Allah SWT berfirman: “Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu; dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah Swt menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Swt berkuasa atas segala sesuatu,” (Al-Baqarah ayat 20).
Ayat di atas adalah permisalan bagaiman kondisi orang munafik, orang yang terkumpul dalam dirinya iman dan kekafiran, tetapi mereka selalu memiliki keraguan, dan hanya mencari keuntungan dari keduanya. Karena orientasi hidupnya adalah keuntungan dunia belaka. Iman mereka terkalahkan dengan kepentingan hidup duniawi mereka, sehingga mereka mengalami kepanikan hidup seperti berada dalam gelapnya awan dan sinar kilat yang menyambar.
Dalam bahasa Al-Qur’an, cahaya adalah iman, maka kilat yang menyambar adalah cahaya iman orang munafik yang hanya sekejap saja menempel dalam dada mereka. Tetapi dengan cahaya yang sekejap itu hakikatnya mereka dapat meneduhkan jiwanya. Akan tetapi cahaya iman itu kalah dengan dominasi gelapnya awan. Awan yang gelap adalah kekafiran pada diri mereka, sehingga mereka tidak mampu beranjak dalam kegelapan tersebut.
Hakikatnya kondisi ini akan mereka alami di akhirat kelak. Iman adalah cahaya, cahaya itu akan menerangi jalan mereka ketika berada di shirat (jembatan) yang terbentang di atas neraka jahanam. Sedangkan orang kafir atau munafik mereka akan mencari cahaya yang berasal dari orang-orang beriman, mereka ingin memanfaatkan cahaya orang beriman agar mereka selamat dari gelapnya neraka, akan tetapi semuanya sia-sia. Sebagai mana Allah berfirman:
“Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, ‘Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian cahaya kalian.’ Dikatakan (kepada mereka), ‘Kembalilah kalian ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untuk kalian)’,” (Al-Hadid: 13).
Cahaya iman yang akan menjadi penerang jalan hamba menuju surgapun sesuai dengan tingkatan iman mereka masing-masing, sebagaimana dalam sebuah hadits:
Disebutkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:
“Ù…ِÙ†َ الْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ِينَ Ù…َÙ†ْ ÙŠُضِيءُ Ù†ُورُÙ‡ُ Ù…ِÙ†َ الْÙ…َدِينَØ©ِ Ø¥ِÙ„َÙ‰ عَدَÙ†َ، Ø£َÙˆْ بَÙŠْÙ†َ صَÙ†ْعَاءَ Ùˆَدُونَ Ø°َÙ„ِÙƒَ، ØَتَّÙ‰ Ø¥ِÙ†َّ Ù…ِÙ†َ الْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ِينَ Ù…َÙ†ْ Ù„َا ÙŠُضِيءُ Ù†ُورُÙ‡ُ Ø¥ِÙ„َّا Ù…َÙˆْضِعَ Ù‚َدَÙ…َÙŠْÙ‡ِ”
Di antara orang-orang mukmin ada yang cahayanya dapat menyinari sejauh antara Madinah sampai ‘Adn yang lebih jauh dari San’a, dan ada pula yang kurang dari itu, hingga sesungguhnya di antara orang-orang mukmin ada yang cahayanya hanya dapat menyinari tempat kedua telapak kakinya saja.
Hadis riwayat Ibnu Jarir, diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim melalui hadis Imran ibnu Daud Al-Qattan, dari Qatadah hadis yang semisal.
Hendaknya orang beriman memfokuskan pada nilai-nilai iman, karena iman adalah cahaya yang akan melenyapkan kegelapan (dzulumat) kemusyrikan. Sehingga yang ada dalam dada hanya cahaya hidayah yang akan menerangi hidup didunia dan diakhirat.
Tugas Nabi adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya (minadzulumat ilannur). Kegelapan dalam seluruh aspek kehidupan manusia, menuju cahaya hidaya tauhid dalam seluruh bidang hidup manusia pula.
Kegelapan dalam dunia Ipteks adalah ketika Ipteks tidak berorientasi pada nilai-nilai iman, nilai tauhid, nilai akhlak mulia, nilai kemaslahatan dan nilai-nilai budaya yang baik. Ketika Ipteks sudah bebas dari nilai-nilai tersebut sungguh itu adalah kegelapan yang nyata, maka wajar perguruan tinggi hanya akan mencetak manusia manusia yang melakukan kerusakan dengan kecerdasan intelektual nya, yang kering nilai keimanan.
Kegelapan itu perlu dilakukan proses perubahan (dakwah ilmiah) dengan melakukan profetisasi ilmu pengetahuan, menjadikan ilmu pengetahuan jalan untuk mengenalkan Tuhan yang Esa, sehingga generasi kedepan adalah manusia yang memiliki kompleksitas kompetensi, baik kognitif maupun spiritual, kompetensi iman dan ilmu, serta skill dan akhlak.
Hal ini perlu perjuangan panjang, membangun profetisasi IPTEKS, karena peradaban saat ini sedang mengalami kegelapan iman, semua hanya di dekati dengan empirikal lupa dengan menyebut nama Allah SWT yang memiliki pengetahuan.
Kegelapan politik juga saat ini terjadi, ketika politik adalah menjadi media mendapatkan kekuasaan, bukan politik yang menjadi media khidmat atau pelayanan. Politik yang diterangi iman adalah politik yang menjadi amanah khilafah, sehingga mereka yang ingin menjadi pemimpin memang siap melayani dan berkorban. Bukan mengeruk kekayaan dari life-service yang mereka lakukan. Dengan kekuasaan yang mereka miliki, mereka menebar iman, menebar kebaikan dan menebar kemaslahatan.
Semua aspek hidup manusia harus disinari cahaya iman, agar dunia ini menjadi terang.
Insan profetis adalah insan yang mencerahkan. Arti mencerahkan adalah menerangi manusia dengan iman tauhid. Karena yang dapat meneduhkan hati manusia bukanlah makhluk, tetapi Allah SWT.
Insan profetis adalah mereka yang selalu berjuang dengan seluruh potensinya, melakukan gerakan dakwah ilmiah, merubah segala pengetahuan yang masih jauh dari cahaya iman, menuju pengetahuan yang dapat menyinari hati dan fikiran manusia.
Ketika insan profetis telah konsisten dengan ini maka peradaban cahaya akan mengalahkan peradaban kegelapan yang selalu akan hadir dalam kehidupan manusia. Bersiap lah menanti, jika datang kebenaran maka akan lenyap kebatilan.