiasa mengingat-Nya di dalam dan di luar shalat; dalam setiap aktivitas yang dilakukan.

Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari shalatnya orang munafik; yang melakukan shalat untuk menipu Allah Ta’ala, dan mengelabui orang-orang beriman.