This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Menikah (Lagi) dengan mantan suami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menikah (Lagi) dengan mantan suami. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 September 2022

Menikah (Lagi) dengan mantan suami

Menikah dengan mantan pacar, itu biasa. Teman tapi menikah, juga wajar. Menikah dengan mantan suami? Inilah gaya hidup, bisa dikatakan pilihan hidup yang unik. Bisakah jatuh cinta lagi dengan orang yang sama, dengan perasaan yang sama untuk kedua kalinya?  Kakak perempuan saya, yang bertugas di catatan sipil -yang selalu disodorkan berkas pernikahan, kelahiran, juga perceraian- sering mendatangkan cerita-cerita unik. Kakak saya tidak pernah penasaran dengan urusan pernikahan atau kelahiran. Mengapa orang menikah? Mengapa orang melahirkan? Tampaknya, alasannya manusiawi saja.  Mengapa lantas orang bercerai? Nah, inilah yang menjadi "pengetahuan" lain dalam hidup.  Diantara ribuan berkas yang masuk dan keluar itu, ada kisah perceraian yang unik. Ada pasangan suami istri, yang baru menikah 3 tahun dan masih saling mencintai, dipaksa bercerai karena tidak ingin ribut dengan mertua. Mereka sepakat untuk rujuk lagi setelah mertuanya tiada.  Ah, cerita ini mengada-ada kan? Tapi kakak saya meyakinkan lagi dengan tambahan ceritanya.  Meski suami istri itu mengajukan cerai, namun cincin pernikahannya masih melekat erat di jari-jari mereka. Keduanya saling berpegangan tangan dan saling menangis kala surat cerai sudah didapatkannya.  Pernah, dalam kejadian yang lain, seorang istri datang untuk mengurus akta pernikahan.  Sembari menulis-nulis, sang istri itu bertanya, "Apakah mantan suami saya sudah menikah lagi, mbak? Atas nama ini ..."  "Memang saya harus tahu semuanya, bu?" Gumam kakak saya sambil mengernyitkan alisnya.  Ketika kakak saya menanyakan latarbelakang perceraiannya dulu, sang mantan istri yang jelita itu menjelaskan bahwa suaminya melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Ia memilih berpisah namun cintanya tidak ikut dilepas. Di antara sadarnya, wanita ini masih berpikir waras bahwa cintanya tak bisa menyelamatkannya dari kekerasan-kekerasan itu. Ah, sedih juga.  Wanita itu lalu bercerita begitu banyaknya, sebab ia tak memiliki "telinga" yang bisa dipinjamnya sejenak. Jika ia bercerita pada keluarga perihal kekerasan itu, hubungannya dengan suami bisa jadi hancur berantakan.  Bukannya perceraian itu juga kehancuran? Tidak, menurutnya. Ia masih bisa menghubungi suaminya, mengingatkan suaminya untuk sarapan, bekerja, dan memperbaiki diri. Jika masih serumah dan menjadi suami istri, sang suami mungkin dengan cepat berganti wajah -berganti amarah.  Perceraian itu mungkin baik bagi sebagian orang. Perceraian itu mungkin jeda buat seseorang. Namun, perceraian itu diyakini agar tidak terjadi pada pasangan yang sudah menikah. Pernikahan yang dibangun susah payah, menyatukan banyak hati, menerima perbedaan, dan menghargai adalah perjalanan yang tidak sebentar.  Perceraian memiliki efek luar biasa dalam mengubah hidup seseorang. Menghadapi perceraian juga bukanlah hal mudah. Psikologi dan kognitif seseorang dapat terganggu. Apapun bentuknya dan bagaimanapun akhirnya, perceraian itu tidak gampang.  Banyak orang yang ingin segera menikah, dinikahi, atau menikahi. Namun, langkah pernikahan tidak bisa diburu, dikejar, atau dilambat-lambatkan. Kita tidak bisa meminta pada matahari untuk tambahkan sinarnya. Juga tidak bisa memaksa hujan untuk segera menghentikan derasnya. Semuanya punya porsinya masing-masing. Termasuk soal cinta dan pilihan.  Menikah lagi dengan mantan suami apakah bisa membuat kesalahan dahulu tak terulang lagi? Mungkin saja.  Penyanyi Tata Janeeta kembali melangsungkan pernikahan dengan mantan suaminya, Mehdi Zati. Pria asal Iran ini kembali mempersunting wanita kelahiran Bandung.  Sebelumnya, Tata dan Mehdi Zati pernah menikah secara diam-diam. Pernikahan pertama mereka hanya berumur 3 tahun.  Awal tahun 2017 lalu, terkuak bahtera rumah tangga Tata dan Mehdi Zati telah berakhir. Bukan hanya itu, Tata Janeeta menyebutkan bahwa Mehdi menceraikannya hanya lewat pesan WhatsApp.  Kisah menikah lagi dengan mantan suami juga pernah dilalui pasangan suami istri dari kalangan artis lainnya. Teuku Ryan dan Vira Yuniar pernah bercerai pada 2 Januari 2010 silam. Setahun setelah perpisahan itu, pada tahun 2011 keduanya memutuskan untuk bersatu kembali.  Kini terhitung sudah 13 tahun mereka mengalami pasang surut pernikahan. Mereka pun kembali mesra dan bahagia dengan dua buah hati mereka.  Ada yang belum selesai dalam diri suami istri yang menikah kembali setelah bercerai. Apakah itu? Entahlah, bisa jadi cinta, perasaan, anak, atau yang paling misterius adalah jodoh. Jodoh itu tak mungkin jauh-jauh. Akan datang dalam bentuk-bentuk lain yang tidak pernah terprediksi.  Jika perceraian adalah sebuah jeda, mungkin tak perlu disahkan. Tak perlu ada akta perceraian, sebab tak ada satu pun yang setuju atau menyetujui perceraian itu.Menikah dengan mantan pacar, itu biasa. Teman tapi menikah, juga wajar. Menikah dengan mantan suami? Inilah gaya hidup, bisa dikatakan pilihan hidup yang unik. Bisakah jatuh cinta lagi dengan orang yang sama, dengan perasaan yang sama untuk kedua kalinya?  Kakak perempuan saya, yang bertugas di catatan sipil -yang selalu disodorkan berkas pernikahan, kelahiran, juga perceraian- sering mendatangkan cerita-cerita unik. Kakak saya tidak pernah penasaran dengan urusan pernikahan atau kelahiran. Mengapa orang menikah? Mengapa orang melahirkan? Tampaknya, alasannya manusiawi saja.  Mengapa lantas orang bercerai? Nah, inilah yang menjadi "pengetahuan" lain dalam hidup. Diantara ribuan berkas yang masuk dan keluar itu, ada kisah perceraian yang unik. Ada pasangan suami istri, yang baru menikah 3 tahun dan masih saling mencintai, dipaksa bercerai karena tidak ingin ribut dengan mertua. Mereka sepakat untuk rujuk lagi setelah mertuanya tiada.  Ah, cerita ini mengada-ada kan? Tapi kakak saya meyakinkan lagi dengan tambahan ceritanya. Meski suami istri itu mengajukan cerai, namun cincin pernikahannya masih melekat erat di jari-jari mereka. Keduanya saling berpegangan tangan dan saling menangis kala surat cerai sudah didapatkannya.  Pernah, dalam kejadian yang lain, seorang istri datang untuk mengurus akta pernikahan. Sembari menulis-nulis, sang istri itu bertanya, "Apakah mantan suami saya sudah menikah lagi, mbak? Atas nama ini ..." "Memang saya harus tahu semuanya, bu?" Gumam kakak saya sambil mengernyitkan alisnya.  Ketika kakak saya menanyakan latarbelakang perceraiannya dulu, sang mantan istri yang jelita itu menjelaskan bahwa suaminya melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Ia memilih berpisah namun cintanya tidak ikut dilepas. Di antara sadarnya, wanita ini masih berpikir waras bahwa cintanya tak bisa menyelamatkannya dari kekerasan-kekerasan itu. Ah, sedih juga.  Wanita itu lalu bercerita begitu banyaknya, sebab ia tak memiliki "telinga" yang bisa dipinjamnya sejenak. Jika ia bercerita pada keluarga perihal kekerasan itu, hubungannya dengan suami bisa jadi hancur berantakan.  Bukannya perceraian itu juga kehancuran? Tidak, menurutnya. Ia masih bisa menghubungi suaminya, mengingatkan suaminya untuk sarapan, bekerja, dan memperbaiki diri. Jika masih serumah dan menjadi suami istri, sang suami mungkin dengan cepat berganti wajah -berganti amarah.  Perceraian itu mungkin baik bagi sebagian orang. Perceraian itu mungkin jeda buat seseorang. Namun, perceraian itu diyakini agar tidak terjadi pada pasangan yang sudah menikah. Pernikahan yang dibangun susah payah, menyatukan banyak hati, menerima perbedaan, dan menghargai adalah perjalanan yang tidak sebentar.  Perceraian memiliki efek luar biasa dalam mengubah hidup seseorang. Menghadapi perceraian juga bukanlah hal mudah. Psikologi dan kognitif seseorang dapat terganggu. Apapun bentuknya dan bagaimanapun akhirnya, perceraian itu tidak gampang.  Banyak orang yang ingin segera menikah, dinikahi, atau menikahi. Namun, langkah pernikahan tidak bisa diburu, dikejar, atau dilambat-lambatkan. Kita tidak bisa meminta pada matahari untuk tambahkan sinarnya. Juga tidak bisa memaksa hujan untuk segera menghentikan derasnya. Semuanya punya porsinya masing-masing. Termasuk soal cinta dan pilihan.  Menikah lagi dengan mantan suami apakah bisa membuat kesalahan dahulu tak terulang lagi? Mungkin saja. Penyanyi Tata Janeeta kembali melangsungkan pernikahan dengan mantan suaminya, Mehdi Zati. Pria asal Iran ini kembali mempersunting wanita kelahiran Bandung.  Sebelumnya, Tata dan Mehdi Zati pernah menikah secara diam-diam. Pernikahan pertama mereka hanya berumur 3 tahun.  Awal tahun 2017 lalu, terkuak bahtera rumah tangga Tata dan Mehdi Zati telah berakhir. Bukan hanya itu, Tata Janeeta menyebutkan bahwa Mehdi menceraikannya hanya lewat pesan WhatsApp.  Kisah menikah lagi dengan mantan suami juga pernah dilalui pasangan suami istri dari kalangan artis lainnya. Teuku Ryan dan Vira Yuniar pernah bercerai pada 2 Januari 2010 silam. Setahun setelah perpisahan itu, pada tahun 2011 keduanya memutuskan untuk bersatu kembali.  Kini terhitung sudah 13 tahun mereka mengalami pasang surut pernikahan. Mereka pun kembali mesra dan bahagia dengan dua buah hati mereka. Ada yang belum selesai dalam diri suami istri yang menikah kembali setelah bercerai. Apakah itu? Entahlah, bisa jadi cinta, perasaan, anak, atau yang paling misterius adalah jodoh. Jodoh itu tak mungkin jauh-jauh. Akan datang dalam bentuk-bentuk lain yang tidak pernah terprediksi.   Jika perceraian adalah sebuah jeda, mungkin tak perlu disahkan. Tak perlu ada akta perceraian, sebab tak ada satu pun yang setuju atau menyetujui perceraian itu., Menikah dengan mantan pacar, itu biasa. Teman tapi menikah, juga wajar. Menikah dengan mantan suami? Inilah gaya hidup, bisa dikatakan pilihan hidup yang unik. Bisakah jatuh cinta lagi dengan orang yang sama, dengan perasaan yang sama untuk kedua kalinya?  Kakak perempuan saya, yang bertugas di catatan sipil -yang selalu disodorkan berkas pernikahan, kelahiran, juga perceraian- sering mendatangkan cerita-cerita unik. Kakak saya tidak pernah penasaran dengan urusan pernikahan atau kelahiran. Mengapa orang menikah? Mengapa orang melahirkan? Tampaknya, alasannya manusiawi saja.  Mengapa lantas orang bercerai? Nah, inilah yang menjadi "pengetahuan" lain dalam hidup.  Diantara ribuan berkas yang masuk dan keluar itu, ada kisah perceraian yang unik. Ada pasangan suami istri, yang baru menikah 3 tahun dan masih saling mencintai, dipaksa bercerai karena tidak ingin ribut dengan mertua. Mereka sepakat untuk rujuk lagi setelah mertuanya tiada.  Ah, cerita ini mengada-ada kan? Tapi kakak saya meyakinkan lagi dengan tambahan ceritanya.  Meski suami istri itu mengajukan cerai, namun cincin pernikahannya masih melekat erat di jari-jari mereka. Keduanya saling berpegangan tangan dan saling menangis kala surat cerai sudah didapatkannya.  Pernah, dalam kejadian yang lain, seorang istri datang untuk mengurus akta pernikahan.  Sembari menulis-nulis, sang istri itu bertanya, "Apakah mantan suami saya sudah menikah lagi, mbak? Atas nama ini ..."  "Memang saya harus tahu semuanya, bu?" Gumam kakak saya sambil mengernyitkan alisnya.  Ketika kakak saya menanyakan latarbelakang perceraiannya dulu, sang mantan istri yang jelita itu menjelaskan bahwa suaminya melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Ia memilih berpisah namun cintanya tidak ikut dilepas. Di antara sadarnya, wanita ini masih berpikir waras bahwa cintanya tak bisa menyelamatkannya dari kekerasan-kekerasan itu. Ah, sedih juga.  Wanita itu lalu bercerita begitu banyaknya, sebab ia tak memiliki "telinga" yang bisa dipinjamnya sejenak. Jika ia bercerita pada keluarga perihal kekerasan itu, hubungannya dengan suami bisa jadi hancur berantakan.  Bukannya perceraian itu juga kehancuran? Tidak, menurutnya. Ia masih bisa menghubungi suaminya, mengingatkan suaminya untuk sarapan, bekerja, dan memperbaiki diri. Jika masih serumah dan menjadi suami istri, sang suami mungkin dengan cepat berganti wajah -berganti amarah.  Perceraian itu mungkin baik bagi sebagian orang. Perceraian itu mungkin jeda buat seseorang. Namun, perceraian itu diyakini agar tidak terjadi pada pasangan yang sudah menikah. Pernikahan yang dibangun susah payah, menyatukan banyak hati, menerima perbedaan, dan menghargai adalah perjalanan yang tidak sebentar.  Perceraian memiliki efek luar biasa dalam mengubah hidup seseorang. Menghadapi perceraian juga bukanlah hal mudah. Psikologi dan kognitif seseorang dapat terganggu. Apapun bentuknya dan bagaimanapun akhirnya, perceraian itu tidak gampang.  Banyak orang yang ingin segera menikah, dinikahi, atau menikahi. Namun, langkah pernikahan tidak bisa diburu, dikejar, atau dilambat-lambatkan. Kita tidak bisa meminta pada matahari untuk tambahkan sinarnya. Juga tidak bisa memaksa hujan untuk segera menghentikan derasnya. Semuanya punya porsinya masing-masing. Termasuk soal cinta dan pilihan.  Menikah lagi dengan mantan suami apakah bisa membuat kesalahan dahulu tak terulang lagi? Mungkin saja.  Penyanyi Tata Janeeta kembali melangsungkan pernikahan dengan mantan suaminya, Mehdi Zati. Pria asal Iran ini kembali mempersunting wanita kelahiran Bandung.  Sebelumnya, Tata dan Mehdi Zati pernah menikah secara diam-diam. Pernikahan pertama mereka hanya berumur 3 tahun.  Awal tahun 2017 lalu, terkuak bahtera rumah tangga Tata dan Mehdi Zati telah berakhir. Bukan hanya itu, Tata Janeeta menyebutkan bahwa Mehdi menceraikannya hanya lewat pesan WhatsApp.  Kisah menikah lagi dengan mantan suami juga pernah dilalui pasangan suami istri dari kalangan artis lainnya. Teuku Ryan dan Vira Yuniar pernah bercerai pada 2 Januari 2010 silam. Setahun setelah perpisahan itu, pada tahun 2011 keduanya memutuskan untuk bersatu kembali.  Kini terhitung sudah 13 tahun mereka mengalami pasang surut pernikahan. Mereka pun kembali mesra dan bahagia dengan dua buah hati mereka.  Ada yang belum selesai dalam diri suami istri yang menikah kembali setelah bercerai. Apakah itu? Entahlah, bisa jadi cinta, perasaan, anak, atau yang paling misterius adalah jodoh. Jodoh itu tak mungkin jauh-jauh. Akan datang dalam bentuk-bentuk lain yang tidak pernah terprediksi.  Jika perceraian adalah sebuah jeda, mungkin tak perlu disahkan. Tak perlu ada akta perceraian, sebab tak ada satu pun yang setuju atau menyetujui perceraian itu.
Menikah dengan mantan pacar, itu biasa. Teman tapi menikah, juga wajar. Menikah dengan mantan suami? Inilah gaya hidup, bisa dikatakan pilihan hidup yang unik. Bisakah jatuh cinta lagi dengan orang yang sama, dengan perasaan yang sama untuk kedua kalinya?

Kakak perempuan saya, yang bertugas di catatan sipil -yang selalu disodorkan berkas pernikahan, kelahiran, juga perceraian- sering mendatangkan cerita-cerita unik. Kakak saya tidak pernah penasaran dengan urusan pernikahan atau kelahiran. Mengapa orang menikah? Mengapa orang melahirkan? Tampaknya, alasannya manusiawi saja.

Mengapa lantas orang bercerai? Nah, inilah yang menjadi "pengetahuan" lain dalam hidup. Diantara ribuan berkas yang masuk dan keluar itu, ada kisah perceraian yang unik. Ada pasangan suami istri, yang baru menikah 3 tahun dan masih saling mencintai, dipaksa bercerai karena tidak ingin ribut dengan mertua. Mereka sepakat untuk rujuk lagi setelah mertuanya tiada.

Ah, cerita ini mengada-ada kan? Tapi kakak saya meyakinkan lagi dengan tambahan ceritanya. Meski suami istri itu mengajukan cerai, namun cincin pernikahannya masih melekat erat di jari-jari mereka. Keduanya saling berpegangan tangan dan saling menangis kala surat cerai sudah didapatkannya.

Pernah, dalam kejadian yang lain, seorang istri datang untuk mengurus akta pernikahan. Sembari menulis-nulis, sang istri itu bertanya, "Apakah mantan suami saya sudah menikah lagi, mbak? Atas nama ini ..." "Memang saya harus tahu semuanya, bu?" Gumam kakak saya sambil mengernyitkan alisnya.

Ketika kakak saya menanyakan latarbelakang perceraiannya dulu, sang mantan istri yang jelita itu menjelaskan bahwa suaminya melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Ia memilih berpisah namun cintanya tidak ikut dilepas. Di antara sadarnya, wanita ini masih berpikir waras bahwa cintanya tak bisa menyelamatkannya dari kekerasan-kekerasan itu. Ah, sedih juga.

Wanita itu lalu bercerita begitu banyaknya, sebab ia tak memiliki "telinga" yang bisa dipinjamnya sejenak. Jika ia bercerita pada keluarga perihal kekerasan itu, hubungannya dengan suami bisa jadi hancur berantakan.

Bukannya perceraian itu juga kehancuran? Tidak, menurutnya. Ia masih bisa menghubungi suaminya, mengingatkan suaminya untuk sarapan, bekerja, dan memperbaiki diri. Jika masih serumah dan menjadi suami istri, sang suami mungkin dengan cepat berganti wajah -berganti amarah.

Perceraian itu mungkin baik bagi sebagian orang. Perceraian itu mungkin jeda buat seseorang. Namun, perceraian itu diyakini agar tidak terjadi pada pasangan yang sudah menikah. Pernikahan yang dibangun susah payah, menyatukan banyak hati, menerima perbedaan, dan menghargai adalah perjalanan yang tidak sebentar.

Perceraian memiliki efek luar biasa dalam mengubah hidup seseorang. Menghadapi perceraian juga bukanlah hal mudah. Psikologi dan kognitif seseorang dapat terganggu. Apapun bentuknya dan bagaimanapun akhirnya, perceraian itu tidak gampang.

Banyak orang yang ingin segera menikah, dinikahi, atau menikahi. Namun, langkah pernikahan tidak bisa diburu, dikejar, atau dilambat-lambatkan. Kita tidak bisa meminta pada matahari untuk tambahkan sinarnya. Juga tidak bisa memaksa hujan untuk segera menghentikan derasnya. Semuanya punya porsinya masing-masing. Termasuk soal cinta dan pilihan.

Menikah lagi dengan mantan suami apakah bisa membuat kesalahan dahulu tak terulang lagi? Mungkin saja. Penyanyi Tata Janeeta kembali melangsungkan pernikahan dengan mantan suaminya, Mehdi Zati. Pria asal Iran ini kembali mempersunting wanita kelahiran Bandung.

Sebelumnya, Tata dan Mehdi Zati pernah menikah secara diam-diam. Pernikahan pertama mereka hanya berumur 3 tahun.

Awal tahun 2017 lalu, terkuak bahtera rumah tangga Tata dan Mehdi Zati telah berakhir. Bukan hanya itu, Tata Janeeta menyebutkan bahwa Mehdi menceraikannya hanya lewat pesan WhatsApp.

Kisah menikah lagi dengan mantan suami juga pernah dilalui pasangan suami istri dari kalangan artis lainnya. Teuku Ryan dan Vira Yuniar pernah bercerai pada 2 Januari 2010 silam. Setahun setelah perpisahan itu, pada tahun 2011 keduanya memutuskan untuk bersatu kembali.

Kini terhitung sudah 13 tahun mereka mengalami pasang surut pernikahan. Mereka pun kembali mesra dan bahagia dengan dua buah hati mereka. Ada yang belum selesai dalam diri suami istri yang menikah kembali setelah bercerai. 

Apakah itu? Entahlah, bisa jadi cinta, perasaan, anak, atau yang paling misterius adalah jodoh. Jodoh itu tak mungkin jauh-jauh. Akan datang dalam bentuk-bentuk lain yang tidak pernah terprediksi. Jika perceraian adalah sebuah jeda, mungkin tak perlu disahkan. Tak perlu ada akta perceraian, sebab tak ada satu pun yang setuju atau menyetujui perceraian itu.