Sakit di seluruh tubuhku saat itu membuatku hanya pasrah dengan apa yang terjadi. Saat itu barulah terngiang hadis Rasulullah saw. Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah saw. bersabda:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya : “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara:
- Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
- Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
- Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
- Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
- Hidupmu sebelum datang kematianmu.”(HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok-nya).
Evidensbasert pediatrikk: film og pediatri (612): «Svett», svetten til influenceren kjope trenbolone acetate i norge maxtreme 30 fantastiske innholdsideer for instagram | apptuts.
Hadis ini dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shaghir.
Al Munawi mengatakan, فَهِذِهِ الخَمْسَةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلاَّ بَعْدَ زَوَالِهَا “ Lima hal ini (waktu muda, masa sehat masa luang, masa kaya dan waktu ketika hidup) barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya setelah kelima hal tersebut hilang.” (At Taisir Bi Syarh Al Jami’ Ash Shaghir, 1/356).
Benarlah kata Al Munawi. Seseorang baru ingat kalau dia diberi nikmat sehat, ketika dia merasakan sakit. Dia baru ingat diberi kekayaan, setelah jatuh miskin. Dan dia baru ingat memiliki waktu semangat untuk beramal di masa muda, setelah dia nanti berada di usia senja yang sulit beramal. Penyesalan tidak ada gunanya jika seseorang hanya melewati masa tersebut dengan sia-sia.
Kesehatan adalah mahkota yang bertengger di atas kepala orang sehat, dan hanya bisa dilihat oleh orang yang sakit. Kesehatan diibaratkan dengan mahkota, karena ia adalah kekayaan yang amat berharga. Hanya karena letaknya di atas kepala sendiri, sulit bagi seseorang untuk melihatnya. Tak banyak yang mensyukuri keberadaannya dan merasakan nikmatnya. Sebaliknya, bagi orang yang menderita sakit, mereka dapat melihat mahkota kesehatan tersebut karena merasakan langsung.
Dalam Hadisnya Rasulullah saw bersabda : “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari, no. 5933).
Maksud dari tertipu dalam hadist tersebut adalah melalaikan/meninggalkan untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala terhadap nikmat yang telah Dia berikan kepada manusia. (Fathul Bari).
Mengapa bisa sampai tertipu? Tentu bukan karena kesehatan itu nikmat yang kecil dan sederhana, bahkan justru karena kesehatan ini begitu besar kenikmatannya, sehingga orang kerap terlena dan lupa diri karenanya.
Jika direnungkan, ternyata justru di saat semuanya serba tak nyaman inilah orang menjadi sadar tentang dahsyatnya nikmat sehat. Justru melalui sakitlah kebanyakan orang diingatkan akan kelalaiannya bersyukur di kala sehat.
Artinya: “Mohonlah kepada Allah ampunan dan kesehatan, karena setelah iman, tidak ada kebaikan besar bagi seseorang selain (melebihi) kesehatan.” (Hadits ini disebutkan dalam al-Thibb al-Nabawi oleh al-Dzahabi)
Ujian sakit, bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja, dan tanpa terduga kehadirannya. Seseorang yang mengidap penyakit kanker, telah bertahun-tahun berjuang melawan penyakitnya itu dengan melakukan tujuh kali operasi dan menghabiskan biaya banyak. Namun setelah operasi terakhirnya dinyatakan berhasil, beberapa pekan kemudian meninggal hanya karena penyakit diare akut.
Seorang artis yang semula hidupnya berlimpah kekayaan dan ketenaran, tiba-tiba terserang stroke. Rumah serta mobil mewah yang ia miliki, belum juga cukup untuk menebus biaya pengobatannya. Alhamdulillah, kondisinya mulai pulih bertahun-tahun kemudian, namun harta dan kejayaannya habis dan ia pun tinggal terdiam pasrah di kursi rodanya.
Sungguh luar biasa kasih sayang Allah ketika memberikan kita sakit, karena kerap kali melalui sakit itulah kita baru bisa mensyukuri nikmat sehat. Itu pula sebabnya kita dianjurkan untuk gemar mengunjungi orang sakit, selain untuk membahagiakan yang sakit juga untuk tadabbur dan peringatan bagi diri kita sendiri.
Nikmat sehat merupakan salah satu nikmat terbesar yang dikaruniakan oleh Allah Ta’ala kepada manusia. Dengan nikmat ini, yang termasuk di dalamnya nikmat hidup, manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dengan nyaman mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur bahkan selama tidur itu sendiri.
Seorang ayah dapat bekerja menafkahi keluarganya karena badannya kuat, seorang ibu dapat memasak untuk keluarganya karena tidak mengalami nyeri haid, seorang anak dapat belajar dengan rajin karena tidak mengalami demam, dan lainnya merupakan beberapa contoh dari manfaat dari nikmat sehat yang dikaruniakan kepada kita secara cuma-cuma oleh Allah Swt.
Maka sudah selayaknya kita bersyukur/berterima kasih kepada Allah Ta’ala atas karunia-Nya tersebut juga karunia-Nya yang lain, sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta’ala kepada kita dalam firman-Nya,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya : “Maka ingatlah kepada-Ku (Allah), niscaya Aku akan ingat kepadamu, bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku “. ( Qs. Al Baqarah : 152)
Namun ternyata, sebagian besar manusia tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Mereka lalai, zalim bahkan melakukan apa yang dilarang oleh Allah Ta’ala, yakni mengingkari berbagai nikmat, termasuk nikmat sehat, yang dikaruniakan oleh-Nya. Hanya sebagian kecil saja dari manusia yang mau dan mampu untuk mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah karuniakan kepadanya. Allah Ta’ala mengabarkannya kepada kita dalam firman-Nya,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Artinya : “Dan sedikit sekali golongan hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’ : 13)
Bersyukur kepada Allah Ta’ala merupakan kebaikan /amal sholeh, sedangkan lalai dalam bersyukur kepada Allah dan mengingkari nikmat Allah merupakan kejahatan / amal buruk dan masing-masing darinya akan mendapatkan balasan dari Allah. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, “Sesungguh¬nya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Azab dalam ayat tersebut diantaranya adalah dicabutnya nikmat-nikmat itu dari mereka, dan Allah menyiksa mereka karena mengingkarinya. Juga terhalang rejekinya karena dosa yang dikerjakannya yakni lalai dan ingkar akan nikmat yang Allah karuniakan.Bagaimana bersyukur kepada Allah ?
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menerangkan bahwa di dalam mensyukuri nikmat; memiliki tiga rukun yang harus ditegakkan: ”Semua kenikmatan Allah memiliki arti yang sama: maka pengikatnya ialah rasa syukur, yang dibangun di atas tiga rukun: mengakuinya di dalam batin, menampakkannya secara nyata, dan menggunakannya di jalan keridhaan penolongnya dan pembimbingnya serta pemberinya yakni Allah Ta’ala. Dan apabila dia telah melakukan hal tersebut berarti dia telah mensyukurinya (walau) dengan rasa syukur yang terbatas”. (al-Wabilus Shoyyib)
Nabi Muhammad saw pun memberikan nasehat kepada kita tentang cara menumbuhkan rasa syukur kepada Allah Ta’ala dalam sabda beliau,
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
Artinya: “Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu”. (HR. Bukhari no. 6490)
Ada beberapa hal yang berhubungan dengan cara mensyukuri nikmat sehat karunia dari Allah Ta’ala yaitu dengan cara :
Pertama, Meyakini dalam hati bahwa nikmat yang diterima semata-mata pemberian Allah Swt. Seorang yang beriman seharusnya tidak menisbatkan (mengarahkan sebab timbulnya) nikmat kepada kekuatan, kepintaran, keberaniannya, dan semisalnya. Sebagai contoh Nabi Sulaiman as. tatkala singgasana Ratu Saba’ bisa didatangkan di hadapannya dalam tempo sekejap, maka beliau berkata: “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).” (QS. An-Naml: 40).
Kedua, Memuji Allah Swt. atas segala karunia-Nya. Ini dilakukan dengan cara mengucapkan puji syukur dan menceritakannya secara lahir. Karena, dengan selalu mengingat dan menceritakan (bukan untuk kesombongan) pemberian Allah Swt akan mendorong untuk bersyukur. Hal itu karena manusia mempunyai tabiat menyukai orang yang berbuat baik kepadanya.
Ketiga, Menggunakan nikmat untuk taat kepada Allah Swt. Salah satu bentuk realisasi kita terhadap mensyukuri nikmat Allah dan sehat ini adalah dengan berbuat taat dalam beribadah bukan malah sebaliknya yaitu untuk berbuat maksiat. Karena pada dasarnya hal ini adalah merealisasikan beragam amal shalih sebagai bentuk mensyukuri nikmat.
Keempat, Memelihara kesehatan badan. Cara menjaga kesehatan badan yaitu yaitu bisa dengan jalan antara lain tidak merokok dan tidak meminum-minuman keras beralkohol karena dalam hal kedua tersebut banyak mudharat dan akan menyebabkan gangguan kesehatan pada diri kita juga.
Mengatur pola makan, istirahat, olahraga, dan juga menjaga kebersihan adalah beberapa upaya dalam memelihara kesehatan. Dengan fisik yang sehat kita akan lebih khusyuk dalam ibadah, lebih fokus dalam bekerja-belajar, lebih siap mengemban amanah, lebih totalitas dalam mengerjakan segala sesuatunya.
Demikian beberapa cara tips mensyukuri nikmat Allah yang berupa kesehatan kepada kita semuanya. Dan semoga kita dijauhkan dari sifat kufur nikmat dan kita termasuk dalam hamba-hambaNya yang pandai mensyukuri berbaagai macam kenikmatan yang datangnya dari Allah Swt.
Referensi : Mensyukuri Nikmat Sehat