Berhati-hatilah, karena ketika hati kita berhenti berharap, hakikatnya kita telah melakukan salah satu perbuatan dosa terbesar:
“Dosa besar yang paling besar adalah menyekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah, putus asa terhadap rahmat Allah, dan putus harapan terhadap kelapangan dari Allah.”
(Hadis hasan sahih; diriwayatkan oleh Ath-Thabrani)
Apa yang membuat putus asa dan hilang harapan menjadi salah satu dosa terbesar yang tak boleh dilakukan oleh orang beriman?
1. Hilang harapan berarti hilang keimanan
Mustahil orang yang beriman pada Allah kehilangan harapannya terhadap Allah. Karena hakikat keimanan adalah meyakini Allah sebagai Tuhan yang Maha Kuasa memelihara hamba-hambaNya, Tuhan tempat setiap makhluk bersandar, Tuhan tempat menitipkan asa dan harapan.
Maka kehilangan harapan bisa dipastikan menggerus keimanan itu sendiri, semakin tipis harapan seseorang pada Allah, menunjukkan tipisnya keyakinan dirinya terhadap Kemaha Kuasaan Allah.
Jelas bahwa kita diharamkan kehilangan harapan. Setiap saat dilanda kesukaran, perkuatlah kesabaran dan teguhkanlah keyakinan bahwa Allah mampu mengubah keadaan menjadi baik.
2. Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat
“…sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al Baqarah: 214)
Sahabat, sering kali Allah menunda pertolonganNya, disebabkan ketidakpasrahan kita terhadap kehendakNya. Mungkin karena kita begitu ngoyo, begitu percaya diri bahwa kita mampu mengatasi persoalan sendiri. Tapi bisa jadi pula pertolongan Allah yang amat dekat itu tertunda karena Allah ingin menguji keimanan itu sendiri.
Seberapa kuatkah kita berpegang kepadaNya di saat semua pintu harapan tampak tertutup rapat?
3. Bersama kesulitan ada kemudahan
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan…” “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah: 5-6)
Sahabat, kita diharamkan berputus asa dan putus harapan karena memang bersama kesulitan ada kemudahan.
“Dan termasuk dari rahasia-rahasia menarik tentang bergandengannya jalan keluar dengan kesulitan dan kemudahan dengan kesukaran adalah: bahwa kesulitan jika bertambah kuat, bertambah besar dan bertambah memuncak, maka terjadi pada seorang hamba keputus asaan untuk (meminta) jalan keluarnya dari sisi para makhluk, dan akhirnya hatinya terpaut dengan Allah semata, inilah dia tawakkal kepada Allah yang hakiki, dan ia adalah termasuk dari sebab-sebab yang dicari dengannya hajat-hajat, karena sesungguhnya Allah akan mencukupi siapa yang bertawakkal kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka Dia lah pencukupnya.“ (lihat kitab Jami’ Al ‘ulum wa Al HIkam. 21/40).
4. Allah tidak menghendaki kesukaran bagi HambaNya
Dilarangnya pupus harapan terhadap pertolongan Allah salah satunya juga dikarenakan Allah tidak pernah membebankan seseorang di luar kesanggupannya. Lalu, buat apa kita berputus asa jika beban yang Allah berikan pada kita sesungguhnya masih dalam koridor kesanggupan diri kita?
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al Baqarah: 185)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al Baqarah: 286).
5. Bagi orang yang sabar ada ampunan dan pahala kebaikan yang begitu besar
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.” (QS. Al-Israa’: 83)
“… kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Huud: 9-11)
Sahabat, semoga kita senantiasa mengingat bahwa seorang muslim pantang berputus asa apalagi sampai kehilangan harapan pada Allah