This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Penyakit Fisik yang Disebabkan Pikiran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyakit Fisik yang Disebabkan Pikiran. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Agustus 2022

Mengenal Psikosomatis, Penyakit Fisik yang Disebabkan Pikiran

Gangguan fisik yang menimpa tubuh kita ternyata juga bisa disebabkan dan diperparah oleh kondisi mental atau emosional kita. Kondisi tersebut dikenal dengan nama psikosomatis. Gangguan psikosomatis atau psikologis-fisiologis ini bisa menyebabkan penyakit atau memperburuk penyakit yang sudah ada sebelumnya dalam diri seseorang. 

Penyakit psikosomatik berasal dari stres emosional dan bermanifestasi dalam tubuh sebagai rasa sakit fisik dan gejala lainnya. Banyak orang mengira kondisi psikosomatik adalah khayalan atau hanya ada dalam pikiran penderitanya. Padahal, gejala fisik dari psikosomatik itu nyata dan memerlukan perawatan seperti penyakit lainnya.

Gangguan fisik yang menimpa tubuh kita ternyata juga bisa disebabkan dan diperparah oleh kondisi mental atau emosional kita. Kondisi tersebut dikenal dengan nama psikosomatis. Gangguan psikosomatis atau psikologis-fisiologis ini bisa menyebabkan penyakit atau memperburuk penyakit yang sudah ada sebelumnya dalam diri seseorang. 

Penyakit psikosomatik berasal dari stres emosional dan bermanifestasi dalam tubuh sebagai rasa sakit fisik dan gejala lainnya. Banyak orang mengira kondisi psikosomatik adalah khayalan atau hanya ada dalam pikiran penderitanya. Padahal, gejala fisik dari psikosomatik itu nyata dan memerlukan perawatan seperti penyakit lainnya.

Hubungan mental dan penyakit fisik Selalu ada aspek mental pada setiap penyakit fisik. Bagaimana kita bereaksi terhadap penyakit dan bagaimana kita mengatasi penyakit sangat bervariasi dari orang ke orang. Misalnya ketika seseorang mengalami penyakit mental, mereka mungkin jadi tidak nafsu makan, malas beraktivitas, atau enggan mengurus diri sendiri. 

Akibatnya, beragam masalah atau penyakit fisik pun jadi mudah bermunculan. Beberapa penyakit fisik juga bisa ditimbulkan dan diperparah oleh stres dan kecemasan, seperti maag, penyakit jantung dan hipertensi. 

Depresi juga dapat berkontribusi pada penyakit psikosomatik, terutama ketika sistem kekebalan tubuh telah melemah oleh stres berat. Gejala fisik tersebut muncul karena meningkatnya aktivitas impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh. Pelepasan hormon adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah juga bisa menyebabkan gejala fisik di atas. 

Beberapa riset juga membuktikan bahwa otak dapat memengaruhi sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh, yang terlibat dalam berbagai penyakit fisik. Pengobatan Melansir laman Medical Net, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala psikosomatis. Berikut cara tersebut: 

  1. Psikoterapi Dalam teknik pengobatan ini, dokter dan pasien memiliki interaksi tentang status mental dan gaya hidup yang dialami pasien. Interaksi ini membantu terapis untuk menganalisis penyakit mental tertentu yang diderita pasien, untuk menyediakan terapi yang tepat. Baca juga: Gangguan Lambung Kronis? Mungkin Psikosomatik. 
  2. Psikoanalisis Terapi ini digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan kecemasan. Ini adalah proses panjang yang melibatkan dua hingga lima sesi per minggu selama beberapa tahun. Dalam sesi terapi ini, dokter atau terapis akan membuat catatan tentang kenangan masa kecil pasien dan mimpi yang memiliki andil dalam kondisi mental pasien. 
  3. Terapi perilaku kognitif Terapi ini berfokus pada pemeriksaan pikiran dan keyakinan pasien yang memengaruhi kondisi mentalnya. Cara ini membantu untuk mengatasi perasaan pasien yang menyebabkan perubahan dalam perilakunya utnuk mengatasi situasi negatif seperti depresi, kemarahan, fobia, sakit kronis, dan sebagainya. 
  4. Terapi Electroconvulsive (ECT) Terapi ini biasanya diterapkan pada pasien dengan depresi berat dan kondisi mental lainnya. Sesi terapi melibatkan transisi arus listrik yang stabil melalui otak,untuk memicu aktivitasnya untuk meredakan gejala penyakit mental. ECT diberikan untuk jangka waktu satu bulan dengan interval tertentu. Terapi ini diklaim lebih aman dan lebih efektif dibandingkan pengobatan menggunakan obat-obatan. 
  5. Hipnoterapi Terapi ini menggunakan hipnosis atau rangsangan bawah sadar seseorang agar mudah diarahkan untuk memahami keadaan pikiran pasien. Hipnoterapi digunakan untuk mengobati gangguan terkait stres seperti insomnia dan kondisi lainnya, eksim, dan sebagainya. 
  6. Terapi abreaksi Terapi ini digunakan untuk menghilangkan emosi yang terkait dengan peristiwa traumatis. Durasi yang dibutuhkan untuk terapi ini lebih lama jika dibandingkan dengan terapi lain, dan tidak digunakan secara luas. 
  7. Terapi akupuntur Prinsip dasar terapi ini adalah menstimulasi titik-titik dalam tubuh dengan menggunakan jarum, untuk memperbaiki penyimpangan dalam aliran energi melalui saluran yang dikenal sebagai meridian. Terapi ini terutama digunakan untuk mengobati kecemasan dan depresi. Sesi terapi dapat bervariasi berdasarkan bantuan pasien dari faktor stres.
Nyatanya ada dua jenis stres di dalam hidup. Ada stres yang baik dan ada yang jahat. Stres yang baik adalah stres yang kamu masih bisa hadapi, dan membuatmu merasa senang. Contohnya stres saat menonton film horror atau adrenalin yang kamu rasakan setelah menyelesaikan suatu proyek. Stres baik ini memicu kita untuk semangat dan menjadi lebih baik, disebut juga dengan eustress.

Namun, ada juga stres yang buruk, yaitu distress. Jenis stres satu ini terjadi ketika kamu terlalu banyak menyimpan tekanan hidup di dalam dirimu, tanpa “mengeluarkan uneg-uneg” kamu sehingga menumpuk. Akhirnya stres yang satu ini menjadi racun dalam tubuhmu dan bahkan bisa membuat kamu lebih rentan terkena penyakit. 

Terlalu lama mengalami stres tanpa adanya waktu untuk beristirahat, curhat, atau sekedar bersantai dapat mempengaruhi otak dan melepaskan hormon adrenalin secara terus-menerus yang menyebabkan gejala fisik yang sudah disebutkan. Di bawah tekanan, otak juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga juga menyebabkan kita rentan terkena risiko penyakit fisik.

Tips cara mengatasi psikosomatis
Tidak perlu khawatir karena gangguan psikosomatis bisa disembuhkan. Namun, memang penyembuhannya membutuhkan waktu. Hal ini dikarenakan kamu harus belajar cara mengelola stres yang kamu alami, tapi di saat yang sama harus mengobati penyakit yang kamu derita.

Ibarat bila ada bendungan bocor dan terjadi banjir, maka kamu harus memperbaiki bendungan. Namun, di saat yang bersamaan, kamu juga harus mengatasi efek sampingnya (banjir yang terjadi).
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk membantu mengatasi gangguan psikosomatis:
  1. Konseling untuk membantu mengelola stres
  2. Melakukan meditasi atau teknik relaksasi
  3. Mencoba menulis jurnal (journaling)
  4. Psikoterapi, seperti terapi CBT (Cognitive Behavior Therapy)
  5. Hipnoterapi
  6. Berkonsultasi pada ahli psikosomatis
  7. Mengkonsumsi obat berdasar resep dokter, seperti anti depresan
Dengan mencoba hal-hal berikut secara terus-menerus, maka kamu pun akan bisa mengatasi gangguan psikosomatis kamu dan membiasakan diri untuk mengelola stres dengan baik. Bagaimana cara mencegah gangguan psikosomatis? Kamu bisa melakukan ini dengan mencegah “pemicu” yang membuat stres berkembang menjadi penyakit fisik. Biasakan untuk mengelola stres dan perasaan kamu lebih baik. Mengalami tekanan itu biasa, yang perlu kamu atur adalah memberi dirimu istirahat agar kamu tidak merasa kewalahan.

Mulailah kebiasaan baik yang membuat kamu merasa lebih baik akan dirimu sendiri, seperti makan dan minum yang cukup, istirahat yang cukup, olahraga yang teratur, serta menceritakan masalahmu kepada orang di sekitarmu ketika kamu merasa terlalu negatif.



Referensi ; Mengenal Psikosomatis, Penyakit Fisik yang Disebabkan Pikiran