This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label dianjurkan mendoakan orang tua dan mertua agar panjang umur dalam keberkahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dianjurkan mendoakan orang tua dan mertua agar panjang umur dalam keberkahan. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Juni 2022

Dianjurkan mendoakan orang tua dan mertua agar panjang umur dalam keberkahan


Dianjurkan mendoakan orang tua dan mertua agar panjang umur dalam keberkahan. Mendoakan kebaikan bagi orang lain merupakan anjuran agama. Sebaliknya, sikap menyumpahi orang lain tidak boleh dilakukan, apalagi orang tersebut merupakan kerabat atau orang tua sendiri. Lantas bagaimana hukumnya menyumpahi mertua agar cepat meninggal. Dalam kitab Shahih Bukhari terdapat suatu hadis yang menyinggung tentang larangan untuk menyumpahi atau melaknat seseorang. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Barang siapa yang melaknat seorang mukmin, maka ia seperti membunuhnya."

Sedangkan, dalam kitab Shahih Muslim juga terdapat suatu hadis yang menyinggung tentang larangan menyumpah. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Orang yang banyak melaknat tidak akan diberi syafaat, dan syahadatnya tidak akan diterima pada Hari Kiamat." Menyumpah atau mendoakan keburukan kepada orang lain tidak dibenarkan. Dalam kitab Risalatul Mu'awanah wal-Mudzaharah wal Muwazarah karya Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad disebutkan, dilarang bagi umat Islam mendoakan datangnya bencana, menyumpahi diri sendiri, keluarga, meskipun mendapatkan tindakan buruk atau dizalimi.

Dilarang bagi umat Islam mendoakan datangnya bencana, menyumpahi diri sendiri, keluarga, meskipun mendapatkan tindakan buruk atau dizalimi. Dalam hal ini, Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad juga menyandarkan pandangannya pada hadis Nabi Muhammad SAW berbunyi: "Jangan mendoakan bencana atas dirimu sendiri, anak-anakmu, ataupun harta-hartamu. Jangan-jangan hal itu bertepatan dengan saat pengabulan doa oleh Allah SWT."

Betapa Allah sangat meninggikan derajat orang tua. Sehingga dalam Hal Ridho-Nya, DIA nomor duakan diri-Nya. Kenapa saya bilang begitu, karena Allah memberikan Ridhoi-Nya Setelah terlebih dahulu kita mendapatkan Ridho kedua orang tua.

Inilah dasar pijakan bagaimana kita harus menempatkan kedua orang tua, terutama Ibu. Allah punya alasan tersendiri agar kita senantiasa memuliakan orang tua. Orang tua tidak ada bekasnya, begitu juga seorang anak.

Orang tua doanya sangat mustajab, sangat didengar Allah. Bisa dibayangkan kalau kita sudah tidak memiliki kedua orang tua, dari Mana kita bisa mendapatkan doa yang mustajab tersebut, siapa yang bisa mendoakan bisa mendoakan kita seperti itu.

Bisa saja kita mendapatkan doa-doa dari anak yatim piatu, para pakir miskin yang selalu kita santuni. Tapi masalahnya, kita bisa mendapatkan doa tersebut Setelah ada tindakan baik Kita terhadap mereka. Lain halnya kedua orang tua, mereka senantiasa mendoakan kita siang dan malam disetiap sujudnya.

Berbahagialah bagi yang masih memiliki kedua orang tua, bisa selalu mendapatkan doa dari mereka. Namun, dimanakah kita menempatkan kedua orang tua tersebut, apakah mereka sudah dimuliakan dalam kesehariannya, apakah sudah membuat mereka tenang dan nyaman dimasa tuanya.

Bagaimana Membahagiakan Orangtua. Membahagiakan orang tua tidak melulu dengan limpahan materi. Kalau belum mampu secara materi, cukup jangan membuat mereka susah dengan perilaku yang tidak baik. Jangan bebankan pikiran mereka dengan beban masalah yang kita perbuat.

Orangtua selalu kuatir terhadap anaknya, mereka selalu mendoakan keselamatan bagi anak-anaknya, ketika anaknya pamit untuk pergi. Itulah pentingnya kita pamit kepada orang Tua ketika kita ingin pergi meninggalkan mereka. Yang membahagiakan orang tua adalah ketika anak-anaknya bahagia. Sebaliknya ketika anaknya terlihat tidak bahagia, maka mereka pun akan terus memikirkannya. Begitulah sejatinya orang tua.

"Satu orang Tua bisa menghidupi dan membahagiakan sepuluh anak-anaknya, tapi sepuluh anaknya belum tentu bisa menghidupi dan membahagiakan satu orangtua." Jangan pernah berpikir bahwa kita bisa membalas budi dan jerih payah orang tua, karena itu tidak akan pernah terbayarkan.

Cara terbaik membalas kebaikan kedua orang tua adalah, dengan memperlakukan mereka sebaik mungkin, dan semulia mungkin. Kalau itu tidak mampu untuk dilakukan, jangan sakiti hati mereka, baik dengan ucapan, maupun perbuatan. Tempatkanlah kedua orang tua diatas singgasana hatimu, takutlah kepada kedua orang tuamu, seperti halnya Takut kepada Tuhanmu, karena Murka Allah pun karena Murkanya kedua orang tua

Sesungguhnya agama juga mengajarkan bagi seluruh kaum Muslim untuk dapat menjalin relasi dengan sebaik-baiknya. Menjalin silaturahim adalah salah satu prinsip yang ditekankan yang perlu dilakukan. Menjalin silaturahim dengan orang lain --apalagi mertua-- sangat dianjurkan. Status mertua meski tak bisa disamakan secara hukum dengan orang tua kandung, keduanya sama-sama orang yang perlu dihormati dan dikasihi. Tak kurang-kurangnya agama memperintahkan umat Islam untuk segera berbakti kepada kedua orang tua sebab anak tidak akan bisa membalas jasa mereka. Rasulullah SAW bahkan menganalogikan besarnya jasa orang tua dengan sesuatu yang sulit apabila hendak membalasnya.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: "Seorang anak tidak akan mampu membalas (jasa) orang tua kecuali ia menemukan orang tuanya menjadi budak, lalu ia membelinya dan kemudian memerdekakannya." Seorang anak tidak akan mampu membalas (jasa) orang tua kecuali ia menemukan orang tuanya menjadi budak, lalu ia membelinya dan kemudian memerdekakannya

Allah SWT berfirman dalam Alquran surah al-Isra ayat 23, yang artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."

Lafaz ihsana dalam ayat tersebut memberi nikmat kepada orang lain atau berlaku baik kepada orang lain. Di dalam redaksi berikutnya dalam ayat tersebut, ditekankan tentang perilaku berbakti kepada orang tua dengan tidak mengucapkan kata 'ah' kepada orang tua. Pandangan Imam Ibnu Katsir yang menyatakan bahwa kata 'ah' di dalam ayat tersebut merupakan kata yang buruk yang paling ringan, tetapi tidak boleh diucapkan kepada orang tua.

Kata 'ah' saja sudah dilarang, sebab itu akan menyakiti orang tua. Kata 'ah' juga menurut Imam Ibnu Katsir dapat diartikan sebagai perlawanan kepada orang tua sehingga tidak dibenarkan mengucapkan hal tersebut. Umat Islam dianjurkan untuk bersikap, bertutur, dan berniatkan baik kepada orang tua. Untuk itu, akan sangat dilarang hukumnya jika mendoakan keburukan kepada orang tua dan juga mertua. Sebaliknya, kita dianjurkan untuk mendoakan orang tua dan mertua agar selalu panjang umur di dalam keberkahan.