Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Rezeki halal walau sedikit, itu lebih berkah daripada rezeki haram yang banyak yang dapat cepat hilang dan Allah akan menghancurkannya.”
(Majmu’ah Al-Fatawa, 28:646)
Akan tetapi kalimat ini bisa kita ambil baiknya. Bahwa dari kalimat di atas, membuat kita termotivasi agar terus bekerja keras untuk membangun pondasi kehidupan kita yang entah sampai kapan (sampai batas takdir yang Allah berikan). Dan yang pastinya adalah untuk menjadi bekal dan tabungan keluarga kita setelahnya. Naghrisu liman ba’dana (Kita menanam untuk generasi setelah kita). Sama halnya apa yang kita nikmati dari perjuangan-perjuangan generasi sebelum kita.
Selain itu, kalimat di atas juga memotivasi dan mengingatkan kita agar terus semangat untuk beramal dan beribadah dengan baik dan benar seakan itu adalah amalan dan ibadah terakhir kita di dunia ini. Hal ini selaras dengan surat Al-Qashash ayat 77.
Sebagaimana kita tahu dan bahkan ada di sekitar kita, ada orang-orang yang sudah tidak peduli lagi dengan cara apa dia mendapatkan rezeki. Menghalalkan segala cara hanya sekedar untuk membuat perut kenyang. Bahkan jauh sebelum itu, Rasulullah pernah membahas soal itu. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau haram.” (HR. Bukhari)
Apalagi di masa pandemi yang membuat semuanya seakan jadi sulit ini. Banyak yang sepertinya sudah kehilangan akal dengan bagaimana lagi agar bisa bertahan hidup. Banyak yang rela menempuh beragam cara yang salah dan menabrak rambu-rambu syariat agar bisa menyambung hidup. Bahkan sampai muncul ungkapan “Mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal”. Naudzu billah.
Jelas ungkapan ini tidak tepat bagi seorang muslim. Karena mencari rezeki tidak hanya soal memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi mencari rezeki adalah bagian dari ibadah untuk mencari ketenangan hidup di dunia dan akhirat kelak. Dan yang tidak kalah penting adalah bahwa salah satu pertanyaan di akhirat kelak yaitu darimana kita mendapatkan harta yang kita punya di dunia dan kemana kita membelanjakannya.
Bagaimanapun keadaannya, carilah rezeki dengan cara yang halal dan bukan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Karena setiap kita tidak akan meninggalkan dunia ini sebelum sempurna rezekinya. Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm bersabda,
لاَ تَسْتَبْطِئُوْاالرِّزْقَ, فَإِنَّهُ لَنْ يَمُوْتَ العَبْدُ حَتَّى يَبْلُغَ آخِرَ رِزْقٍ هُوَ لَهُ, فَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ, أَخْذِ الحَلاَلِ وَ تَرْكِ الحَرَامِ
Janganlah menganggap rezeki kalian lambat turun. Sesungguhnya, tidak ada seorang pun meninggalkan dunia ini, melainkan setelah sempurna rezekinya. Carilah rezeki dengan cara yang baik (dengan) mengambil yang halal dan meninggalkan perkara yang haram (HR. Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Baihaqi; dishahihkan syaikh Al Albani)
Beberapa keutamaan rezeki yang halal :
1. Sebab terkabulnya do’a
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan bahwa harta yang haram adalah penghalang dikabulkannya do’a seorang hamba. Rasulullah menceritakan seorang laki-laki yang berdoa dengan mengangkat kedua tangannya ke langit dan menyebut nama Allah: Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku, lalu beliau bersabda:
“(Sedangkan) laki-laki tersebut mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak halal, pakainnya pun tidak halal dan selalu diberi (makanan) yang tidak halal, maka bagaimana mungkin permohonannya akan dikabulkan (oleh Allah)”? (HR. Muslim)
2. Rezeki dan makanan halal akan menyebabkan amal sholeh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang baik tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan. Namun benarkah harta benda itu kebaikan yang sejati?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika apapun yang kita makan, pakai dan gunakan bersumber dari yang baik (halal), maka akan mendatangkan kebaikan dalam hidup kita. Dari ketenangan hidup, kecukupan dan kelapangan hati. Itulah salah satu ciri hidup yang berkah.
Doa masyhur yang diajarkan oleh Rasulullah kepada ‘Ali bin Abi Thalib:
اللهم اكفني بحلالك عن حرامك وأغنني بفضلك عمن سواك
Ya Allah, berikanlah kecukupan bagiku dengan rezeki-Mu yang halal (dan jauhkanlah aku) dari yang haram, serta cukupkanlah aku dengan karunia-Mu (sehingga aku tidak butuh) kepada selain-Mu