This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Pentingnya Menjadi Pemimpin Yang Adil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pentingnya Menjadi Pemimpin Yang Adil. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 September 2022

Pentingnya Menjadi Pemimpin Yang Adil

Pentingnya menjadi seorang pemimpin yang adil, baik itu pemimpin dalam keluarga, masyarakat, dan terlebih bagi seorang pejabat publik. "Sebagai pejabat publik apapun yang dilakukan haruslah berbuat adil. Manusia diberi kesempatan untuk mencari keadilan, seadil-adilnya, meskipun tetap yang maha Adil hanya Allah," ujar Arcandra saat mengisi ceramah sebelum menunaikan shalat tarawih berjamaah di Masjid Salman.  Ia menyatakan, hal ini sudah termaktub dalam kitab suci Alquran (QS. 49:9) bahwa apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang atau berselisih, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali pada perintah Allah SWT. Jika golongan itu telah kembali , maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.  "Allah mengatakan sangat mencintai orang yang berlaku adil. Inilah yang paling berat, berlaku adil, karena tidak mungkin seorang manusia akan mencapai derajat yang maha adil, tidak akan mungkin," ujar Arcandra.  Arcandra menambahkan, salah satu penyakit kita sebagai manusia dalam memutuskan persoalan, pertengkaran atau perselisihan antara kedua belah pihak, si pemutus persoalan itu seringkali merasa yang paling benar. "Jangan sampai kita dalam memutuskan perkara-perkara, kita terlalu mendominasi keputusan. jangan sampai kita merasa, saya lebih tinggi paling maka saya paling tahu, Tidak," ungkap Arcandra.  Selanjutnya dalam menjalankan tugas di Kementerian ESDM sebagai pembuat kebijakan, Arcandra menyebut tugasnya mirip seperti wasit. "Ada yang menjadi hakim garis dan ada pemain dalam pertandingan sepakbola. Pemain ini banyak jenisnya. Ada pemain yang suka melakukan diving, ada pemain yang terkadang terinjak sedikit teriaknya luar biasa, padahal baru terinjak sedikit, ada juga pemain yang kasar, karena itu diperlukan wasit yang sabar. Bahkan ada pemain yang seperti Maradona, membuat goal dengan menggunakan bantuan tangan. Walau goal itu disahkan, tapi ingat Allah Maha Melihat," papar Arcandra.  Di akhir ceramahnya Arcandra mengajak jamaah tarawih untuk mengecek sumber informasi saat menerima informasi dari pihak lain, sebelum langsung menyebarkan berita tersebut kepada orang lain. "Wahai orang yang beriman. Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesalinya (QS. 49:6)," tutup Acandra.

Pentingnya menjadi seorang pemimpin yang adil, baik itu pemimpin dalam keluarga, masyarakat, dan terlebih bagi seorang pejabat publik. "Sebagai pejabat publik apapun yang dilakukan haruslah berbuat adil. Manusia diberi kesempatan untuk mencari keadilan, seadil-adilnya, meskipun tetap yang maha Adil hanya Allah," ujar Arcandra saat mengisi ceramah sebelum menunaikan shalat tarawih berjamaah di Masjid Salman.


Ia menyatakan, hal ini sudah termaktub dalam kitab suci Alquran (QS. 49:9) bahwa apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang atau berselisih, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali pada perintah Allah SWT. Jika golongan itu telah kembali , maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

"Allah mengatakan sangat mencintai orang yang berlaku adil. Inilah yang paling berat, berlaku adil, karena tidak mungkin seorang manusia akan mencapai derajat yang maha adil, tidak akan mungkin," ujar Arcandra.

Arcandra menambahkan, salah satu penyakit kita sebagai manusia dalam memutuskan persoalan, pertengkaran atau perselisihan antara kedua belah pihak, si pemutus persoalan itu seringkali merasa yang paling benar. "Jangan sampai kita dalam memutuskan perkara-perkara, kita terlalu mendominasi keputusan. jangan sampai kita merasa, saya lebih tinggi paling maka saya paling tahu, Tidak," ungkap Arcandra.

Selanjutnya dalam menjalankan tugas di Kementerian ESDM sebagai pembuat kebijakan, Arcandra menyebut tugasnya mirip seperti wasit. "Ada yang menjadi hakim garis dan ada pemain dalam pertandingan sepakbola. Pemain ini banyak jenisnya. Ada pemain yang suka melakukan diving, ada pemain yang terkadang terinjak sedikit teriaknya luar biasa, padahal baru terinjak sedikit, ada juga pemain yang kasar, karena itu diperlukan wasit yang sabar. Bahkan ada pemain yang seperti Maradona, membuat goal dengan menggunakan bantuan tangan. Walau goal itu disahkan, tapi ingat Allah Maha Melihat," papar Arcandra.

Di akhir ceramahnya Arcandra mengajak jamaah tarawih untuk mengecek sumber informasi saat menerima informasi dari pihak lain, sebelum langsung menyebarkan berita tersebut kepada orang lain. "Wahai orang yang beriman. Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesalinya (QS. 49:6)," tutup Acandra.