This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Harta Haram. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Harta Haram. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Oktober 2022

Harta Haram

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :   لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْم... Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :   لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ   “Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah.   Allah berfirman :   يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَذَرُوْا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبٰٓوا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ   “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 278).   Kebutuhan hidup manusia, kesehariannya dipenuhi melalui interaksi dan transaksi ekonomi. Dalam berinteraksi dan bertransaksi harus didasari pemahaman terhadap ilmu bermuamalah secara syariyyah, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah.   Pengertian muamalah secara umum yaitu : setiap hubungan antara manusia, pergaulan antara manusia. Secara khusus, muamalah dimaksudkan untuk transaksi jual beli, hutang piutang dan transaksi ekonomi lainnya. Hal paling mendasar yang harus dipahami pertama kali sebelum menjalankan muamalah dalah mentauhidkan Allah. Bahwa dalam berikhtiar mencari rezeki haruslah didasari niat mengharapkan ridho & barakah dari Allah. Prinsip ini menjadi pondasi yang kuat dan lurus bagi tahap berikutnya, yaitu memahami dan menerapkan konsep muamalah.   Allah berfirman :   اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ   “Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 58)   # Allah Ta’ala, berfirman :   وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا   “Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6)   # Dari ‘Umar bin Khattab, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,   لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا   “Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.”  (HR. Tirmidzi no. 2344. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).   # Bahkan kaum musyrik pun mengetahui bahwa Allah-lah Maha Memberi Rezeki. Allah berfirman :   قُلْ مَنْ  يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَ مَنْ يُّخْرِجُ الْحَـيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَـيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ  الْاَمْرَ ۗ  فَسَيَـقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚ  فَقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ   “Katakanlah (Muhammad), Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab, Allah. Maka katakanlah, Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS. Yunus 10: Ayat 31).   # Ayat 1000 Dinar :   فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ  ۗ  ذٰ لِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ  ۙ  وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا   “Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,”   وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ   ۗ  وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ   ۗ  اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖ   ۗ  قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا   “dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”   وَالّٓـٰـئِـيْ يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيْضِ مِنْ نِّسَآئِكُمْ اِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلٰثَةُ اَشْهُرٍ  ۙ  وَّالّٓـٰـئِـيْ لَمْ يَحِضْنَ  ۗ  وَاُولَاتُ الْاَحْمَالِ اَجَلُهُنَّ اَنْ يَّضَعْنَ حَمْلَهُنَّ   ۗ  وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ یُسْرًا   “Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idahnya adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.”   ذٰ لِكَ اَمْرُ اللّٰهِ اَنْزَلَهٗۤ اِلَيْكُمْ   ۗ  وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعْظِمْ لَهٗۤ اَجْرًا   “Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepadamu; barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (QS. At-Talaq 65 : Ayat 2-5).   Hukum dasar bermuamalah adalah mubah (boleh), kecuali ada dalil yang melarangnya.  Akad jual beli hukum asalnya adalah halal, kecuali ada dalil yang mengharamkannya.  (Prinsip menjalankan ibadah : tanyakan apa dalil yang menghalalkannya).  (Prinsip menjalankan muamalah : tanyakan apa dalil yang melarangnya).  Syarat menerapkan kaidah halal & haram dalam bermuamalah adalah selama didalam bertransaksi tidak ada : kedhaliman, gharar, riba.  Kedhaliman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dhalim >< Adil.  Bertransaksi haruslah dengan sikap adil.  Kedhaliman tidak boleh dibalas dengan kedhaliman, tetaplah bersikap adil.   # Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,   يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ   “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang kamu kerjakan.” (Qs. al-Maidah: 8). # Hadits qudsi berbunyi,   أَنَّ اللَّه تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا   “Sungguh, Allah telah berfirman, ‘Wahai hamba-Ku, sungguh aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan menjadikannya terlarang di antara kalian, maka janganlah saling menzalimi!’ “ (HR. Muslim).   Kesepakatan dalam jual beli, dilihat dari sudut pandang pembeli, apabila sudah ada kesiapan dari pihak pembeli untuk membeli barang / jasa dari penjual, maka sudah muncul kesepakatan dan konsekuensinya adalah penjual tidak boleh menawarkan kepada pihak lain.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :
  لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْم...
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :

 لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ 

“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah. 

Allah berfirman :

 يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَذَرُوْا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبٰٓوا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

 “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 278). 

Kebutuhan hidup manusia, kesehariannya dipenuhi melalui interaksi dan transaksi ekonomi. Dalam berinteraksi dan bertransaksi harus didasari pemahaman terhadap ilmu bermuamalah secara syariyyah, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah. 

Pengertian muamalah secara umum yaitu : setiap hubungan antara manusia, pergaulan antara manusia. Secara khusus, muamalah dimaksudkan untuk transaksi jual beli, hutang piutang dan transaksi ekonomi lainnya. Hal paling mendasar yang harus dipahami pertama kali sebelum menjalankan muamalah dalah mentauhidkan Allah. Bahwa dalam berikhtiar mencari rezeki haruslah didasari niat mengharapkan ridho & barakah dari Allah. Prinsip ini menjadi pondasi yang kuat dan lurus bagi tahap berikutnya, yaitu memahami dan menerapkan konsep muamalah. 

Allah berfirman :

 اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ 

“Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 58)

 # Allah Ta’ala, berfirman :

 وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

 “Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6)

 # Dari ‘Umar bin Khattab, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا 

“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.”  (HR. Tirmidzi no. 2344. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). 

# Bahkan kaum musyrik pun mengetahui bahwa Allah-lah Maha Memberi Rezeki. Allah berfirman : 

قُلْ مَنْ  يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَ مَنْ يُّخْرِجُ الْحَـيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَـيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ  الْاَمْرَ ۗ  فَسَيَـقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚ  فَقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ

 “Katakanlah (Muhammad), Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab, Allah. Maka katakanlah, Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS. Yunus 10: Ayat 31).

 # Ayat 1000 Dinar :

 فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ  ۗ  ذٰ لِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ  ۙ  وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا 

“Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,”

 وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ   ۗ  وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ   ۗ  اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖ   ۗ  قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

 “dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”

 وَالّٓـٰـئِـيْ يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيْضِ مِنْ نِّسَآئِكُمْ اِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلٰثَةُ اَشْهُرٍ  ۙ  وَّالّٓـٰـئِـيْ لَمْ يَحِضْنَ  ۗ  وَاُولَاتُ الْاَحْمَالِ اَجَلُهُنَّ اَنْ يَّضَعْنَ حَمْلَهُنَّ   ۗ  وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ یُسْرًا 

“Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idahnya adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” 

ذٰ لِكَ اَمْرُ اللّٰهِ اَنْزَلَهٗۤ اِلَيْكُمْ   ۗ  وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعْظِمْ لَهٗۤ اَجْرًا

 “Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepadamu; barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (QS. At-Talaq 65 : Ayat 2-5). 

Hukum dasar bermuamalah adalah mubah (boleh), kecuali ada dalil yang melarangnya. 
Akad jual beli hukum asalnya adalah halal, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. 
(Prinsip menjalankan ibadah : tanyakan apa dalil yang menghalalkannya). 
(Prinsip menjalankan muamalah : tanyakan apa dalil yang melarangnya). 
Syarat menerapkan kaidah halal & haram dalam bermuamalah adalah selama didalam bertransaksi tidak ada : kedhaliman, gharar, riba. 
Kedhaliman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dhalim >< Adil. 
Bertransaksi haruslah dengan sikap adil. 
Kedhaliman tidak boleh dibalas dengan kedhaliman, tetaplah bersikap adil. 

# Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ 

“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang kamu kerjakan.” (Qs. al-Maidah: 8). # Hadits qudsi berbunyi, 

أَنَّ اللَّه تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا

 “Sungguh, Allah telah berfirman, ‘Wahai hamba-Ku, sungguh aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan menjadikannya terlarang di antara kalian, maka janganlah saling menzalimi!’ “ (HR. Muslim). 

Kesepakatan dalam jual beli, dilihat dari sudut pandang pembeli, apabila sudah ada kesiapan dari pihak pembeli untuk membeli barang / jasa dari penjual, maka sudah muncul kesepakatan dan konsekuensinya adalah penjual tidak boleh menawarkan kepada pihak lain.

Rabu, 15 Juni 2022

Harta Haram, Sumber Petaka Dunia maupun di Akhirat


Dampak Harta Haram, Sumber Petaka Dunia dan Akhirat, sangat menakutkan jika kita tahu akibatnya. bukan di akherat saja, namun didunia kita akan merasakan dampak dampak dari harta haram tersebut, sangt pedih dan menyakitkan, segera bertobat dan minta ampunan kepada Allah SWT. Setiap insan tentu mendambakan kehidupan yang bahagia, damai dan jauh dari berbagai kesusahan. Untuk tujuan ini, orang rela mengorbankan harta, waktu dan tenaga yang mereka miliki demi meraih apa yang mereka ungkapkan sebagai ‘kebahagiaan dan ketenangan hidup yang sejati’.

Ironisnya, dalam upaya mencari kebahagiaan dan ketenangan hidup ini, di antara mereka ada yang menempuh jalan yang keliru dan justru menjerumuskan mereka ke dalam jurang kesengsaraan dan malapetaka, dengan mengikuti godaan dan tipu daya setan yang selalu menghiasi keburukan amal perbuatan manusia. dalam surah Fathir 35:8 yang isinya : Apakah orang yang dihiasi perbuatannya yang buruk (oleh setan) lalu ia menganggap perbuatannya itu baik, (sama dengan dengan orang yang tidak diperdaya setan?), maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. 

Allah SWT Yang Maha Menciptakan, Menguasai dan Mengatur alam semesta beserta semua makhluk di dalamnya, Dialah yang memiliki dan menguasai segala bentuk kebaikan dan kebahagiaan yang dibutuhkan oleh semua manusia, dan semua itu akan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara mereka, Allah Berfirman dalam Surah Ali Imron 3 : 26 yang artinya : Katakanlah, “Ya Allâh Yang maha memiliki semua kerajaan (kekuasaan di alam semesta), Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Dan orang-orang yang dikehendaki dan dipilih-Nya untuk meraih kebahagiaan hidup adalah orang-orang beriman yang selalu berpegang teguh dengan petunjuk-Nya. Allah SWT  berfirman dalam Surah Thaha 20 : 123 yang artinya : "Maka jika datang kepadamu (wahai manusia) petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara (dalam hidupnya)" dan dalam ayat yang lain yaitu Surah An Nahl 16:97 yang artinya sebagai berikut ini : Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik/bahagia (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Pertanyaan : Apakah untuk Ketenangan Hidup Diraih Dengan Materi Duniawi.  Kebanyakan manusia menilai dengan kebodohannya bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup diraih dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dan menggapai kedudukan duniawi setinggi-tingginya, sebagai akibat dari kuatnya dominasi hawa nafsu dan sifat materialistis dalam diri mereka. Allah SWT Berfirman dalam Surah Ar Rum 30:7 artinya : "Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedangkan tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai". 

Jawaban : Artinya, mereka hanya memahami dan mengutamakan perhiasan duniawi yang tampak di mata mereka, sementara mereka melalaikan balasan kebaikan yang kekal abadi di akhirat. Oleh karena itu, mereka berusaha sekuat tenaga dan berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan duniawi, tanpa mengenal lelah dan waktu. Sifat tamak ini, paling tidak akan menyeret mereka kepada dua kerusakan dan keburukan besar: 

  1. Cinta kepada dunia/harta yang berlebihan
  2. Ambisi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa peduli halal atau haram.

Dua kerusakan besar tersebut sudah cukup menjadi awal malapetaka besar bagi seorang hamba dan pada gilirannya akan membawa bencana-bencana besar lainnya, jika hamba dia tidak menyadari bahaya ini dan bertobat kepada Allah SWT, Renungkanlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya sebagai berikut ini : "Demi Allah SWT, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan (akan merusak agama) kalian, akan tetapi yang aku takutkan bagi kalian adalah jika (perhiasan) dunia dibentangkan (dijadikan berlimpah) bagi kalian sebagaimana (perhiasan) dunia dibentangkan bagi umat (terdahulu) sebelum kalian, maka kalian pun berlomba-lomba mengejar dunia sebagaimana mereka berlomba-lomba mengejarnya, sehingga (akibatnya) dunia (harta) itu membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka.

Maka mungkinkah seseorang akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya kalau sifat yang merupakan sumber kebinasaan dan bencana ini selalu ada pada dirinya. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa malapetaka dan bencana yang menimpa orang yang memiliki sifat ini akan terus bertambah besar seiring dengan semakin rakusnya dia mengejar harta benda duniawi dan banyaknya dia mengkonsumsi harta yang haram. Hal ini dikarenakan secara tabiat nafsu manusia tidak akan pernah merasa puas dan cukup dengan harta dan kemewahan dunia yang dimilikinya, bagaimanapun berlimpahnya, kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah SWT. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan hal ini dalam sabda beliau: “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang penuh berisi) harta/emas, maka dia pasti akan menginginkan lembah (harta) yang ketiga.

Sifat rakus inilah yang akan terus memacunya untuk mengejar harta dan mengumpulkannya siang dan malam, dengan mengorbankan apapun untuk tujuan tersebut dan tanpa memperdulikan cara-cara yang halal atau haram. Sehingga tenaga dan pikirannya akan terus terkuras untuk mengejar ambisi tersebut, dan ini merupakan kerusakan sekaligus siksaan besar bagi dirinya di dunia, sebelum siksaan yang lebih besar di akhirat nanti. dari Imam Ibnul Qayyim berkata: “Orang yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (kerusakan dan penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang tidak pernah hilang, keletihan yang berkepanjangan dan penyesalan yang tiada  berakhir. Dalam permasalahan seperti ini, seorang Ulama Salaf  berkata: “Barangsiapa yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan), maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam penderitaan. 

Dampak Buruk dan Bencana dari Harta yang Haram Dalam Kehidupan Manusia
Sebagaimana yang kami paparkan di atas bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup sejati hanya Allâh SWT akan anugerahkan kepada orang-orang yang berpegang teguh dengan petunjuk-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, termasuk dalam hal ini, menjauhi harta haram dan segala sesuatu yang didapatkan dengan cara yang tidak dibenarkan dalam Islam

Allah SWT  enggan untuk memberikan kebahagiaan dan ketenangan hidup bagi orang-orang yang berpaling dari petunjuk-Nya, di dunia dan akhirat, dalam surah Thaha /20 ayat :124-126 yang artinya : "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan/petunjuk-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (sengsara) (di dunia), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Wahai Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat”. Allah berfirman: “Demikianlah, dulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan".

dari Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata: “Artinya, barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (dengan) berpaling darinya, melupakannya dan mengambil selain petunjuknya, maka baginya penghidupan yang sempit/sengsara, yaitu di dunia, sehingga dia tidak akan merasakan ketenangan (hidup) dan tidak ada kelapangan dalam hatinya. Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya, meskipun (terlihat) secara lahir (hidupnya) senang, berpakaian, makan dan bertempat tinggal sesukanya, akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan dan keraguan, karena jauhnya dirinya dari kebenaran dan petunjuk-Nya”

Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa kita dan menjauhkan dari harta haram yang dimurkai oleh Allah SWT, namun terkadang manusia terpeleset dalam ketersesatan, terperdaya oleh syetan yang terkutuk dan semoga cepat sadar dan bertobat kepada Allah SWT.