Pengertian Putus Asa
Jika kita larut dalam kejadian itu, maka bisa saja hal tersebut bisa menyebabkan stres. Ketika stres tersebut terjadi secara terus-menerus, kita akan merasa lelah dan mungkin saja terkena gangguan depresi. Dalam kasus tersebut, ada kemungkinan kita bisa mengalami gangguan depresi mayor. Gangguan depresi mayor atau GDM adalah kondisi klinis yang sangat lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari (Kessler dkk., 2005). Dalam konteksnya, depresi menjadi salah satu penyebab dari kasus yang cukup membebankan di dunia (World Health Organization, 2008).
Dari berbagai model kognitif depresi yang ada, ada satu yang cukup menonjol dalam pembahasannya yaitu teori depresi keputusasaan (Abramson dkk., 1989). Awalnya teori ini berasal dari model yang menyatakan bahwa paparan berulang terhadap lingkungan yang tidak mudah untuk dikendalikan dan rasa tidak nyaman akan memberikan rasa terjebak dan putus asa ketika berada dalam situasi tersebut. Akibat dari keputusasaan tersebut, akhirnya menyebabkan depresi. Namun model ini tidak dapat menjelaskan secara detail mengapa individu tersebut menjadi depresi ketika dihadapkan dengan paparan stres yang tidak dapat dikendalikan sementara yang lainnya tidak (Abramson, Seligman, & Teasdale, 1978).
Aspek Putus Asa
Akhirnya pembentukan dari teori keputusasaan tersebut dibentuk ulang dengan membentuk sebuah atribusi kausal yang terdiri dari tiga dimensi yaitu dari ‘internal’ ke ‘eksternal’, ‘stabil’ ke ‘tidak stabil’, dan dari ‘umum’ menjadi ‘spesifik’. Jika tiga atribut tersebut mengalami kejadian negatif dalam hal yang bersifat internal, stabil, dan umum dapat menyebabkan depresi. Contoh mudahnya adalah ketika kalian mengalami quarter life crisis, atau permasalahan dengan teman kamu, maka ada kemungkinan bahwa dirimu akan melihat bahwa kejadian tersebut adalah akibat dari lemahnya kemampuanmu untuk mengendalikan diri (internal), dan kamu percaya bahwa sifatmu tidak dapat diubah (stabil) sehingga menyebabkan pengaruh negatif dalam setiap interaksi sosial yang kamu lakukan (umum).
Lalu Apa yang Perlu Kita Dilakukan?
Mengalami kondisi putus asa memanglah cukup menguras mental dan energi yang ada dalam diri kita. Memang mengalami rasa putus asa bisa membuat pandangan kita terhadap hidup menjadi lebih tidak berarti dan terkadang membuat perasaan kita lebih buruk dari sebelumnya. Tetapi tidak perlu takut, kamu bisa mencari cara menguatkan mental ketika merasa putus asa agar kamu bisa tetap merasa lebih baik apapun kejadian yang menimpa dirimu.
1. Coba Berpikir bahwa Pikiranmu sedang Mencoba Mengelabuimu
Merasa insecure, menjelekkan diri sendiri, atau bahkan menjelekkan sifatmu sendiri. Cara tersebut merupakan hal yang klise oleh pikiran kita saat mengalami putus asa yang dapat menyebabkan kita merasa gagal atau mengatakan bahwa hal tersebut tidak akan berubah selamanya. Tapi jangan langsung menganggap hal tersebut benar, karena proses berpikir yang ada dalam diri kita juga bisa salah saat melakukan evaluasi terhadap diri sendiri.
2. Bantah Pikiranmu dengan Pendapat yang Berlawanan
Ketika pikiran negatif mulai merasuki diri kita, cobalah untuk merenung sejenak selama beberapa menit tentang cara berpikir kita dan mencoba untuk melawan argumen negatif yang ada di pikiranmu dengan kemungkinan positif yang ada saat mengalami kejadian tersebut.
3. Mencari Hikmah saat Mengalami Putus Asa
Kedengarannya aneh namun cara tersebut bisa menjadi dorongan untuk keluar dari perasaan putus asa. Mungkin kalian pernah secara tidak sengaja menemukan bahwa rasa putus asa menjagamu dari perasaan kecewa. Karena rasa putus asa, kamu tidak memiliki ekspektasi apa-apa sehingga kamu tidak perlu merasa khawatir untuk dikecewakan oleh suatu keadaan jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Tapi jangan menjadikan cara tersebut sebagai alasan untuk tidak mempunyai impian atau ekspektasi ya.
4. Memikirkan Apa yang Bisa Kamu Petik Jika Mengembangkan Harapan
Kebalikan dari poin sebelumnya, mempertimbangkan apa yang terjadi jika kamu lebih berharap bisa menjadi salah satu cara terhindar dari rasa putus asa. Contohnya seperti, jika saja kamu berharap, mungkin kamu lebih mudah untuk pergi bertemu orang-orang baru atau inisiasi mencari hobi atau pekerjaan baru. Melakukan semua hal tersebut meskipun dalam keadaan tidak berharap. Terkadang kita harus mengubah sikap kita menjadi berharap baru nanti perasaan kita ikut menjadi lebih berharap.
5. Mengikutsertakan Pemecahan Masalah
Selalu ada cara untuk menyelesaikan masalah atau mengubah perasaan yang ada dalam dirimu, tidak terkecuali dalam hal putus asa. Menghabiskan waktu untuk berpikir dan mencoba untuk mencari resolusi dari permasalahan tersebut. Jika kamu tidak bisa menyelesaikan masalah dengan cara konvensional mungkin kamu bisa mengubah suasana dari perasaan kamu seperti melakukan me time, istirahat dari pekerjaanmu sejenak, mengendalikan emosi, dan berbagai macam hal lainnya yang bisa meningkatkan mood.
6. Bicarakanlah Perasaanmu Terhadap Orang atau Keluarga yang Kamu Percaya
Jika kamu memiliki kesulitan setelah beberapa poin yang penulis berikan, mungkin kamu bisa untuk mengidentifikasi masalah yang ada bersama dengan teman atau keluarga yang kamu percaya. Bisa saja mereka dapat membantu kamu untuk melihat masalah dengan perspektif yang baru atau bahkan memberikan usulan yang berbeda dari rencana awalmu dan lebih efektif. Menceritakan pengalaman yang sedang menimpa dirimu memanglah berat, tetapi becerita kepada seseorang bisa menjadi kunci agar kamu bisa lebih berharap terhadap situasi yang sedang kamu alami.
7. Cobalah untuk Mengembangkan Rencana
Setelah bercerita dan mendapatkan wawasan dari apa yang kamu evaluasi sendiri atau bersama dengan orang yang kamu percaya, cobalah untuk mengembangkan rencana tersebut. Perlu diingat bahwa jika rencana kamu gagal sekalipun kamu masih bisa membuat rencana baru atau plan B dan seterusnya jadi tidak perlu merasa murung. Anggap saja kita sedang melakukan eksperimen untuk mencari cara efektif dari apa yang kita lakukan.
8. Mengambil Tindakan
Sebuah rencana tanpa ada tindakan adalah hampa, maka dari itu setelah adanya rencana kita segera merealisasikan rencana tersebut. Rasanya tidak mungkin jika kamu hanya berdiam diri akan mendapatkan secercah harapan. Kamu akan mendapatkan harapan ketika kamu mulai menaruh dirimu sendiri di luar sana untuk mulai mengambil tindakan dan mulai melihat apa yang bisa kamu lakukan terhadap dirimu sendiri. Mulai dengan melakukan mindfulness untuk meningkatkan kualitas pikiran.
9. Cari Bantuan dari Orang yang Profesional
Pada akhirnya, rasa putus asa juga bisa menjadi gejala dari masalah kesehatan mental seperti depresi. Jika kamu merasakan perasaan putus asa lebih dari dua minggu atau jika kamu merasa khawatir dengan kesehatan mentalmu, cobalah untuk berbicara terhadap seseorang.
Orang yang profesional dalam bidang kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater bisa menilai kebutuhan mentalmu dan mendiskusikan pilihan perawatan yang ingin kamu lakukan seperti terapi atau pengobatan. Kebanyakan dari masalah kesehatan mental bisa diobati.
Referensi : Mengenal Putus Asa dan Cara Mengatasinya