This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Dampak Negatif Perceraian pada Anak Usia Dibawah 5 Tahun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dampak Negatif Perceraian pada Anak Usia Dibawah 5 Tahun. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 September 2022

Dampak Negatif Perceraian pada Anak Usia Dibawah 5 Tahun

Dampak Negatif Perceraian pada Anak Usia Dibawah 5 Tahun. Dampak negatif perceraian orangtua pada anak di bawah usia 5 tahun. Tidak ada pasangan menikah yang menduga akan berakhir dengan perceraian. Namun nyatanya, tingkat perceraian terus mengalami peningkatan karena berbagai macam hal.  Mama yang pernikahannya telah berada di ujung tanduk dan memutuskan untuk bercerai.  Ada baiknya untuk mempertimbangkannya kembali. Sebab ada dampak negatif perceraian orangtua, tak terkecuali pada anak dibawah usia 5 tahun.  1. Anak akan menjadi bingung ada umur ini, anak mungkin belum tahu apa itu perceraian.  Yang anak tahu adalah adanya perubahan pada ke dua orang tuanya dimana Mama sudah tak lagi berada serumah dengan Papa.  Perubahan ini akan membuat anak bingung mengapa dirinya harus berada di satu rumah tanpa ada ke dua orangtuanya secara komplit.  2. Meningkatkan masalah psikologis pada anak Tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan budaya, penelitian menunjukkan bahwa anak dari orangtua yang bercerai cenderung mengalami peningkatan masalah psikologis.  Bisa dikatakan bahwa perceraian dapat meningkatkan risiko kesehatan mental pada anak dan remaja.  3. Anak akan lebih mudah cemas Tak terkecuali anak di bawah 5 tahun, mereka juga butuh penyesuaian untuk “memahami” apa yang terjadi dalam pernikahan kedua orangtuanya.  Dalam beberapa bulan, perubahan sikap anak akan Mama lihat.  Penelitian pun  menunjukkan bahwa tingkat depresi dan tingkat kecemasan anak korban perceraian akan cenderung meningkat.  4. Emosi anak tidak stabil Mama harus tahu, meski masih kecil, anak dapat merasakan ketegangan dari perceraian yang terjadi lho!  Nah ketegangan yang dialami anak ini bisa memengaruhi emosinya.  Anak cenderung lebih mudah marah, ingin selalu dekat dengan orang tuanya, dan tak jarang berefek terhadap keterlambatan perkembangannya.  Jadi meski terlihat anak baik-baik saja, pantau terus perkembangannya ya Ma!  Anak juga cenderung jadi lebih cengeng Ma.  Cara ini dianggap sebagai langkah untuk mendapatkan perhatian ke dua orangtuanya.  6. Sulit tidur Anak Mama mengalami gangguan tidur setelah Mama bercerai dengan pasangan?  Bisa jadi ini dampak perceraian pada anak yang dialami oleh anak Mama. Anak cenderung sulit tidur atau bahkan tidak berani untuk tidur sendiri.  Itulah dampak perceraian pada anak dibawah 5 tahun yang dapat terjadi. Mama harus memerhatikan perilaku anak agar tahu perubahan yang muncul.  Agar anak tidak merasa kehilangan kasih sayang, tetap luangkan waktu untuk pergi bersama anak dan juga mantan pasangan sampai anak mengerti apa yang terjadi pada ke dua orangtuanya.  Turunkan ego masing-masing agar perceraian tidak berdampak terhadap perkembangannya.

Dampak Negatif Perceraian pada Anak Usia Dibawah 5 Tahun. Dampak negatif perceraian orangtua pada anak di bawah usia 5 tahun. Tidak ada pasangan menikah yang menduga akan berakhir dengan perceraian. Namun nyatanya, tingkat perceraian terus mengalami peningkatan karena berbagai macam hal.

Mama yang pernikahannya telah berada di ujung tanduk dan memutuskan untuk bercerai.

Ada baiknya untuk mempertimbangkannya kembali. Sebab ada dampak negatif perceraian orangtua, tak terkecuali pada anak dibawah usia 5 tahun.

1. Anak akan menjadi bingung

ada umur ini, anak mungkin belum tahu apa itu perceraian.

Yang anak tahu adalah adanya perubahan pada ke dua orang tuanya dimana Mama sudah tak lagi berada serumah dengan Papa.

Perubahan ini akan membuat anak bingung mengapa dirinya harus berada di satu rumah tanpa ada ke dua orangtuanya secara komplit.

2. Meningkatkan masalah psikologis pada anak

Tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan budaya, penelitian menunjukkan bahwa anak dari orangtua yang bercerai cenderung mengalami peningkatan masalah psikologis.

Bisa dikatakan bahwa perceraian dapat meningkatkan risiko kesehatan mental pada anak dan remaja.

3. Anak akan lebih mudah cemas

Tak terkecuali anak di bawah 5 tahun, mereka juga butuh penyesuaian untuk “memahami” apa yang terjadi dalam pernikahan kedua orangtuanya.

Dalam beberapa bulan, perubahan sikap anak akan Mama lihat.

Penelitian pun  menunjukkan bahwa tingkat depresi dan tingkat kecemasan anak korban perceraian akan cenderung meningkat.

4. Emosi anak tidak stabil

Mama harus tahu, meski masih kecil, anak dapat merasakan ketegangan dari perceraian yang terjadi lho!

Nah ketegangan yang dialami anak ini bisa memengaruhi emosinya.

Anak cenderung lebih mudah marah, ingin selalu dekat dengan orang tuanya, dan tak jarang berefek terhadap keterlambatan perkembangannya.

Jadi meski terlihat anak baik-baik saja, pantau terus perkembangannya ya Ma!

Anak juga cenderung jadi lebih cengeng Ma.

Cara ini dianggap sebagai langkah untuk mendapatkan perhatian ke dua orangtuanya.

6. Sulit tidur

Anak Mama mengalami gangguan tidur setelah Mama bercerai dengan pasangan?

Bisa jadi ini dampak perceraian pada anak yang dialami oleh anak Mama. Anak cenderung sulit tidur atau bahkan tidak berani untuk tidur sendiri.

Itulah dampak perceraian pada anak dibawah 5 tahun yang dapat terjadi. Mama harus memerhatikan perilaku anak agar tahu perubahan yang muncul.

Agar anak tidak merasa kehilangan kasih sayang, tetap luangkan waktu untuk pergi bersama anak dan juga mantan pasangan sampai anak mengerti apa yang terjadi pada ke dua orangtuanya.

Turunkan ego masing-masing agar perceraian tidak berdampak terhadap perkembangannya.