This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Peran Seorang Ayah dalam mendidik Anaknya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peran Seorang Ayah dalam mendidik Anaknya. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 September 2022

Peran Seorang Ayah dalam mendidik Anaknya

anggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Hal Apa yang Harus Diperhatikan? Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Di sinilah anak-anak tinggal bersama orang tuanya. Sudah banyak penelitian yang menyatakan betapa pentingnya keluarga dalam proses tumbuh kembang anak. Tidak hanya dalam perkembangan fisiknya, tapi juga mental mereka. Gizi hingga nilai-nilai yang diserap anak-anak dari keluarganya bahkan memengaruhi hidup mereka hingga dewasa kelak.  Sejak awal kehidupan, anak-anak bergantung kepada orang tuanya untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan mereka. Ya, setiap orang tua memiliki tugas untuk merawat anak mereka. Lebih lanjut, di Indonesia, tanggung jawab orang tua terhadap anak ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa ada empat hal yang menjadi kewajiban setiap orang tua, yaitu:  Mengasuh, memelihara, dan melindungi anak Menumbuhkembangan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya Mencegah terjadinya pernikahan anak usia dini Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak Poin-poin di atas mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang. Bebas dari kekerasan dan diskriminasi. Mereka juga berhak mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal—baik fisik, mental, maupun sosial.  Baca Juga: Tanggung Jawab Anak – 13 Cara Mengajarkan Tanggung Jawab Pada si Kecil  Dua sisi Tanggung Jawab Orang tua Terhadap Anak memenuhi kebutuhan hidup Salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah memenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk sandang, pangan, papan Jika berbicara tentang kewajiban orang tua, itu terbagi dalam dua kategori besar. Yaitu peran pengasuhan (nurture) dan struktural. Berikut penjelasannya lebih lanjut:  Peran pengasuhan (nurture) Di sini, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar Si Kecil. Mulai dari makanan, perawatan medis, pakaian, tempat tinggal, serta pendidikannya. Di saat yang bersamaan, orang tua juga perlu memberikan cinta, perhatian, waktu, dan dukungan untuk anak.  Bunda wajib mendengarkan apa yang ingin disampaikan Si Kecil serta meluangkan waktu untuk bermain bersama mereka. Melalui kata-kata dan juga aksi, komunikasikan kepada anak bahwa mereka dicintai dan dipahami. Ini merupakan tugas yang penting sebagai orang tua.  Peran struktural Tugas orang tua lainnya adalah menyediakan “struktur” bagi Si Kecil. Pada peran ini, Bunda membantu mengarahkan anak, mengajarkan nilai-nilai, menyusun peraturan, menerapkan disiplin, memberi tahu anak mengenai konsekuensi atas tindakannya, serta meminta pertanggungjawaban jika ia berbuat salah.  Menemukan keseimbangan antara tanggung jawab pengasuhan dan struktural Orang Tua Bunda harus tahu kapan harus melakukan peran pengasuhan dan struktural. Jika salah satunya terlalu ekstrem, maka itu akan memberikan dampak buruk bagi Si Kecil. Agar anak-anak berkembang secara sehat, mereka membutuhkan Bunda untuk menjalankan kedua peran tersebut secara seimbang.  Jika Bunda hanya menjalankan peran pengasuhan tanpa struktur atau batasan apa pun, Si Kecil bisa menjadi manja, tidak menghargai orang lain dan mementingkan diri sendiri. Ia juga kesulitan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Jika terlalu memanjakan SI Kecil, ia mungkin salah mengira kebaikan Bunda sebagai kelemahan.  Sebaliknya, jika Bunda hanya menerapkan peran struktural tanpa membangun hubungan yang kuat dengan Si Kecil, itu akan membuatnya merasa tidak dicintai, kesal, dan ditinggalkan. Ia pun akan sulit diajak bekerjasama. Karena takut akan hukuman, Si Kecil mungkin akan berusaha menyembunyikan kesalahannya dari Bunda. Ini berbahaya karena Bunda akan kehilangan kesempatan untuk dekat dengannya.  Anak-anak membutuhkan orang tua untuk mengasuh serta membangun dirinya. Saat berinteraksi dengan Si Kecil setiap hari, pilih waktu yang tepat kapan harus memberikan kasih sayang dan kapan harus membimbingnya.  Baca Juga: Hal-hal yang Perlu Diketahui Tentang Perkembangan Anak  Apa yang bisa dilakukan Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak? tanggung jawab orang tua terhadap anak Bantu Si Kecil mengenal kewajibannya dan menjadi anak yang mandiri Sebelumnya, kita telah membahas dua sisi tanggung jawab orang tua. Jika dijabarkan lagi, hal-hal berikut juga perlu dilakukan setiap orang tua agar anak berkembang dengan baik:  1. Menunjukkan rasa cinta Memberikan cinta dan kasih sayang kepada Si Kecil membuat anak lebih kuat menghadapi stres. Hal ini juga mengurangi risiko gangguan psikologis. Selain itu, rasa cinta dapat memperkuat ikatan Bunda dan Si Kecil serta membuatnya merasa terlindungi. Sambil mempraktikannya, Bunda secara tidak langsung mengajari Si Kecil cara mengekspresikan cinta dan membantunya membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.  2. Menyediakan waktu untuk Si Kecil Di tengah dunia yang sibuk ini, jangan lupa menyediakan waktu untuk menemani bermain, mendengarkan cerita, dan mengajarkan hal-hal baik kepada Si Kecil ya, Bunda! Bunda bisa mengajak Si Kecil bermain game dari Cussons Kids Play yang bisa diunduh dengan mudah melalui Google Play. Ada game Amazing Race Through Time With Hot Wheels untuk anak laki-laki dan Rainbow Castle Adventure untuk anak perempuan. Dengan bermain game bersama, ikatan serta kekompakan Bunda dan Si Kecil pun akan semakin erat!  3. Membantu anak menjadi mandiri Salah satu peran pengasuhan yang efektif adalah membantu anak tumbuh menjadi mandiri. Ajari mereka keterampilan yang sesuai dengan usianya. Ada saatnya Si Kecil harus memahami cara mengikat tali sepatu, menulis nama, menenangkan diri saat emosi, hingga membela dirinya sendiri ketika ada yang memperlakukannya dengan tidak baik.  Seiring berjalannya waktu, kemampuannya pun harus dikembangkan lagi. Misalnya, anak harus belajar menggunakan komputer dan bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Mereka perlu tahu bahwa tingkat tanggung jawab akan terus bertambah hingga dewasa. Oleh sebab itu, Bunda perlu membantu Si Kecil untuk mempersiapkannya sedari dini.  Baca Juga: Cara Mendidik Anak untuk Mandiri Sesuai Usia Mereka  4. Membantu anak mengenal kewajibannya Selain orang tua, anak-anak juga perlu tahu apa saja yang menjadi tugasnya. Mulai dari lingkup terkecil, biasakan ia mengerjakan PR dari sekolah dengan baik dan tepat waktu. Selain itu, Bunda juga bisa membantunya membedakan hak dan kewajiban dengan contoh sehari-hari di rumah.  5. Memantau perilaku Si Kecil Bunda bertanggung jawab atas perilaku dan tindakan Si Kecil. Di sini lah, Bunda bisa mengenalkan konsep ‘konsekuensi’ jika anak tidak berperilaku baik. Sebagai contoh, Bunda boleh memberikan hukuman kepada Si Kecil jika ia tidak mengerjakan PR.  6. Menemani anak di setiap momen kehidupan Ada yang menyatakan bahwa hidup seperti roller-coaster, dan itu benar. Ada kalanya Si Kecil mengalami masa menyenangkan. Namun, terkadang ia juga mengalami kesulitan. Ingatkan pada diri sendiri dan juga anak bahwa hidup tidak selalu mudah, tapi jangan menyerah. Bunda juga sebaiknya tidak menyalahkan diri sendiri ketika situasi tidak berjalan sesuai rencana. Fokuslah mencari solusi dan coba hal baru untuk membantu Si Kecil.  7. Bantu Si Kecil memahami emosinya Orang tua mungkin ini anaknya memiliki emosi positif sehingga terkadang menekan perasaan negatif. Namun, bagaimana pun juga, mengabaikan emosi negatif tidak akan membuatnya langsung hilang. Lebih baik jelaskan kepada Si Kecil bahwa memiliki perasaan positif maupun negatif merupakan hal yang normal. Meski begitu, ajarkan ia untuk mencari penyebabnya sehingga Si Kecil dapat meresponsnya dengan cara yang sehat.  8. Melakukan yang terbaik untuk Si Kecil Bunda wajib melakukan hal terbaik untuk anak. Menjadi orang tua adalah proses belajar terus menerus dalam menuntun Si Kecil. Bunda tidak perlu menjadi sempurna, tapi pastikan selalu berusaha yang terbaik untuk Si Kecil, ya!  Saat merawat dan mengasuh Si Kecil, Bunda juga perlu memperhatikan kebersihan dirinya. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan produk-produk dari Cussons Kids yang beragam. Mulai dari body wash, 2 in 1 shampoo dan conditioner, cologne, pasta gigi dan sikat gigi. Si Kecil yang sedang aktif pasti membutuhkan produk-produk yang membantunya tetap sehat dan segar setiap hari. Produk-produk dari Cussons Kids telah teruji secara dermatologis dan memberikan perlindungan lengkap dengan keharuman yang tahan lama.     Hal-hal yang bukan menjadi tanggung jawab orang tua Terhadap Anak anak dan ibu Pastikan Bunda selalu berada di sisi Si Kecil hingga ia beranjak dewasa Saat ini, para orang tua dimborbardir dengan berbagai informasi mengenai cara mendidik anak dengan benar. Itu merupakan hal yang bagus, tapi jangan sampai Bunda menjadi cemas jika belum sesuai dengan hal tersebut. Apalagi jika sampai membandingkan dengan orang tua lainnya.  Selain memahami bahwa setiap anak itu unik, Bunda juga perlu tahu bahwa tidak semua hal menjadi kewajiban orang tua saat mengasuh anak. Berikut di antaranya:  Memastikan anak selalu bahagia Penting agar Si kecil selalu bahagia. Namun, perlu diingat bahwa itu tidak harus terjadi setiap saat. Seperti yang disampaikan sebelumnya, hidup ini seperti roller-coaster. Jadi ada momen menyenangkan, tapi juga ada kesulitan. Memaksakan diri untuk selalu menyenangkan anak akan memberikan dampak buruk.  Selain itu, ketika  menerapkan batasan atau memberikan konsekuensi, anak mungkin tidak senang pada awalnya. Meski begitu, cara tersebut merupakan bagian dari tugas Bunda sebagai orang tua. Meski amat menyayangi Si Kecil, Bunda harus tetap objektif sebagai orang tua. Jangan membuat keputusan hanya berdasarkan apa yang disukai dan dapat diterima Si Kecil.  Mendapat persetujuan orang lain Mengasuh anak bukanlah sebuah kompetisi. Oleh sebab itu, Bunda tidak perlu bergantung pada penerimaan orang lain. Juga mendapat persetujuan untuk setiap hal yang Bunda lakukan untuk Si Kecil. Setiap anak itu unik. Pastikan Bunda selalu melakukan hal yang terbaik untuk mereka, terlepas dari pendapat orang lain.  Mengontrol Si Kecil Anak-anak bukanlah boneka. Bunda tidak bisa mengontrol setiap pergerakannya. Hal itu hanya akan membuat Si Kecil tidak nyaman. Anak memiliki kebebasan untuk bertindak sesuai yang mereka inginkan. Bunda tidak bisa membatasi anak-anak, tetapi dapat memengaruhi mereka dengan batasan yang ditetapkan di dalam keluarga. Bunda hanya bisa memberikannya konsekuensi apabila ia tidak mematuhi peraturan.  Melakukan segala hal untuk Si Kecil Sering kali Si Kecil meminta kita melakukan hal-hal yang sebenernya bisa mereka lakukan sendiri. Perlu diingat bahwa Bunda tidak bertanggung jawab akan hal tersebut. Sebagai contoh, untuk merapikan tempat tidur, Bunda bisa mengajari Si Kecil hingga ia melakukannya sendiri. Bunda tidak perlu merapikannya setiap ia bangun di pagi hari. Ini juga termasuk pekerjaan-pekerjaan rumah lain yang bisa anak lakukan sendiri setelah dipelajari.  Itu tadi hal-hal yang menjadi tanggung jawab orang tua dan mana yang bukan. Bunda bukan pahlawan super dan tidak harus berjuang untuk menjadi seperti itu. Daripada berusaha terlalu keras untuk menangani setiap masalah perilaku Si Kecil dan menjadi sempurna, cobalah membuat target yang realistis. Sadari bahwa Bunda tidak harus memenangkan segala pertempuran. Hanya saja, pastikan Bunda selalu berada di dekat Si Kecil apa pun yang terjadi.,Peran Seorang Ayah dalam mendidik Anaknya

Sepasang suami istri, sebut saja Sahil dan Hanna, sudah membangun rumah tangga cukup lama dan dikaruniai beberapa anak. Hanna termasuk tipe istri yang penurut, tidak banyak menuntut dan sangat patuh pada suami. Ia mengerjakan semua pekerjaan rumah, mulai mengasuh anak, membersihkan rumah, memasak dan menyiapkan keperluan suami.

Sebaliknya, saat berada di rumah, Sahil hanya istirahat dan tidak mau membantu mengasuh anak, atau mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Alasannya, itu semua adalah tugas istri.

Suatu hari Hanna dipanggil ke sekolah karena  nilai akademis anaknya merosot tajam.di sekolah dia cenderung tertutup. Sedangkan anak satunya lagi itu sangat nakal di sekolah. Alih-alih menghibur dan mencarikan solusi, suaminya justru menyalahkan Hanna, “Kenapa anak-anak jadi seperti itu? Kamu ini ibu mereka, sudah tugasmu mendidik dan memperhatikan anak-anak. Aku sudah sibuk bekerja, jadi sudah capek untuk mengurusi itu.”

Ya, sayang sekali masih banyak yang beranggapan bahwa mengasuh dan mendidik anak adalah tugas istri semata. Anggapan yang mengatakan “Suami mencari nafkah, istri mengasuh anak” seolah menjadi pakem dalam kehidupan sehari-hari. Tugas mendidik anak hanya dibebankan pada istri. Dan sering kali, saat anak-anak berperilaku menyimpang, maka istrilah yang pertama kali disalahkan karena dianggap tidak becus mendidik anak.

Padahal, ayah dan ibu, kedua-duanya memiliki peran penting dalam mendidik anak, dan dalam membentuk generasi yang baik, sehingga dibutuhkan interaksi dan kerjasama yang baik di antara mereka.

Fenomena Father Hunger

anggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Hal Apa yang Harus Diperhatikan? Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Di sinilah anak-anak tinggal bersama orang tuanya. Sudah banyak penelitian yang menyatakan betapa pentingnya keluarga dalam proses tumbuh kembang anak. Tidak hanya dalam perkembangan fisiknya, tapi juga mental mereka. Gizi hingga nilai-nilai yang diserap anak-anak dari keluarganya bahkan memengaruhi hidup mereka hingga dewasa kelak.  Sejak awal kehidupan, anak-anak bergantung kepada orang tuanya untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan mereka. Ya, setiap orang tua memiliki tugas untuk merawat anak mereka. Lebih lanjut, di Indonesia, tanggung jawab orang tua terhadap anak ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa ada empat hal yang menjadi kewajiban setiap orang tua, yaitu:  Mengasuh, memelihara, dan melindungi anak Menumbuhkembangan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya Mencegah terjadinya pernikahan anak usia dini Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak Poin-poin di atas mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang. Bebas dari kekerasan dan diskriminasi. Mereka juga berhak mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal—baik fisik, mental, maupun sosial.  Baca Juga: Tanggung Jawab Anak – 13 Cara Mengajarkan Tanggung Jawab Pada si Kecil  Dua sisi Tanggung Jawab Orang tua Terhadap Anak memenuhi kebutuhan hidup Salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah memenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk sandang, pangan, papan Jika berbicara tentang kewajiban orang tua, itu terbagi dalam dua kategori besar. Yaitu peran pengasuhan (nurture) dan struktural. Berikut penjelasannya lebih lanjut:  Peran pengasuhan (nurture) Di sini, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar Si Kecil. Mulai dari makanan, perawatan medis, pakaian, tempat tinggal, serta pendidikannya. Di saat yang bersamaan, orang tua juga perlu memberikan cinta, perhatian, waktu, dan dukungan untuk anak.  Bunda wajib mendengarkan apa yang ingin disampaikan Si Kecil serta meluangkan waktu untuk bermain bersama mereka. Melalui kata-kata dan juga aksi, komunikasikan kepada anak bahwa mereka dicintai dan dipahami. Ini merupakan tugas yang penting sebagai orang tua.  Peran struktural Tugas orang tua lainnya adalah menyediakan “struktur” bagi Si Kecil. Pada peran ini, Bunda membantu mengarahkan anak, mengajarkan nilai-nilai, menyusun peraturan, menerapkan disiplin, memberi tahu anak mengenai konsekuensi atas tindakannya, serta meminta pertanggungjawaban jika ia berbuat salah.  Menemukan keseimbangan antara tanggung jawab pengasuhan dan struktural Orang Tua Bunda harus tahu kapan harus melakukan peran pengasuhan dan struktural. Jika salah satunya terlalu ekstrem, maka itu akan memberikan dampak buruk bagi Si Kecil. Agar anak-anak berkembang secara sehat, mereka membutuhkan Bunda untuk menjalankan kedua peran tersebut secara seimbang.  Jika Bunda hanya menjalankan peran pengasuhan tanpa struktur atau batasan apa pun, Si Kecil bisa menjadi manja, tidak menghargai orang lain dan mementingkan diri sendiri. Ia juga kesulitan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Jika terlalu memanjakan SI Kecil, ia mungkin salah mengira kebaikan Bunda sebagai kelemahan.  Sebaliknya, jika Bunda hanya menerapkan peran struktural tanpa membangun hubungan yang kuat dengan Si Kecil, itu akan membuatnya merasa tidak dicintai, kesal, dan ditinggalkan. Ia pun akan sulit diajak bekerjasama. Karena takut akan hukuman, Si Kecil mungkin akan berusaha menyembunyikan kesalahannya dari Bunda. Ini berbahaya karena Bunda akan kehilangan kesempatan untuk dekat dengannya.  Anak-anak membutuhkan orang tua untuk mengasuh serta membangun dirinya. Saat berinteraksi dengan Si Kecil setiap hari, pilih waktu yang tepat kapan harus memberikan kasih sayang dan kapan harus membimbingnya.  Baca Juga: Hal-hal yang Perlu Diketahui Tentang Perkembangan Anak  Apa yang bisa dilakukan Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak? tanggung jawab orang tua terhadap anak Bantu Si Kecil mengenal kewajibannya dan menjadi anak yang mandiri Sebelumnya, kita telah membahas dua sisi tanggung jawab orang tua. Jika dijabarkan lagi, hal-hal berikut juga perlu dilakukan setiap orang tua agar anak berkembang dengan baik:  1. Menunjukkan rasa cinta Memberikan cinta dan kasih sayang kepada Si Kecil membuat anak lebih kuat menghadapi stres. Hal ini juga mengurangi risiko gangguan psikologis. Selain itu, rasa cinta dapat memperkuat ikatan Bunda dan Si Kecil serta membuatnya merasa terlindungi. Sambil mempraktikannya, Bunda secara tidak langsung mengajari Si Kecil cara mengekspresikan cinta dan membantunya membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.  2. Menyediakan waktu untuk Si Kecil Di tengah dunia yang sibuk ini, jangan lupa menyediakan waktu untuk menemani bermain, mendengarkan cerita, dan mengajarkan hal-hal baik kepada Si Kecil ya, Bunda! Bunda bisa mengajak Si Kecil bermain game dari Cussons Kids Play yang bisa diunduh dengan mudah melalui Google Play. Ada game Amazing Race Through Time With Hot Wheels untuk anak laki-laki dan Rainbow Castle Adventure untuk anak perempuan. Dengan bermain game bersama, ikatan serta kekompakan Bunda dan Si Kecil pun akan semakin erat!  3. Membantu anak menjadi mandiri Salah satu peran pengasuhan yang efektif adalah membantu anak tumbuh menjadi mandiri. Ajari mereka keterampilan yang sesuai dengan usianya. Ada saatnya Si Kecil harus memahami cara mengikat tali sepatu, menulis nama, menenangkan diri saat emosi, hingga membela dirinya sendiri ketika ada yang memperlakukannya dengan tidak baik.  Seiring berjalannya waktu, kemampuannya pun harus dikembangkan lagi. Misalnya, anak harus belajar menggunakan komputer dan bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Mereka perlu tahu bahwa tingkat tanggung jawab akan terus bertambah hingga dewasa. Oleh sebab itu, Bunda perlu membantu Si Kecil untuk mempersiapkannya sedari dini.  Baca Juga: Cara Mendidik Anak untuk Mandiri Sesuai Usia Mereka  4. Membantu anak mengenal kewajibannya Selain orang tua, anak-anak juga perlu tahu apa saja yang menjadi tugasnya. Mulai dari lingkup terkecil, biasakan ia mengerjakan PR dari sekolah dengan baik dan tepat waktu. Selain itu, Bunda juga bisa membantunya membedakan hak dan kewajiban dengan contoh sehari-hari di rumah.  5. Memantau perilaku Si Kecil Bunda bertanggung jawab atas perilaku dan tindakan Si Kecil. Di sini lah, Bunda bisa mengenalkan konsep ‘konsekuensi’ jika anak tidak berperilaku baik. Sebagai contoh, Bunda boleh memberikan hukuman kepada Si Kecil jika ia tidak mengerjakan PR.  6. Menemani anak di setiap momen kehidupan Ada yang menyatakan bahwa hidup seperti roller-coaster, dan itu benar. Ada kalanya Si Kecil mengalami masa menyenangkan. Namun, terkadang ia juga mengalami kesulitan. Ingatkan pada diri sendiri dan juga anak bahwa hidup tidak selalu mudah, tapi jangan menyerah. Bunda juga sebaiknya tidak menyalahkan diri sendiri ketika situasi tidak berjalan sesuai rencana. Fokuslah mencari solusi dan coba hal baru untuk membantu Si Kecil.  7. Bantu Si Kecil memahami emosinya Orang tua mungkin ini anaknya memiliki emosi positif sehingga terkadang menekan perasaan negatif. Namun, bagaimana pun juga, mengabaikan emosi negatif tidak akan membuatnya langsung hilang. Lebih baik jelaskan kepada Si Kecil bahwa memiliki perasaan positif maupun negatif merupakan hal yang normal. Meski begitu, ajarkan ia untuk mencari penyebabnya sehingga Si Kecil dapat meresponsnya dengan cara yang sehat.  8. Melakukan yang terbaik untuk Si Kecil Bunda wajib melakukan hal terbaik untuk anak. Menjadi orang tua adalah proses belajar terus menerus dalam menuntun Si Kecil. Bunda tidak perlu menjadi sempurna, tapi pastikan selalu berusaha yang terbaik untuk Si Kecil, ya!  Saat merawat dan mengasuh Si Kecil, Bunda juga perlu memperhatikan kebersihan dirinya. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan produk-produk dari Cussons Kids yang beragam. Mulai dari body wash, 2 in 1 shampoo dan conditioner, cologne, pasta gigi dan sikat gigi. Si Kecil yang sedang aktif pasti membutuhkan produk-produk yang membantunya tetap sehat dan segar setiap hari. Produk-produk dari Cussons Kids telah teruji secara dermatologis dan memberikan perlindungan lengkap dengan keharuman yang tahan lama.     Hal-hal yang bukan menjadi tanggung jawab orang tua Terhadap Anak anak dan ibu Pastikan Bunda selalu berada di sisi Si Kecil hingga ia beranjak dewasa Saat ini, para orang tua dimborbardir dengan berbagai informasi mengenai cara mendidik anak dengan benar. Itu merupakan hal yang bagus, tapi jangan sampai Bunda menjadi cemas jika belum sesuai dengan hal tersebut. Apalagi jika sampai membandingkan dengan orang tua lainnya.  Selain memahami bahwa setiap anak itu unik, Bunda juga perlu tahu bahwa tidak semua hal menjadi kewajiban orang tua saat mengasuh anak. Berikut di antaranya:  Memastikan anak selalu bahagia Penting agar Si kecil selalu bahagia. Namun, perlu diingat bahwa itu tidak harus terjadi setiap saat. Seperti yang disampaikan sebelumnya, hidup ini seperti roller-coaster. Jadi ada momen menyenangkan, tapi juga ada kesulitan. Memaksakan diri untuk selalu menyenangkan anak akan memberikan dampak buruk.  Selain itu, ketika  menerapkan batasan atau memberikan konsekuensi, anak mungkin tidak senang pada awalnya. Meski begitu, cara tersebut merupakan bagian dari tugas Bunda sebagai orang tua. Meski amat menyayangi Si Kecil, Bunda harus tetap objektif sebagai orang tua. Jangan membuat keputusan hanya berdasarkan apa yang disukai dan dapat diterima Si Kecil.  Mendapat persetujuan orang lain Mengasuh anak bukanlah sebuah kompetisi. Oleh sebab itu, Bunda tidak perlu bergantung pada penerimaan orang lain. Juga mendapat persetujuan untuk setiap hal yang Bunda lakukan untuk Si Kecil. Setiap anak itu unik. Pastikan Bunda selalu melakukan hal yang terbaik untuk mereka, terlepas dari pendapat orang lain.  Mengontrol Si Kecil Anak-anak bukanlah boneka. Bunda tidak bisa mengontrol setiap pergerakannya. Hal itu hanya akan membuat Si Kecil tidak nyaman. Anak memiliki kebebasan untuk bertindak sesuai yang mereka inginkan. Bunda tidak bisa membatasi anak-anak, tetapi dapat memengaruhi mereka dengan batasan yang ditetapkan di dalam keluarga. Bunda hanya bisa memberikannya konsekuensi apabila ia tidak mematuhi peraturan.  Melakukan segala hal untuk Si Kecil Sering kali Si Kecil meminta kita melakukan hal-hal yang sebenernya bisa mereka lakukan sendiri. Perlu diingat bahwa Bunda tidak bertanggung jawab akan hal tersebut. Sebagai contoh, untuk merapikan tempat tidur, Bunda bisa mengajari Si Kecil hingga ia melakukannya sendiri. Bunda tidak perlu merapikannya setiap ia bangun di pagi hari. Ini juga termasuk pekerjaan-pekerjaan rumah lain yang bisa anak lakukan sendiri setelah dipelajari.  Itu tadi hal-hal yang menjadi tanggung jawab orang tua dan mana yang bukan. Bunda bukan pahlawan super dan tidak harus berjuang untuk menjadi seperti itu. Daripada berusaha terlalu keras untuk menangani setiap masalah perilaku Si Kecil dan menjadi sempurna, cobalah membuat target yang realistis. Sadari bahwa Bunda tidak harus memenangkan segala pertempuran. Hanya saja, pastikan Bunda selalu berada di dekat Si Kecil apa pun yang terjadi., Peran Seorang Ayah dalam mendidik Anaknya

Indonesia saat ini disebut sebagai Fatherless Country, banyak anak yang berayah namun serasa yatim karena kurangnya ikatan antara ayah dengan anak. akibatnya terjadi kerusakan psikologis yang diderita anak-anak karena kehilangan sosok ayah.

Padahal, anak yang dekat dengan ayahnya akan menjadi pribadi yang percaya diri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan luar. Karena bagi anak-anak, ayah adalah sosok misterius karena jarang pulang. Namun, ketika seorang ayah bisa menjalankan perannya, maka anak akan menyimpulkan bahwa dunia luar aman baginya.

Stimulus pagi hari, anak akan menjadi lebih termotivasi dengan melihat sosok orang yang membangunkannya. Anak akan merasa lebih bahagia saat ayahnya pun ikut peduli untuk membangunkannya dan mengajaknya shalat bersama.

Tentu, banyak efek negatif dari father hunger’ bila hal itu terjadi, di antaranya; kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan luar, kurang percaya diri, mudah tersinggung dan susah dalam mengambil keputusan. Bagi anak perempuan yang kurang kasih sayang dan jauh dai sentuhan pendidikan sosok ayah, ketika beranjak dewasa sangat mudah jatuh cinta dan dirayu oleh laki-laki. Akibatnya dengan mudah akan jatuh ke pelukan laki-laki, menyerahkan diri dan kehormatannya.

Dan jika ia telah menikah, dalam menghadapi masalah rumah tangganya, akan mudah give up, menuntut cerai dengan suami, dan dengan mudah menyimpulkan bahwa semua laki-laki itu tidak baik.

Peran Ayah dalam Pendidikan Anak Versi Alquran

Bila kita menilik ayat-ayat yang bercerita tentang para orang tua yang sedang mendidik anak-anaknya, maka kebanyakan bercerita tentang peran para ayah. Dalam Alquran ada tujuh belas dialog tentang anak, empat belas di antaranya tentang ayah dengan anak. Luqman dan anaknya, Nabi Ibrahim as dengan Nabi Ismail as, Nabi Ibrahim as dengan Nabi Ishak as, Nabi Syuaib as dan anaknya, dan lainnya. Hanya dua dialog dalam Alquran yang bercerita tentang dialog ibu dan anak, saudara Nabi Musa as dan Maryam as dengan Nabi Isa as. Hal tersebut dapat kita lihat seperti dalam surah Lukman, surah Maryam, surah al-Qashash, surah al-Baqarah ayat 132, dan surah Yusuf  ayat 67. Ternyata, proses pendidikan dalam keluarga, yang digambarkan melalui Alqur’an dilakukan oleh para ayah. Tidak ada satu ayat pun yang memotret momen pendidikan dari para ibu, kecuali adanya perintah menyusui. Tentu, hal itu tanpa menafikan tugas amar ma’ruf nahi mungkar yang sifatnya umum, baik untuk laki-laki maupun perempuan.

Dalam surah at-Tahrim ayat 6 disebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman, selamatkan diri dan keluarga kalian dari api neraka.” Dalam menafsirkan ayat tersebut, Imam Ali as mengatakan, “Didiklah dan ajarilah mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir]

Mengajar, mengarahkan, dan mendidik anak tak ubahnya usaha untuk mendapatkan surga. Dan, mengabaikan pendidikan anak-anak sama artinya dengan menyebabkan mereka masuk neraka. Dalam ayat tersebut pun seorang suami (ayah) yang diperintahkan untuk menjaga keluarganya (anak dan istrinya) dari api neraka dengan mendidik anak dan istrinya.

Surah Thaha ayat 132 juga menugaskan orang tua, dalam hal ini, ayah untuk memerintahkan anggota keluarga menunaikan shalat. Ayat ini menggunakan kata ganti untuk seorang laki-laki (dzamir mufrad mudzakar),  “Perintahkan kepada keluargamu untuk mendirikan solat dan bersabar dalam mengerjakannya.” Ayat ini juga meminta kesabaran  orang tua  karena dalam pendidikan dan pengasuhan mutlak diperlukan kesabaran dan ketelatenan. Sejarah mencatat, setelah ayat ini turun, Rasulullah saw selalu mendatangi rumah Sayyidah Fathimah as dan Imam Ali as lalu bersabda, “Shalatlah.”

Kisah Lukmanul Hakim juga menunjukkan bahwa seorang ayah bertanggung jawab mengajari anaknya tentang akidah, fikih, dan akhlak. Alquran mengabadikan kisahnya agar bisa diteladani oleh para ayah lainnya.

Lukman memberikan contoh kepada para ayah tentang materi-materi yang harus diajarkan kepada anak-anak, namun ia juga mengajarkan metode dan pola didik yang benar.

Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu adalah benar-benar kezaliman yang besar… Wahai anakku! Sungguh jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit, atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahalembut, Mahateliti [QS Lukman:13,16]

Ayat tersebut berkaitan dengan akidah dan keyakinan, yaitu tentang keesaan Allah dan larangan menyekutukan-Nya.

Wahai anakku, dirikanlah solat, perintahkan (manusia) kepada yang ma’ruf dan mencegah (mereka) dari yang mungkar, bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.[QS Lukman:17]

Ayat ini menjelaskan tentang pendidikan fikih dan hukum seperti solat dan amar ma’ruh dan nahi munkar.

Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan, dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai.” [QS Lukman:18, 19]

Ayat-ayat berikut menyinggung tentang pendidikan akhlak dan etika, yaitu larangan bersikap sombong.

Ungkapan ya bunayya yang diucapkan Lukman dalam memanggil putranya saat mengajari dan mendidiknya, telah mengajarkan kepada para ayah tentang pola ajar dan pola didik yang benar. Ungkapan ya bunayya atau ‘wahai anakku sayang’, mengajarkan bahwa dalam mendidik anak kita harus lakukan dengan penuh kasih sayang dan jauh dari kekerasan. Ajarkan dan didik anak-anak tentang kebaikan dengan cara yang baik. Kenalkan anak-anak tentang keindahan Islam dengan cara yang indah. Artinya, tahap pertama pola asuh dan didik anak ialah dengan kelembutan dan kasih sayang. Adapun hukuman dan lainnya itu adalah solusi terakhir, yang itu pun tetap dilakukan dengan cara yang baik dan cantik.

Di samping itu, hak asuh yang diberikan pada ayah saat suami istri bercerai juga mengisyaratkan pentingnya peranan ayah dalam penddikan anak.


Referensi : Peran Seorang Ayah dalam mendidik Anaknya