This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label 6 Efek Perceraian yang Tak Disangka Merugikan Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 6 Efek Perceraian yang Tak Disangka Merugikan Kesehatan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Agustus 2022

6 Efek Perceraian yang Tak Disangka Merugikan Kesehatan

6 Efek Perceraian yang Tak Disangka Merugikan Kesehatan

6 Efek Perceraian yang Tak Disangka Merugikan Kesehatan. Perceraian bukan hanya memberikan efek terhadap keharmonisan keluarga, tapi juga kesehatan fisik dan mental masing-masing orang yang terlibat. Apa saja efek perceraian yang mungkin terjadi pada kesehatan?

Berbagai efek perceraian pada kesehatan yang paling umum

1. Perubahan berat badan drastis

Perceraian membuat stres, bahkan bisa depresi. Kedua kondisi ini dapat menjadi faktor penyebab berat badan bertambah tanpa disadari. Setiap orang memiliki respon stres yang berbeda, tapi pada umumnya makan berlebihan adalah pelampiasan emosi yang paling umum.

Bagi yang lain, rasa sedih, tak bergairah atau bad mood selama masa ini justru memberikan efek sebaliknya. Stres bisa membuat selera makan beberapa orang hilang. Perceraian membuat orang merasa putus asa sehingga membuat orang tidak bergairah, termasuk soal selera makan.

2. Risiko sindrom metabolik

Dilansir dalam laman Prevention, efek menjalani proses perceraian dapat meningkatkan risiko terhadap sindrom metabolik. Lagi-lagi, semua ini bersumber dari stres yang Anda alami.

Kadar hormon stres yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah, gula darah, kolesterol, hingga meningkatkan cadangan lemak perut yang berbahaya.

Kondisi-kondisi itulah yang mengakibatkan seseorang memiliki risiko yang tinggi mengalami penyakit jantung, stroke, dan diabetes melitus.

Sebuah penelitian dalam Archives of Internal Medicines menemukan bahwa wanita yang bercerai lebih mungkin mengalami sindrom metabolik daripada wanita yang pernikahannya baik-baik saja.

3. Gelisah

Efek perceraian berupa stres bisa membuat seseorang mudah gelisah. Bukan hanya karena kewalahan mengurus proses dan segala birokrasinya, tapi juga karena Anda akan kehilangan partner dalam hidup juga menghadapi masa depan baru yang sama sekali tidak terduga.

Ditambah lagi, ada banyak ketidakpastian yang dirasakan yang membuat orang tersebut merasa tidak aman. Beberapa orang mungkin harus menghadapi situasi baru, seperti pindah rumah, mencari pekerjaan baru, bertahan hidup dengan kondisi ekonomi yang lebih sulit daripada sebelum bercerai.

Perubahan besar dalam hidup inilah yang kemudian memengaruhi kondisi psikologis seseorang menjadi lebih gelisah dan mudah cemas.

4. Depresi

Banyak orang yang mengaitkan perceraian dengan kegagalan dalam hidup. Berbagai emosi negatif yang Anda alami ini dapat bertahan hingga beberapa minggu, bulan, bahkan efek perceraian ini bisa bertahan hingga tahunan. Hal ini kemungkinan bisa mengakibatkan depresi.

5. Insomnia

Pada beberapa kasus, perceraian juga bisa disertai dengan “efek samping” sulit tidur. Hal ini bisa memperparah stres, atau bahkan diperparah oleh stres, yang kemudian meningkatkan risiko depresi. Perceraian juga sering membuat orang-orang mengalami mimpi buruk.

6. Penyakit kardiovaskular

Journal of Marriage and Family melaporkan bahwa pria dan wanita paruh baya yang telah bercerai memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan orang yang masih menikah di usia yang sama.

Dalam kasus ini wanita lebih mudah mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan laki-laki, sebab ditemukan tingkat peradangan lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria. Peradangan memiliki hubungan erat dengan kondisi stres.