This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Meski Sulit Menjalankan Co-Parenting Bersamanya Belajar Memaafkan Mantan Suami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Meski Sulit Menjalankan Co-Parenting Bersamanya Belajar Memaafkan Mantan Suami. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 September 2022

Belajar Memaafkan Mantan Suami, Meski Sulit Menjalankan Co-Parenting Bersamanya

Belajar Memaafkan Mantan Suami, Meski Sulit Menjalankan Co-Parenting Bersamanya. Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Perceraianku dengan mantan suami memang penuh dengan drama. Maklum, kami adalah lovebirds sejak zaman SMA. Terlalu sulit untuk aku bisa menerima kenyataan ini. Meski perceraian ini adalah sesuatu yang aku sepakati, tapi aku masih tidak bisa terima dengan apa yang sudah dia lakukan kepadaku.  Intinya, aku masih tidak bisa terima jika anak-anak mendapat sentuhan pendidikan yang tidak baik dari ayahnya. Aku takut, anak-anak akan merasa bingung dengan perbedaan pola asuh antara aku dan ayahnya. Terlebih, dia seenaknya mengenalkan “mamah baru” kepada anak-anak. Dia pikir anak-anak akan ikut bahagia dengan kabar bahagia yang dia bawa? Dia pikir, anak-anak tidak akan sedih dengan semua itu? Tidak, kami sedih. Dan jujur, maaf kami tidak ikut bahagia.  Aku sudah cukup mendapat banyak nasihat dari berbagai pihak. Dari psikolog, konsultan pernikahan, hingga ustazah. Intinya, mereka mengingatkan aku bahwa anak-anak mempunyai hak untuk mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Meski ayahnya tidak menafkahinya. Jujur, sisi egoisku menolak semua itu. Kok enak sekali ya jadi mantan suamiku? Seenaknya selingkuh, seenaknya menelantarkan kami, lalu sekarang, bukannya aku dikuatkan, malah aku yang terus didesak untuk memaafkan dan menerima dia demi anak-anak. Aku sampai stres, merasa sepertinya dunia ini tidak ada yang memihakku.  Aku pernah sampai melampiaskannya pada banyak hal. Dari mulai mogok ikut pengajian, memblokir komunikasi dengan teman-teman ngaji, sampai menjalin kedekatan dengan banyak laki-laki. Aku kembali diingatkan, katanya, aku nggak pantes deket-deket sama banyak cowok gitu. Apalagi posisiku sebagai seorang janda, yang tentu bisa menimbulkan banyak fitnah, dan pandangan negatif dari orang-orang sekitar.  Kembali, sisi egoisku menolak semua itu. Kenapa jika aku yang melakukan, semua serba salah? Semua serba dilarang? Kenapa saat mantan suamiku selingkuh, tidak ada yang berani menyalahkannya? Padahal sudah jelas-jelas dia menginjak-injak harga diriku dengan mengatakan bahwa dia sudah menikah dengan perempuan itu dan sudah menceraikanku. Padahal memasukkan berkas ke pengadilan saja belum. Aku merasa terhina ketika itu. Tapi apa yang dikatakan teman-temanku ketika itu? “Sabar,” katanya.  Referensi : Belajar Memaafkan Mantan Suami, Meski Sulit Menjalankan Co-Parenting Bersamanya
Belajar Memaafkan Mantan Suami, Meski Sulit Menjalankan Co-Parenting Bersamanya. Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Perceraianku dengan mantan suami memang penuh dengan drama. Maklum, kami adalah lovebirds sejak zaman SMA. Terlalu sulit untuk aku bisa menerima kenyataan ini. Meski perceraian ini adalah sesuatu yang aku sepakati, tapi aku masih tidak bisa terima dengan apa yang sudah dia lakukan kepadaku.

Intinya, aku masih tidak bisa terima jika anak-anak mendapat sentuhan pendidikan yang tidak baik dari ayahnya. Aku takut, anak-anak akan merasa bingung dengan perbedaan pola asuh antara aku dan ayahnya. Terlebih, dia seenaknya mengenalkan “mamah baru” kepada anak-anak. Dia pikir anak-anak akan ikut bahagia dengan kabar bahagia yang dia bawa? Dia pikir, anak-anak tidak akan sedih dengan semua itu? Tidak, kami sedih. Dan jujur, maaf kami tidak ikut bahagia.

Aku sudah cukup mendapat banyak nasihat dari berbagai pihak. Dari psikolog, konsultan pernikahan, hingga ustazah. Intinya, mereka mengingatkan aku bahwa anak-anak mempunyai hak untuk mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Meski ayahnya tidak menafkahinya. Jujur, sisi egoisku menolak semua itu. Kok enak sekali ya jadi mantan suamiku? Seenaknya selingkuh, seenaknya menelantarkan kami, lalu sekarang, bukannya aku dikuatkan, malah aku yang terus didesak untuk memaafkan dan menerima dia demi anak-anak. Aku sampai stres, merasa sepertinya dunia ini tidak ada yang memihakku.

Aku pernah sampai melampiaskannya pada banyak hal. Dari mulai mogok ikut pengajian, memblokir komunikasi dengan teman-teman ngaji, sampai menjalin kedekatan dengan banyak laki-laki. Aku kembali diingatkan, katanya, aku nggak pantes deket-deket sama banyak cowok gitu. Apalagi posisiku sebagai seorang janda, yang tentu bisa menimbulkan banyak fitnah, dan pandangan negatif dari orang-orang sekitar.

Kembali, sisi egoisku menolak semua itu. Kenapa jika aku yang melakukan, semua serba salah? Semua serba dilarang? Kenapa saat mantan suamiku selingkuh, tidak ada yang berani menyalahkannya? Padahal sudah jelas-jelas dia menginjak-injak harga diriku dengan mengatakan bahwa dia sudah menikah dengan perempuan itu dan sudah menceraikanku. Padahal memasukkan berkas ke pengadilan saja belum. Aku merasa terhina ketika itu. Tapi apa yang dikatakan teman-temanku ketika itu? “Sabar,” katanya.

Referensi : Belajar Memaafkan Mantan Suami, Meski Sulit Menjalankan Co-Parenting Bersamanya