Satu wilayah di otak akan mencoba membantu Anda memutuskan apakah orang tersebut cukup menarik secara fisik. Sedangkan bagian wilayah lainnya akan mencoba menentukan apakah orang tersebut cukup menyenangkan untuk menghabiskan sisa waktu Anda bersamanya.
Alur ini telah berkembang selama jutaan tahun, sampai akhirnya memasuki dunia modern saat ini. Di dunia modern, bagian otak yang paling primitif akan langsung memberikan penolakan ketika Anda bertemu dengan orang asing, terlepas dari apakah Anda mampu berpikir secara realistis tentang potensi orang tersebut menjadi pasangan Anda.
Proses seleksi yang terjadi ketika Anda bertemu dengan orang baru akan jauh lebih sulit ketika Anda tidak atau hanya memiliki sedikit data tentangnya. Namun, terkadang penampilan fisik akan kalah begitu saja dengan kualitas lain yang Anda inginkan dalam diri seorang pasangan atau kekasih, seperti apakah ia seorang profesor yang sangat cerdas, miliader, atau musisi terkenal.
Kesan pertama tidak selalu lengkap dan biasanya bagian otak yang paling primitif tersebut akan cenderung memberikan respon negatif pada fakta-fakta awal yang Anda dapatkan.
Faktanya, tidak semua yang direspon oleh otak akan berguna bagi kehidupan sosial Anda. Jadi, lain kali ketika otak merespon negatif tentang seorang individu, cobalah untuk menghiraukannya sebentar, dan mencoba berinteraksi.
Data menunjukkan bahwa semakin sering Anda berinteraksi dengan seseorang, Anda juga akan semakin menganggapnya sebagai seseorang yang menarik. Beberapa survei di Amerika juga membuktikan bahwa sekitar 35% dari pria dan wanita akhirnya jatuh cinta dengan orang yang awalnya tidak mereka anggap sebagai orang yang menarik.