This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Kisah Ayah Durhaka kepada Anak di Zaman Umar Bin Khatab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Ayah Durhaka kepada Anak di Zaman Umar Bin Khatab. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Agustus 2022

Kisah Ayah Durhaka kepada Anak di Zaman Umar Bin Khatab

Kisah Ayah Durhaka kepada Anak di Zaman Umar Bin Khatab. Tidak sedikit orang tua yang meminta putra-putrinya berbakti kepada orang tua. Tapi dia sendiri tidak paham tentang apa pun sebutan ayah yang durhaka untuk ayah. Jika anak durhaka berhasil lolos sia-sia, begitupun orang tua yang durhaka kepada keturunan. Diriwayatkan pada masa Umar bin Khattab ada ayah yang menyeret putranya untuk dihadapkan kepada Amirul Mukminin. Di depan Umar, orang tua itu mengadukan kelakuan putranya yang tak mau dihormati dan durhaka menerima. “Mohon nasihati dia, wahai Amirul mukminin!” kata orang tua itu.  Umar lalu menasihati anak lelaki itu. “Apa kamu tidak takut kepada Tuhan-mu sebab ridha-Nya tergantung ridha orang tuamu.”  Tak disangka-sangka anak itu mulai bertanya: “Wahai Khalifah! Apa yang ada di samping itu adalah soal anak yang berbakti kepada orang tua, termasuk juga cara orang tua yang bertanggung jawab terhadap apa?”.  Umar bin Khattab menjawab: “Ya, benar ada! Seharusnya ayah menyenangkan dan mencukupi nafkah istri sekaligus ibu dari putra-putrinya, memberikan nama yang baik untuk putra-putrinya, serta mengajari putra-putrinya Al-Quran dan memelajari ilmu agama lainnya.”  Mendengar penjelasan Amirul Mukminin, anak laki-laki itu membalas: “Jika demikian, bagaimana aku berbakti kepada ayahku? Demi Allah, ayahku takir ke ibuku yang tak perlu menggantinya di hamba sahaya. Sekali pun dia minta uang untuk ibuku, sebanyak 400 dirham untuk menebus ibuku. Dia juga tak menamaiku dengan nama yang baik: Aku dinamai ayahku dengan nama “Juala” (Jadian). Dia juga tak mengajariku mengaji, satu ayat pun.  Seketika itu Umar bin Khattab berpaling, memandang tajam ke arah orang tua anak itu, sambil berkata: “Kalau begitu bukan anakmu yang durhaka, tapi kamulah orang tua durhaka!”  Jadi, ayah yang durhaka tanda-tandanya adalah:  Tidak menyayangi lahir-batin istri yang menjadi sumber belajar pertama kali anak kandungnya. Berkata kasar dan tidak memanggil putra-putrinya dengan sebutan yang baik. Tidak mendidik putra-putrinya dengan pendidikan yang baik dan bermanfaat untuk masa depan mereka. Ibnu al-Qayyim al-Jauzi di dalam kitab “Tuhfat al-Maudud” juga pernah mengatakan: “Barangsiapa menyia-nyiakan pendidikan yang berguna untuk masa depan dan putra-putrinya yang dibiarkan begitu saja, maka dia menjadi orang tua yang paling merugi. Anak menjadi rusak moralitasnya karena faktor orang tua yang menyia-nyiakan pendidikan perputaran. anak-anak itu tidak mengembangkan akal budayanya dan tidak mendatangkan manfaat di masa depan untuk kedua orangtuanya. “  Oleh sebab itu, sebagai orang tua, sebagian besar ayah, sepatutnya mencurahkan pikiran, tenaga, dan keuangan untuk masa depan serta pendidikan buah hatinya. Berapa banyak yang dicurahkan orang tua untuk putra-putrinya semua adalah bernilai sedekah dan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.  Referensi : Kisah Ayah Durhaka kepada Anak di Zaman Umar Bin Khatab

Kisah Ayah Durhaka kepada Anak di Zaman Umar Bin Khatab. Tidak sedikit orang tua yang meminta putra-putrinya berbakti kepada orang tua. Tapi dia sendiri tidak paham tentang apa pun sebutan ayah yang durhaka untuk ayah. Jika anak durhaka berhasil lolos sia-sia, begitupun orang tua yang durhaka kepada keturunan. Diriwayatkan pada masa Umar bin Khattab ada ayah yang menyeret putranya untuk dihadapkan kepada Amirul Mukminin. Di depan Umar, orang tua itu mengadukan kelakuan putranya yang tak mau dihormati dan durhaka menerima. “Mohon nasihati dia, wahai Amirul mukminin!” kata orang tua itu.

Umar lalu menasihati anak lelaki itu. “Apa kamu tidak takut kepada Tuhan-mu sebab ridha-Nya tergantung ridha orang tuamu.”

Tak disangka-sangka anak itu mulai bertanya: “Wahai Khalifah! Apa yang ada di samping itu adalah soal anak yang berbakti kepada orang tua, termasuk juga cara orang tua yang bertanggung jawab terhadap apa?”.

Umar bin Khattab menjawab: “Ya, benar ada! Seharusnya ayah menyenangkan dan mencukupi nafkah istri sekaligus ibu dari putra-putrinya, memberikan nama yang baik untuk putra-putrinya, serta mengajari putra-putrinya Al-Quran dan memelajari ilmu agama lainnya.”

Mendengar penjelasan Amirul Mukminin, anak laki-laki itu membalas: “Jika demikian, bagaimana aku berbakti kepada ayahku? Demi Allah, ayahku takir ke ibuku yang tak perlu menggantinya di hamba sahaya. Sekali pun dia minta uang untuk ibuku, sebanyak 400 dirham untuk menebus ibuku. Dia juga tak menamaiku dengan nama yang baik: Aku dinamai ayahku dengan nama “Juala” (Jadian). Dia juga tak mengajariku mengaji, satu ayat pun.

Seketika itu Umar bin Khattab berpaling, memandang tajam ke arah orang tua anak itu, sambil berkata: “Kalau begitu bukan anakmu yang durhaka, tapi kamulah orang tua durhaka!”

Jadi, ayah yang durhaka tanda-tandanya adalah:

  1. Tidak menyayangi lahir-batin istri yang menjadi sumber belajar pertama kali anak kandungnya.
  2. Berkata kasar dan tidak memanggil putra-putrinya dengan sebutan yang baik.
  3. Tidak mendidik putra-putrinya dengan pendidikan yang baik dan bermanfaat untuk masa depan mereka.

Ibnu al-Qayyim al-Jauzi di dalam kitab “Tuhfat al-Maudud” juga pernah mengatakan: “Barangsiapa menyia-nyiakan pendidikan yang berguna untuk masa depan dan putra-putrinya yang dibiarkan begitu saja, maka dia menjadi orang tua yang paling merugi. Anak menjadi rusak moralitasnya karena faktor orang tua yang menyia-nyiakan pendidikan perputaran. anak-anak itu tidak mengembangkan akal budayanya dan tidak mendatangkan manfaat di masa depan untuk kedua orangtuanya. “

Oleh sebab itu, sebagai orang tua, sebagian besar ayah, sepatutnya mencurahkan pikiran, tenaga, dan keuangan untuk masa depan serta pendidikan buah hatinya. Berapa banyak yang dicurahkan orang tua untuk putra-putrinya semua adalah bernilai sedekah dan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Referensi : Kisah Ayah Durhaka kepada Anak di Zaman Umar Bin Khatab