This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Definisi Dalil dan Macam-macam Syu'abul Iman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Definisi Dalil dan Macam-macam Syu'abul Iman. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 September 2022

Definisi, Dalil dan Macam-macam Syu'abul Iman

Syu’ab Al Iman (Syu'abul Iman) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “cabang-cabang iman” (syu’ab= cabang). Istilah ini diambil dari sebuah hadis shahih riwayat Bukhari dan Muslim yang berasal dari sabda Rasulullah Muhammad shalallahu alihi wa salam yang berbunyi: "Iman memiliki tujuh puluh lebih cabang, dan yang paling tinggi adalah kalimat laa ilaaha illallaah, sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu adalah bagian dari iman.’’ (HR. Al Bukhari dan Muslim). Merujuk An-Nahl Islamic, dari hadis tersebut, maka para ulama terkemuka pun mulai menafsirkan apa saja yang dimaksudkan oleh Rasulullah shalallahu alihi wa sallam dengan Syu’ab Al Iman atau cabang keimanan yang jumlahnya 70 lebih tersebut. Berikut ini beberapa ulama dan kitab karya mereka yang menjelaskan tentang syu’abul iman, yakni:  Imam Baihaqi RA yang menuliskan kitab Syu’bul Iman; Abu Abdilah Halimi RA dalam kitab Fawaidul Minhaj; Syeikh Abdul Jalil RA dalam kitab Syu’bul Iman; Imam Abu Hatim RA dalam kitab Washful Iman wa Syu’buhu  Salah satu ulama yakni Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi menjelaskan bahwa cabang keimanan tersebut ada 77 jumlahnya (dari hadis riwayat Abu Hurairah RA yang menyebutkan 77 cabang iman), pada kitab yang ia tulis yakni Qamiuth-Thughyan ‘ala Manzhumati Syu’abu al-Iman. Dari rukun iman yang jumlahnya 6, lalu dijabarkan menjadi beberapa perilaku sebagai tanda iman yang bisa menambah amal pahala seorang muslim jika dilakukan serta mengurangi amal jika ditinggalkan. Sebuah hadis yang diriwayatkan Anas RA, Nabi SAW bersabda: "Tiga hal yang barang siapa ia memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman (yaitu) menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai (sesuatu) semata-mata karena Allah SWT dan benci kepada kekufuran, sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." (HR. Bukhari Muslim).  Para ulama dan ahli hadis lalu menjelaskan kembali 77 cabang keimanan menjadi 3 kategori, berdasar hadis Ibnu Majah: Dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan perwujudan perbuatan," (H.R. Ibnu Majah). Atau bisa dituliskan bahwa dimensi keimanan ada 3 bagian yakni: Ma'rifatun bil qalbi yaitu meyakini dengan hati (Niat, akidah dan hati) Iqrarun bil lisan yaitu diucapkan dengan lisan (ucapan) 'Amalun bil arkan yaitu mengamalkannya dengan perbuatan anggota badan (dilakukan oleh seluruh anggota badan).  Iman kepada Allah SWT. Iman kepada malaikat Allah SWT. Iman kepada kitab-kitab Allah SWT. Iman kepada rasul-rasul Allah SWT. Iman kepada takdir baik dan takdir buruk Allah SWT. Iman kepada hari akhir. Iman kepada kebangkitan setelah kematian. Iman bahwa manusia akan dikumpulkan di Yaumul Mahsyar setelah hari kebangkitan. Iman bahwa orang mukmin akan tinggal di surga, dan orang kafir akan tinggal di neraka. Mencintai Allah SWT. Mencintai dan membenci karena Allah SWT. Mencintai Rasulullah SAW dan yang memuliakannya. Ikhlas, tidak riya dan menjauhi sifat munafik. Bertaubat, menyesal dan janji tidak akan mengulang suatu perbuatan dosa Takut kepada Allah SWT. Selalu mengharapkan rahmat Allah SWT. Tidak berputus asa dari rahmat Allah SWT. Syukur nikmat. Menunaikan amanah. Sabar. Tawadu dan menghormati yang lebih tua. Kasih sayang termasuk mencintai anak-anak kecil. Rida dengan takdir Allah SWT. Tawakal. Meninggalkan sifat takabur dan menyombongkan diri. Tidak dengki dan iri hati. Rasa Malu. Tidak mudah marah. Tidak menipu, tidak su'uzon dan tidak merencanakan keburukan kepada siapa pun. Menanggalkan kecintaan kepada dunia, termasuk cinta harta dan jabatan  Berdasarkan dalil dari hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: “Lisan orang yang berakal, muncul dari balik hati nuraninya, sehingga ketika ia hendak berbicara, terlebih dahulu ia akan kembali ke hati nuraninya. Apabila (pembicaraannya) bermanfaat baginya, maka ia berbicara, dan apabila dapat berbahaya, maka ia menahan diri. Sementara hati orang bodoh terletak pada mulutnya dan ia berbicara apa saja sesuai yang ia kehendaki,” (HR. Bukhari-Muslim).  Penjabarannya adalah: Membaca kalimat thayyibah (kalimat-kalimat yang baik) Membaca kitab suci Al-Qur`an Belajar dan menuntut ilmu Mengajarkan ilmu kepada orang lain Berdoa Zikir kepada Allah SWT termasuk istighfar Menghindari bacaan yang sia-sia  Penjabarannya adalah: Bersuci atau thaharah termasuk di dalamnya kesucian badan, pakaian dan tempat tinggal Menegakkan salat baik salat fardu, salat sunah maupun mengqada salat Bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim, membayar zakat fitrah dan zakat mal, memuliakan tamu serta membebaskan budak. Menjalankan puasa wajib dan sunah Melaksanakan haji bagi yang mampu Beri’tikaf di dalam masjid, termasuk di antaranya adalah mencari lailatul qadar Menjaga agama dan bersedia meninggalkan rumah untuk berhijrah beberapa waktu tertentu Menyempurnakan dan menunaikan nazar Menyempurnakan dan menunaikan sumpah Menyempurnakan dan menunaikan kafarat Menutup aurat ketika sedang salat maupun ketika tidak salat Melaksanakan kurban Mengurus perawatan jenazah Menunaikan dan membayar hutang Meluruskan muamalah dan menghindari riba Menjadi saksi yang adil dan tidak menutupi kebenaran Menikah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan haram Menunaikan hak keluarga, dan sanak kerabat, serta hak hamba sahaya Berbakti dan menunaikan hak orang tua Mendidik anak-anak dengan pola asuh dan pola didik yang baik Menjalin silaturahmi Taat dan patuh kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama Menegakkan pemerintahan yang adil Mendukung seseorang yang bergerak dalam kebenaran Menaati hakim (pemerintah) dengan catatan tidak melanggar syariat Memperbaiki hubungan muamalah dengan sesama Menolong orang lain dalam kebaikan Amar ma’ruf nahi munkar Menegakkan hukum Islam Berjihad mempertahankan wilayah perbatasan Menunaikan amanah termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang Memberi dan membayar hutang Memberikan hak-hak tetangga dan memuliakannya Mencari harta dengan cara yang halal Menyedekahkan harta, termasuk juga menghindari sifat boros dan kikir Memberi dan menjawab salam Mendoakan orang yang bersin Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain Menghindari permainan dan senda gurau Menyingkirkan benda-benda yang mengganggu di jalan.
Syu’ab Al Iman (Syu'abul Iman) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “cabang-cabang iman” (syu’ab= cabang). Istilah ini diambil dari sebuah hadis shahih riwayat Bukhari dan Muslim yang berasal dari sabda Rasulullah Muhammad shalallahu alihi wa salam yang berbunyi: "Iman memiliki tujuh puluh lebih cabang, dan yang paling tinggi adalah kalimat laa ilaaha illallaah, sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu adalah bagian dari iman.’’ (HR. Al Bukhari dan Muslim). Merujuk An-Nahl Islamic, dari hadis tersebut, maka para ulama terkemuka pun mulai menafsirkan apa saja yang dimaksudkan oleh Rasulullah shalallahu alihi wa sallam dengan Syu’ab Al Iman atau cabang keimanan yang jumlahnya 70 lebih tersebut. Berikut ini beberapa ulama dan kitab karya mereka yang menjelaskan tentang syu’abul iman, yakni:

Imam Baihaqi RA yang menuliskan kitab Syu’bul Iman; Abu Abdilah Halimi RA dalam kitab Fawaidul Minhaj; Syeikh Abdul Jalil RA dalam kitab Syu’bul Iman; Imam Abu Hatim RA dalam kitab Washful Iman wa Syu’buhu

Salah satu ulama yakni Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi menjelaskan bahwa cabang keimanan tersebut ada 77 jumlahnya (dari hadis riwayat Abu Hurairah RA yang menyebutkan 77 cabang iman), pada kitab yang ia tulis yakni Qamiuth-Thughyan ‘ala Manzhumati Syu’abu al-Iman. Dari rukun iman yang jumlahnya 6, lalu dijabarkan menjadi beberapa perilaku sebagai tanda iman yang bisa menambah amal pahala seorang muslim jika dilakukan serta mengurangi amal jika ditinggalkan. Sebuah hadis yang diriwayatkan Anas RA, Nabi SAW bersabda: "Tiga hal yang barang siapa ia memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman (yaitu) menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai (sesuatu) semata-mata karena Allah SWT dan benci kepada kekufuran, sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." (HR. Bukhari Muslim).

Para ulama dan ahli hadis lalu menjelaskan kembali 77 cabang keimanan menjadi 3 kategori, berdasar hadis Ibnu Majah: Dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan perwujudan perbuatan," (H.R. Ibnu Majah). Atau bisa dituliskan bahwa dimensi keimanan ada 3 bagian yakni: Ma'rifatun bil qalbi yaitu meyakini dengan hati (Niat, akidah dan hati) Iqrarun bil lisan yaitu diucapkan dengan lisan (ucapan) 'Amalun bil arkan yaitu mengamalkannya dengan perbuatan anggota badan (dilakukan oleh seluruh anggota badan).

Iman kepada Allah SWT. Iman kepada malaikat Allah SWT. Iman kepada kitab-kitab Allah SWT. Iman kepada rasul-rasul Allah SWT. Iman kepada takdir baik dan takdir buruk Allah SWT. Iman kepada hari akhir. Iman kepada kebangkitan setelah kematian. Iman bahwa manusia akan dikumpulkan di Yaumul Mahsyar setelah hari kebangkitan. Iman bahwa orang mukmin akan tinggal di surga, dan orang kafir akan tinggal di neraka. Mencintai Allah SWT. Mencintai dan membenci karena Allah SWT. Mencintai Rasulullah SAW dan yang memuliakannya. Ikhlas, tidak riya dan menjauhi sifat munafik. Bertaubat, menyesal dan janji tidak akan mengulang suatu perbuatan dosa Takut kepada Allah SWT. Selalu mengharapkan rahmat Allah SWT. Tidak berputus asa dari rahmat Allah SWT. Syukur nikmat. Menunaikan amanah. Sabar. Tawadu dan menghormati yang lebih tua. Kasih sayang termasuk mencintai anak-anak kecil. Rida dengan takdir Allah SWT. Tawakal. Meninggalkan sifat takabur dan menyombongkan diri. Tidak dengki dan iri hati. Rasa Malu. Tidak mudah marah. Tidak menipu, tidak su'uzon dan tidak merencanakan keburukan kepada siapa pun. Menanggalkan kecintaan kepada dunia, termasuk cinta harta dan jabatan

Berdasarkan dalil dari hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: “Lisan orang yang berakal, muncul dari balik hati nuraninya, sehingga ketika ia hendak berbicara, terlebih dahulu ia akan kembali ke hati nuraninya. Apabila (pembicaraannya) bermanfaat baginya, maka ia berbicara, dan apabila dapat berbahaya, maka ia menahan diri. Sementara hati orang bodoh terletak pada mulutnya dan ia berbicara apa saja sesuai yang ia kehendaki,” (HR. Bukhari-Muslim).

Penjabarannya adalah: Membaca kalimat thayyibah (kalimat-kalimat yang baik) Membaca kitab suci Al-Qur`an Belajar dan menuntut ilmu Mengajarkan ilmu kepada orang lain Berdoa Zikir kepada Allah SWT termasuk istighfar Menghindari bacaan yang sia-sia

Penjabarannya adalah: Bersuci atau thaharah termasuk di dalamnya kesucian badan, pakaian dan tempat tinggal Menegakkan salat baik salat fardu, salat sunah maupun mengqada salat Bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim, membayar zakat fitrah dan zakat mal, memuliakan tamu serta membebaskan budak. Menjalankan puasa wajib dan sunah Melaksanakan haji bagi yang mampu Beri’tikaf di dalam masjid, termasuk di antaranya adalah mencari lailatul qadar Menjaga agama dan bersedia meninggalkan rumah untuk berhijrah beberapa waktu tertentu Menyempurnakan dan menunaikan nazar Menyempurnakan dan menunaikan sumpah Menyempurnakan dan menunaikan kafarat Menutup aurat ketika sedang salat maupun ketika tidak salat Melaksanakan kurban Mengurus perawatan jenazah Menunaikan dan membayar hutang Meluruskan muamalah dan menghindari riba Menjadi saksi yang adil dan tidak menutupi kebenaran Menikah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan haram Menunaikan hak keluarga, dan sanak kerabat, serta hak hamba sahaya Berbakti dan menunaikan hak orang tua Mendidik anak-anak dengan pola asuh dan pola didik yang baik Menjalin silaturahmi Taat dan patuh kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama Menegakkan pemerintahan yang adil Mendukung seseorang yang bergerak dalam kebenaran Menaati hakim (pemerintah) dengan catatan tidak melanggar syariat Memperbaiki hubungan muamalah dengan sesama Menolong orang lain dalam kebaikan Amar ma’ruf nahi munkar Menegakkan hukum Islam Berjihad mempertahankan wilayah perbatasan Menunaikan amanah termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang Memberi dan membayar hutang Memberikan hak-hak tetangga dan memuliakannya Mencari harta dengan cara yang halal Menyedekahkan harta, termasuk juga menghindari sifat boros dan kikir Memberi dan menjawab salam Mendoakan orang yang bersin Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain Menghindari permainan dan senda gurau Menyingkirkan benda-benda yang mengganggu di jalan.


Referensi : Definisi, Dalil dan Macam-macam Syu'abul Iman