Broken Home (Ketika Anak Menjadi Korban Kedua Orang Tuanya). Tahukah kamu bahwa seorang anak yang tumbuh besar di keluarga yang kurang harmonis dapat menjadikan tumbuh kembang dan masa depannya menjadi terganggu? Setiap anak pasti ingin memiliki keluarga yang utuh. Sayangnya, tidak semua anak beruntung untuk mendapatkan kehangatan dalam sebuah keluarga. Beberapa permasalahan rumah tangga seperti perceraian, membuat anak menjadi korban atas segala permasalahan yang terjadi di antara kedua orang tuanya.
Broken home terdiri dari dua kata, yaitu broken yang artinya kehancuran dan home artinya rumah. Jadi, secara istilah, broken home berarti adanya kehancuran dalam rumah tangga yang disebabkan oleh suami dan istri karena adanya perbedaan pendapat. Broken home dapat dilihat dari dua aspek, yaitu (1) Keluarga yang terpecah karena strukturnya tidak utuh dikarenakan salah satu anggota keluarga meninggal atau bercerai, (2) Orang tua yang tidak bercerai, tetapi struktur keluarga itu tidak lagi utuh karena kedua orang tua sering bertengkar dan sering tidak di rumah, yang mana hal itu memperlihatkan tidak adanya lagi kasih sayang.
Sejatinya, keluarga itu merupakan tempat pertama seorang anak untuk mendapatkan didikan serta pembelajaran dari seorang ayah dan ibu. Perlu diingat, seorang anak tidak mau tumbuh berkembang di dalam keluarga broken home. Hal ini bukanlah suatu pilihan yang mereka mau dan juga bukan suatu hal yang mudah untuk dihadapi oleh para anak broken home. Bagi para anak broken home, keluarga bukanlah rumah ternyaman untuk mereka. Ketidakharmonisan keluarga membuat perkembangan kepribadian mereka menjadi terganggu.
Dampak Broken Home Bagi Anak yang Perlu Diketahui Orang Tua
Para orang tua pelaku dari broken home, seharusnya tidak melupakan perannya sebagai orang yang mendidik para anak. Mereka harus tetap memberikan sentuhan kasih sayang, perhatian, dan perlakuan lainnya yang sering dilakukan orang tua pada umumnya. Hal tersebut tentunya dapat membantu memperbaiki psikis anak dari rasa trauma yang dialaminya. Berikut beberapa dampak pada anak korban broken home. Yuk, simak penjelasannya!
1. Tidak semangat dalam mempelajari hal-hal baru
Anak yang menjadi korban broken home cenderung kurang semangat dalam mempelajari hal-hal baru. Mereka lebih sering melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak penting. Pada dasarnya, anak harus membutuhkan motivasi yang tinggi agar mereka dapat membangun semangat untuk belajar. Motivasi yang diberikan bukan hanya sekadar kata-kata tetapi juga sentuhan kasih sayang yang mampu membangkitkan semangat anak.
2. Anak tidak percaya diri
Rasa ketidakpercayaan diri anak muncul ketika keluarga mereka hancur. Opini sebagian orang terkait suatu hal yang terjadi dengan keluarga mereka membuat para anak menjadi malu sehingga mereka memilih untuk menyendiri. Seharusnya, sebelum menghadapi perceraian, para orang tua harus menyiapkan mental anaknya karena itu sangat penting. Sebab, ketidaksiapan anak dalam menghadapi permasalahan orang tuanya dapat menimbulkan hilangnya rasa percaya diri serta rasa percaya pada orang lain.
3. Sering membandingkan dirinya oleh orang lain
Membandingkan diri dengan orang lain terkait kehidupan adalah hal yang wajar dilakukan oleh anak mulai dari usia 5 tahun. Hal tersebut dikatakan wajar. Namun, jika tidak mampu diseimbangkan bisa menimbulkan hal negatif seperti memiliki perasaan iri, dengki ataupun minder.
beberapa kepribadian di atas yang dimiliki oleh para anak broken home, dapat mengarahkan mereka melakukan hal-hal negatif seperti self-harm, melakukan pergaulan bebas, mem-bully orang lain, dsb. Tindakan ini bisa memicu anak broken home menjadi stress, depresi, dan trauma. Bagi anak broken home, keluarga bukanlah lagi rumah yang menjadikan mereka nyaman.
Cara Orang Tua Dalam Menyikapi Anak Korban Broken Home
Perkembangan fisik maupun psikis anak tentunya perlu diperhatikan oleh para orang tua, terutama untuk para anak broken home yang di semasa hidupnya merasakan ketidaknyamanan dalam kehidupan keluarga. Nah, di bawah ini ada beberapa cara untuk para orang tua menyikapi kesehatan mental bagi anak korban broken home.
1. Mencoba memperbaiki hubungan orang tua dengan anak
Perseteruan yang terjadi pada orang tua membuat para anak korban broken home menjadi merasa kurang kasih sayang dan perhatian. Memperbaiki ikatan hubungan dengan anak adalah salah satu hal yang bisa membuat anak kembali menjadi pribadi yang baik. Memperbaiki ikatan hubungan dapat dimulai dengan memberikan perhatian terkait pendidikan, diberikan sentuhan kasih sayang, memberikan tempat untuk anak berdiskusi dengan orang tua,
2. Menghindari menjelek-jelekkan pasangan di depan anak
Para orang tua tidak seharusnya saling menjelek-jelekkan satu sama lain. Mau bagaimanapun juga, mereka tetap menjadi orang tua dari anak-anaknya. Apabila orang tua tetap melakukan hal tersebut di depan anak, rasa benci bisa timbul dari diri anak, karena pada dasarnya mereka tetap membutuhkan sosok orang tua yang utuh, meskipun keluarga itu sudah tidak utuh.
3. Memberikan waktu kepada anak untuk menerima kenyataan
Perceraian yang terjadi pada orang tua pasti tidak mudah untuk diterima oleh para anak. Mereka pasti memiliki perasaan batin bahkan trauma terhadap sebuah perpisahan. Nah, di sini orang tua perlu memberikan waktu dan juga pengertian kepada sang anak agar mereka bisa menerima kenyataan yang ada.
apakah kalian sudah mengerti mengenai arti broken home, dampak broken home bagi anak, serta cara menyikapi anak broken home? Setelah menyimak penjelasan di atas, kalian diharapkan mampu memahaminya. Penting untuk kita memperhatikan hal ini karena tidak sedikit anak yang mengalaminya. Tentu sedih apabila kita merasakan hal yang dirasakan oleh para korban broken home. Walaupun begitu, menjadi anak korban broken home bukanlah suatu stigma yang buruk. Anak korban broken home merupakan anak-anak hebat yang mampu memberikan kekuatan kepada dirinya untuk menjalani kehidupan.