This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label SINERGI SUAMI ISTRI MEMBERSAMAI BELAJAR ANAK DI MASA PANDEMI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SINERGI SUAMI ISTRI MEMBERSAMAI BELAJAR ANAK DI MASA PANDEMI. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 September 2022

SINERGI SUAMI ISTRI MEMBERSAMAI BELAJAR ANAK DI MASA PANDEMI

New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran., New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran., New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan    Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran., New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran., New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan    Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga    Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Referensi : SINERGI SUAMI ISTRI MEMBERSAMAI BELAJAR ANAK DI MASA PANDEMI, New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.

New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.

Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.

Sinergi Pengasuhan

New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran., New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.

Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.

Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.

New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.

Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.

Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.

New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.

Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.

Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.

New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.

Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.

Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.

Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja

New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.

Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.

  1. Bangun Kesamaan Visi

Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.

  1. Buat Kesepakatan Pendampingan
New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran., New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan    Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.

Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.

  1. Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah

Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.

  1. Libatkan Semua Anggota Keluarga
New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran., New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran., New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga-khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  New normal hanyalah istilah saja, untuk memberi identitas kondisi saat ini. Namun, kebijakan pembelajaran pasti akan disesuaikan dengan realitas data keterkendalian Covid-19 di Indonesia. Apakah anak-anak akan bisa kembali masuk sekolah, ataukah masih harus belajar dari rumah, sangat bergantung kepada kemampuan mengendalikan penyebaran Covid-19.  Ambil asumsi terburuk. Misalnya hingga Juli nanti Covid belum terkendali. Maka anak-anak akan tetap belajar dari rumah, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kondisi inilah yang harus disiapkan oleh seluruh keluarga —khususnya yang tinggal di wilayah zona merah corona.  Sinergi Pengasuhan  Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.    Pada dasarnya, pengasuhan dan pendidikan anak harus dilakukan secara bersama oleh suami dan istri, oleh ayah dan ibu. Hal ini karena kehadiran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya urusan ibu-ibu, karena semua anak di muka bumi ini memerlukan kehadiran Ayah.  Selama ini masih banyak keluarga yang urusan mengasuh serta mendidik anak sepenuhnya dilakukan oleh Ibu, padahal ada Ayah di dalam keluarga tersebut. Kegiatan Sekolah Parenting yang digelar oleh berbagai lembaga pendidikan untuk orang tua siswa, lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pertemuan orangtua murid dan guru di sekolah, lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.  Agenda mengambil rapor saat semesteran, lebih banyak diwakili oleh ibu-ibu. Seminar dan kajian dengan tema pendidikan anak, lebih banyak diminati oleh ibu-ibu. Seakan-akan Ayah tidak memiliki peran dan tugas dalam mengasuh dan mendidik anak. Padahal sehebat apapun seorang Ibu, jika Ayah tidak berperan dalam pengasuhan, akan tetap dijumpai kekosongan pada jiwa anak.  Padahal banyak studi menemukan bahwa pasangan cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan kompak ketika ayah menyediakan waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak dari ayah dan ibu tidak bisa bersifat saling menggantikan. Keduanya harus hadir dalam pengasuhan dan pendidikan anak.  Prof. Schoppe-Sullivan dan rekan dari Ohio State University menyurvei 112 pasangan orangtua yang memiliki anak berusia empat tahun. Pasangan diminta mengisi kuesioner yang menanyakan seberapa sering orangtua terlibat dalam kegiatan bermain dengan anak-anaknya serta seberapa intens kegiatan pengasuhan mereka. Peneliti kemudian mengamati pasangan selama 20 menit dalam membantu anaknya menyelesaikan dua tugas yaitu menggambar foto keluarga dan membangun rumah-rumahan dari balok-balok kayu.  Kedua tugas ini terlalu sulit untuk dilakukan anak-anak dan membutuhkan bimbingan orangtua. Tugas-tugas ini memberikan peneliti kesempatan untuk mendeteksi seberapa banyak orangtua yang saling mendukung atau justru saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal pengasuhan.  Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketika ayah memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anaknya maka pasangan ini akan menunjukkan pola pengasuhan yang saling mendukung satu sama lain. Studi ini dilaporkan dalam jurnal Developmental Psychology. Hasil temuan ini tetap sama bahkan ketika peneliti membandingkan beberapa faktor lain seperti pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan jam kerjanya, besarnya keluarga serta berapa lama pasangan tersebut menjalin hubungan.  Penelitian ini semakin meneguhkan urgensi kehadiran Ayah dan Ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, karena mereka bukan hanya memerlukan materi, namun mereka sangat memerlukan perhatian dan kebersamaan. Apalah artinya semua capaian sukses anda dalam dunia kerja dan organisasi, jika harus mengorbankan anak-anak. Apalah artinya kesejahteraan material, jika tidak didukung dengan kenyamanan hubungan dalam keluarga.  Membersamai Anak Belajar #DiRumahSaja  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.  Memang tidak mudah mengubah kultur belajar. Anak-anak yang selama ini sudah terbiasa dan nyaman belajar di sekolah, menjadi gagap saat harus belajar di rumah. Pembelajaran online dari rumah — benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya anak-anak yang harus berubah, bukan hanya pihak sekolah dan para guru yang harus berubah, namun juga keluarga dan lingkungan masyarakat harus berubah.  Bangun Kesamaan Visi Suami dan istri harus semakin menajamkan dan menyamakan visi, agar bisa mendampingin pembelajaran anak dengan sepenuh hati. Jika suami istri sudah satu visi, mereka akan berkolaborasi dalam pendampingan pembelajaran anak selama masa pandemi, tidak saling melempar tanggung jawab, pun tidak saling menyalahkan.  Buat Kesepakatan Pendampingan    Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran. Banyak persoalan teknis yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin saja tidak ada penyelesaian ideal, namun dalam batas minimal, semua tugas dan tanggng jawab bisa ditunaikan dengan baik. Misalnya, tugas mencari nafkah, meskipun dengan #WorkFromHome, harus tetap berjalan untuk menyambung kehidupan. Anak-anak harus bisa mengikuti pembelajaran dari Sekolah, dengan pendampingan sesuai kadar yang diperlukan.  Komunikasi Aktif dengan Pihak Sekolah Ayah dan ibu harus proaktif menjalin komunikasi dengan pihak sekolah. Jangan hanya menunggu, namun aktif memberi masukan demi kebaikan bersama. Pihak sekolah pasti mengalami proses penyesuaian yang tidak mudah, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang nyaman, semua proses pembelajaran akan lebih bisa dijalankan.  Libatkan Semua Anggota Keluarga    Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.  Dukungan Masyarakat Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.

Jika di rumah ada anggota keluarga yang telah dewasa, libatkan mereka untuk mendampingi adik-adiknya. Misalnya, jika ada anak yang sudah kuliah atau lulus SMA, bisa mendampingi belajar adik-adiknya yang masih SD atau SMP. Demikian pula, kakek atau nenek bisa ikut membantu mendampingi cucu.  Tugas pendampingan bisa dibagi-bagi untuk memastikan anak-anak mampu mengikuti proses pembelajaran, terutama bagi anak yang belum bisa mandiri.

  1. Dukungan Masyarakat

Tak kalah pentingnya dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif di saat pandemi. Tidak ada acara yang membuat keributan atau kehebohan, yang bisa mengganggu konsentrasi anak-anak yang sedang belajar di rumah. Ciptakan ketenangan dan kenyamanan, sehingga lingkungan bersuasana kondusif untuk proses pembelajaran.


Referensi : SINERGI SUAMI ISTRI MEMBERSAMAI BELAJAR ANAK DI MASA PANDEMI