This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Penetapan Harga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penetapan Harga. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 September 2022

Penetapan Harga

Tas’ir yaitu penguasa atau wakilnya menetapkan untuk rakyat(nya) harga tertentu terhadap barang dan menundukkan pasar untuk memberlakukan hal itu serta memaksa masyarakat untuk melakukan jual beli dengan harga yang sudah ditetapkan.  Membatasi harga barang tidak boleh secara syar’i. Pada asalnya hal tersebut adalah haram, kecuali jika penguasa melihat adanya praktek permainan harga (yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu) atau ia melihat ketidakberesan yang nampak, maka dalam kondisi seperti ini ia boleh menentukan harga barang untuk mengatasi praktek permainan harga dan meredam tingginya harga barang yang melampaui batas.  Allah Ta’ala berfirman:  ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ù„َا تَØ£ْÙƒُÙ„ُوا Ø£َÙ…ْÙˆَالَÙƒُÙ…ْ بَÙŠْÙ†َÙƒُÙ…ْ بِالْبَاطِÙ„ِ Ø¥ِÙ„َّا Ø£َÙ†ْ تَÙƒُونَ تِجَارَØ©ً عَÙ†ْ تَرَاضٍ Ù…ِÙ†ْÙƒُÙ…ْ  “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu...” [An-Nisaa’/4: 29]  Ketika terjadi tingginya harga barang-barang pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang berkata, “Wahai Rasulullah! Tetapkanlah harga-harga barang untuk kami!” Lalu beliau berkata:  Ø¥ِÙ†َّ اللهَ Ù‡ُÙˆَ الْÙ…ُسَعِّرُ الْÙ‚َابِضُ الْبَاسِØ·ُ الرَّازِÙ‚ُ ÙˆَØ¥ِÙ†ِّÙŠْ َلأَرْجُÙˆْ Ø£َÙ†ْ Ø£َÙ„ْÙ‚َÙ‰ رَبِّÙŠْ ÙˆَÙ„َÙŠْسَ Ø£َØ­َدٌ Ù…ِÙ†ْكمْ ÙŠَØ·ْÙ„ُبُÙ†ِÙ‰ بِÙ…َظْÙ„َÙ…َØ©ٍ Ù…ِÙ†ْ دَÙ…ٍ Ùˆَلاَ Ù…َالٍ.  “Sesungguhnya Allah-lah yang menetapkan harga, yang menahan dan melepas serta yang memberi rizki, dan aku berharap dapat berjumpa dengan Rabb-ku dalam keadaan tidak seorang pun di antara kalian yang menuntutku lantaran kezhaliman (yang aku lakukan) pada jiwa dan harta (kalian).” [HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Anas Radhiyallahu anhu]  Seorang penguasa tidak boleh melakukan pemaksaan terhadap manusia, namun secara syar’i tidak ada larangan baginya untuk menundukkan pasar dengan menetapkan harga tertentu dengan beberapa syarat, yaitu:  Penetapan harga diberlakukan setelah melihat bahwa kebutuhan manusia mengharuskan hal itu.  Tingginya harga barang yang melampaui batas disebabkan sedikitnya stok barang dan banyaknya konsumen (peminat).  Jika demikian keadaannya, maka pada dasarnya sebagaimana yang sudah diketahui dari beberapa dalil bahwa manusia diberi kebebasan untuk melakukan jual beli sesuai dengan tuntunan yang disyari’atkan. Jika nampak sesuatu yang mengharuskan untuk menetapkan harga, maka orang yang bertanggung jawab, yaitu penguasa berhak turut campur dalam masalah ini.  Referensi :
Tas’ir yaitu penguasa atau wakilnya menetapkan untuk rakyat(nya) harga tertentu terhadap barang dan menundukkan pasar untuk memberlakukan hal itu serta memaksa masyarakat untuk melakukan jual beli dengan harga yang sudah ditetapkan.

Membatasi harga barang tidak boleh secara syar’i. Pada asalnya hal tersebut adalah haram, kecuali jika penguasa melihat adanya praktek permainan harga (yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu) atau ia melihat ketidakberesan yang nampak, maka dalam kondisi seperti ini ia boleh menentukan harga barang untuk mengatasi praktek permainan harga dan meredam tingginya harga barang yang melampaui batas.

Allah Ta’ala berfirman:

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ù„َا تَØ£ْÙƒُÙ„ُوا Ø£َÙ…ْÙˆَالَÙƒُÙ…ْ بَÙŠْÙ†َÙƒُÙ…ْ بِالْبَاطِÙ„ِ Ø¥ِÙ„َّا Ø£َÙ†ْ تَÙƒُونَ تِجَارَØ©ً عَÙ†ْ تَرَاضٍ Ù…ِÙ†ْÙƒُÙ…ْ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu...” [An-Nisaa’/4: 29]

Ketika terjadi tingginya harga barang-barang pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang berkata, “Wahai Rasulullah! Tetapkanlah harga-harga barang untuk kami!” Lalu beliau berkata:

Ø¥ِÙ†َّ اللهَ Ù‡ُÙˆَ الْÙ…ُسَعِّرُ الْÙ‚َابِضُ الْبَاسِØ·ُ الرَّازِÙ‚ُ ÙˆَØ¥ِÙ†ِّÙŠْ َلأَرْجُÙˆْ Ø£َÙ†ْ Ø£َÙ„ْÙ‚َÙ‰ رَبِّÙŠْ ÙˆَÙ„َÙŠْسَ Ø£َØ­َدٌ Ù…ِÙ†ْكمْ ÙŠَØ·ْÙ„ُبُÙ†ِÙ‰ بِÙ…َظْÙ„َÙ…َØ©ٍ Ù…ِÙ†ْ دَÙ…ٍ Ùˆَلاَ Ù…َالٍ.

“Sesungguhnya Allah-lah yang menetapkan harga, yang menahan dan melepas serta yang memberi rizki, dan aku berharap dapat berjumpa dengan Rabb-ku dalam keadaan tidak seorang pun di antara kalian yang menuntutku lantaran kezhaliman (yang aku lakukan) pada jiwa dan harta (kalian).” [HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Anas Radhiyallahu anhu]

Seorang penguasa tidak boleh melakukan pemaksaan terhadap manusia, namun secara syar’i tidak ada larangan baginya untuk menundukkan pasar dengan menetapkan harga tertentu dengan beberapa syarat, yaitu:

Penetapan harga diberlakukan setelah melihat bahwa kebutuhan manusia mengharuskan hal itu.

Tingginya harga barang yang melampaui batas disebabkan sedikitnya stok barang dan banyaknya konsumen (peminat).

Jika demikian keadaannya, maka pada dasarnya sebagaimana yang sudah diketahui dari beberapa dalil bahwa manusia diberi kebebasan untuk melakukan jual beli sesuai dengan tuntunan yang disyari’atkan. Jika nampak sesuatu yang mengharuskan untuk menetapkan harga, maka orang yang bertanggung jawab, yaitu penguasa berhak turut campur dalam masalah ini.

Referensi :