This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Sebab Utama Psikologis Anak Terganggu Bukan Perceraian Orangtua. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sebab Utama Psikologis Anak Terganggu Bukan Perceraian Orangtua. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Agustus 2022

Sebab Utama Psikologis Anak Terganggu Bukan Perceraian Orangtua

Banyak orang mengatakan, perceraian bisa membuat psikologis anak-anak terganggu dan dapat menghambat perkembangan mental mereka.  Ya, biasanya anak-anak menjadi alasan bagi pasangan suami istri yang tidak harmonis lagi untuk menimbang ulang keputusan bercerai.   Ada yang berpendapat anak korban perceraian akan tumbuh jadi pembangkang dan nakal.  Meski begitu, perceraian ternyata tak selalu berakibat buruk bagi anak. Ada juga tipe anak yang tetap baik-baik saja walau orangtuanya berpisah.  Menurut psikolog Meity Arianty STP.,M.Psi, perceraian orangtua bukan penyebab utama psikologis anak-anak terganggu.  Melainkan, hubungan tidak harmonis orangtua.  "Pertengkaran atau hubungan orangtua yang buruk dapat membuat dampak psikologis terhadap anak-anak," terangnya kepada Kompas.com, Rabu (3/2/2021). "Maka dari itu, mereka juga rentan mengalami permasalahan psikologis," sambung dia.  Meity mengatakan, pasangan yang bercerai dan tetap menjalin hubungan yang baik cenderung lebih banyak memberikan perhatian serta cintanya kepada anak-anak.  Hal itu merupakan fondasi bagi perkembangan emosi anak sehingga anak-anak tetap tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan matang menghadapi kenyataan.  Yang paling penting untuk anak-anak adalah bagaimana hubungan ayah ibunya tetap baik, berkomunikasi secara dewasa, dan tetap bertanggung jawab.  "Jadi, jangan salahkan perceraiannya karena hubungan orangtua setelah bercerai yang akan memberikan dampak psikologis terhadap anak-anak," jelasnya.  Sebab sejatinya, anak-anak broken home hanya membutuhkan perhatian yang cukup dan tidak kehilangan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

Banyak orang mengatakan, perceraian bisa membuat psikologis anak-anak terganggu dan dapat menghambat perkembangan mental mereka.

Ya, biasanya anak-anak menjadi alasan bagi pasangan suami istri yang tidak harmonis lagi untuk menimbang ulang keputusan bercerai. 

Ada yang berpendapat anak korban perceraian akan tumbuh jadi pembangkang dan nakal.

Meski begitu, perceraian ternyata tak selalu berakibat buruk bagi anak. Ada juga tipe anak yang tetap baik-baik saja walau orangtuanya berpisah.

Menurut psikolog Meity Arianty STP.,M.Psi, perceraian orangtua bukan penyebab utama psikologis anak-anak terganggu.

Melainkan, hubungan tidak harmonis orangtua.

"Pertengkaran atau hubungan orangtua yang buruk dapat membuat dampak psikologis terhadap anak-anak," terangnya kepada Kompas.com, Rabu (3/2/2021). "Maka dari itu, mereka juga rentan mengalami permasalahan psikologis," sambung dia.

Meity mengatakan, pasangan yang bercerai dan tetap menjalin hubungan yang baik cenderung lebih banyak memberikan perhatian serta cintanya kepada anak-anak.

Hal itu merupakan fondasi bagi perkembangan emosi anak sehingga anak-anak tetap tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan matang menghadapi kenyataan.

Yang paling penting untuk anak-anak adalah bagaimana hubungan ayah ibunya tetap baik, berkomunikasi secara dewasa, dan tetap bertanggung jawab.

"Jadi, jangan salahkan perceraiannya karena hubungan orangtua setelah bercerai yang akan memberikan dampak psikologis terhadap anak-anak," jelasnya.

Sebab sejatinya, anak-anak broken home hanya membutuhkan perhatian yang cukup dan tidak kehilangan kasih sayang dari kedua orangtuanya.