This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Efek Perceraian Terhadap Pria (dari Kematian Dini Hingga Risiko Bunuh Diri). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Efek Perceraian Terhadap Pria (dari Kematian Dini Hingga Risiko Bunuh Diri). Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Agustus 2022

Efek Perceraian Terhadap Pria, dari Kematian Dini Hingga Risiko Bunuh Diri

Efek Perceraian Terhadap Pria (dari Kematian Dini Hingga Risiko Bunuh Diri)

Efek Perceraian Terhadap Pria, dari Kematian Dini Hingga Risiko Bunuh Diri. Meskipun pria yang bercerai kebanyakan menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja, nyatanya beberapa dari mereka juga ada yang terpuruk dan merasa depresi. Sebuah studi terbaru dari Amerika Serikat bahkan mengungkapkan bahwa perceraian juga memicu masalah bagi kesehatan pria.

Studi ini mengungkapkan bahwa pria yang bercerai lebih mungkin untuk mengalami kematian dini, melakukan penyalahgunaan zat, dan bahkan depresi hingga ingin bunuh diri. Tak hanya itu, pria yang mengalami perceraian juga cenderung lebih mudah 'menyerah' terhadap penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke di usia yang lebih dini, 

Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Dr Daniel Felix, dari University of Nebraska, AS, mengatakan bahwa profesional kesehatan harus memahami apa saja masalah kesehatan pria, sebab seringkali pria enggan untuk mengakuinya karena malu.

Studi ini ia lakukan pada seorang pria kulit putih berusia 45 tahun yang diketahui mengalami proses perceraian yang sulit. Pria ini mengunjungi seorang dokter untuk pertama kalinya dalam 10 tahun dan mengeluh sulit tidur, serta sakit perut terus-menerus.

Pria tersebut kemudian mengungkapkan bahwa ia kini memiliki kebiasaan minum 6 kaleng bir sehari. Ia juga menceritakan bahwa akhir-akhir ini mulai membenci pekerjaannya di sebuah bank lokal dan cepat jengkel dengan rekan-rekannya. Tak hanya itu, ia mengeluhkan aksesnya untuk bertemu anak-anaknya semakin sulit.

Para peneliti melaporkan kondisi fisik pria tersebut stabil. Menurut para peneliti, pria ini mengalami depresi yang berhubungan dengan perceraiannya. Mereka pun memperingkatkan dokternya tentang pengobatan dengan dasar psikologis. Namun dokter justru merekomendasikan asupan nutrisi yang baik, rajin olahraga dan tidur cukup.

"Persepsi pria di masyarakat sebagai makhluk yang tangguh, ulet, dan kurang rentan terhadap trauma psikologis jika dibandingkan dengan wanita membuat mereka dianggap tidak bermasalah dengan perceraian," ungkap Prof Ridwan Shabsigh, dari Cornell University di AS dan presiden dari International Society of Men's Health.

Menurut Prof Shabsigh, faktanya pria juga terpengaruh secara substansial oleh trauma psikologis dan aktivitas kehidupan negatif seperti perceraian, kebangkrutan, perang dan kematian. Oleh sebab itu, penelitian lebih lanjut akan sangat dibutuhkan untuk menemukan prevalensi dan dampak dari efek tersebut, sehingga diagnosis baru bisa dikembangkan, lengkap dengan pedoman pengobatannya bagi para praktisi," ujar Prof Shabsigh.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Men's Health ini menyarankan para pria untuk berkonsultasi dengan terapis jika mengalami perceraian dan membutuhkan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan agar bisa diatasi dengan segera.

Referensi : Efek Perceraian Terhadap Pria (dari Kematian Dini Hingga Risiko Bunuh Diri)