This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Kisah Nyata : Derita Keluarga Makan Uang Haram. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Nyata : Derita Keluarga Makan Uang Haram. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 September 2022

Kisah Nyata : Derita Keluarga Makan Uang Haram

Semua upaya mendapat uang haram sangat dibenci Allah SWT. Mereka yang memakan uang haram akan mendapat murka Allah SWT. Uang haram sangat berbahaya dan memberi dampak buruk bagi diri sendiri dan juga keluarga. Tak hanya di dunia, dampak uang haram juga akan dibawa sampai ke kehidupan di akhirat kelak.“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu..” (QS,An-Nisa ayat 29)  Jika kita memberi makan keluarga kita dengan makanan yang halal, tetapi kita mendapatkannya dengan cara yang haram, maka hukum makanan itu tetaplah haram. Harta yang kita bawa pualng ke rumah pun hukumnya haram jika kita mendapatkannya dengan cara-cara yang haram atau terlarang. Orang-orang yang biasa hidup dari harta yang haram biasanya akan menuai kesengsaraan di akhir hidup merak. Seperti cerita berikut ini yang saya kutip dari majalah Hidayah edisi 79. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.  Sebut saja namanya parman. Lelaki yang tinggal di sebuah desa di Bekasi ini menghidupi keluarganya dengan cara haram. Ia biasa menadah barang-barang yang tidak jelas kepemilikannya dari berbagai daerah untuk menyambung hidupnya. Profesi itu ia jalani sejak menikah sampai punya anak empat.  Parman cepat kaya karena bisnis haramnya ini. Namun keberkahan tentu saja tak menghampiri keluarga itu. Satu demi satu musibah menimpa. Bahkan hingga detik ini, nasib keluarga itu berakhir tragis.   “Ada TV merek Sony 29 inci harga satu juta nih , mau nggak ?” tawa Parman pada tetangganya, Paijo (sebut saja demikian). Mendengar penawaran demikian murah, Paijo tak percaya. Dia pun lantas dtang ke rumah Parman untuk melihat sendiri barang yang dimaksud.  Rupanya omongan Parman seratus persen dapat dipercaya. Bahkan di rumahnya masih banyak barang-barang bermerek lainnya yang dijual dengan harga di bawah standar. Mulai dari barang elektronik, otomotif, barang pecah-belah, baju, dan lainnya.  Kabar ‘menggembirakan’ ini tak berapa lama cepat menyebar, karena Parmanlah yang langsung menawarkan barangnya. Maklum saja, dia juga lumayan dikenal royal, Parman sering mengajak tetangganya berkumpul untu ksekedar manggang ikan, atau nongkrong-nongkrong diiringi acara makan-makan.  Menurut YG, tetangga dekat Parman sekaligus narasumber cerita ini, Parman memang sering mengadakan pesta. Sifatnya yang royal ini mungkin saja trik dalam melancarkan usahanya. Dengan begitu, hubungan Parman dan tetangganya makin akrab. Khususnya anak-anak muda yang doyan nongkrong dan sering dibandarin Parman. Tanpa waktu lama, seketika Parman menjadi salah seorang jajaran orang kaya di kampungnya/ Bisnisnya seakan tiada pernah mati/ Usahanya makin lancar. Brang –barang bermerek yang ditadahnya makin banya. Mobilnya sering gonta-ganti.  Bisnis Parman makin meroket. Gaya hidup keluarganya benar-benar berbeda daru kebanyakan penduduk kampungnya. Penampilan istri Parman layaknya toko emas berjalan/ Keseharian anak pertamanya yang duduk di bangku kuliah laumayan mencolok. Bergitu juga dengan dua anak perempuan dan saru anak laki-lakinya. Pakaian, kasesoris dan kendaraan bermotor yang diapakai berkualitas kelas wahid(satu). Pergaulan mereka pun seakan berjarak dengan anak-anak tetangga.  Singkatnya, urusan duniawi Parman telah mencapai titi keberhasilan. Sementara, spiritualitasnya sama seklai tak tersentuh. Hali ini terlihat jelas dari pengakuannya yang tidak mengenalkan anak-anaknya pada pendidikan agama.  Jangankan itu, Parman sendiri sangat jarang shalat. Dalam setahun mungkin bisa dihitung jari. Apalagi ikut pengajian. Ia baru mau membaur dengan tetangga jika diluar urusan yang membawa manfaat dan berbau agama. Sukanya foya-foya.  Referensi : Kisah Nyata, Derita Keluarga Makan Uang Haram. Kisah Nyata : Derita Keluarga Makan Uang Haram

Semua upaya mendapat uang haram sangat dibenci Allah SWT. Mereka yang memakan uang haram akan mendapat murka Allah SWT. Uang haram sangat berbahaya dan memberi dampak buruk bagi diri sendiri dan juga keluarga. Tak hanya di dunia, dampak uang haram juga akan dibawa sampai ke kehidupan di akhirat kelak.“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu..” (QS,An-Nisa ayat 29)

Jika kita memberi makan keluarga kita dengan makanan yang halal, tetapi kita mendapatkannya dengan cara yang haram, maka hukum makanan itu tetaplah haram. Harta yang kita bawa pualng ke rumah pun hukumnya haram jika kita mendapatkannya dengan cara-cara yang haram atau terlarang. Orang-orang yang biasa hidup dari harta yang haram biasanya akan menuai kesengsaraan di akhir hidup merak. Seperti cerita berikut ini yang saya kutip dari majalah Hidayah edisi 79. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Sebut saja namanya parman. Lelaki yang tinggal di sebuah desa di Bekasi ini menghidupi keluarganya dengan cara haram. Ia biasa menadah barang-barang yang tidak jelas kepemilikannya dari berbagai daerah untuk menyambung hidupnya. Profesi itu ia jalani sejak menikah sampai punya anak empat.

Parman cepat kaya karena bisnis haramnya ini. Namun keberkahan tentu saja tak menghampiri keluarga itu. Satu demi satu musibah menimpa. Bahkan hingga detik ini, nasib keluarga itu berakhir tragis. 

“Ada TV merek Sony 29 inci harga satu juta nih , mau nggak ?” tawa Parman pada tetangganya, Paijo (sebut saja demikian). Mendengar penawaran demikian murah, Paijo tak percaya. Dia pun lantas dtang ke rumah Parman untuk melihat sendiri barang yang dimaksud.

Rupanya omongan Parman seratus persen dapat dipercaya. Bahkan di rumahnya masih banyak barang-barang bermerek lainnya yang dijual dengan harga di bawah standar. Mulai dari barang elektronik, otomotif, barang pecah-belah, baju, dan lainnya.

Kabar ‘menggembirakan’ ini tak berapa lama cepat menyebar, karena Parmanlah yang langsung menawarkan barangnya. Maklum saja, dia juga lumayan dikenal royal, Parman sering mengajak tetangganya berkumpul untu ksekedar manggang ikan, atau nongkrong-nongkrong diiringi acara makan-makan.

Menurut YG, tetangga dekat Parman sekaligus narasumber cerita ini, Parman memang sering mengadakan pesta. Sifatnya yang royal ini mungkin saja trik dalam melancarkan usahanya. Dengan begitu, hubungan Parman dan tetangganya makin akrab. Khususnya anak-anak muda yang doyan nongkrong dan sering dibandarin Parman. Tanpa waktu lama, seketika Parman menjadi salah seorang jajaran orang kaya di kampungnya/ Bisnisnya seakan tiada pernah mati/ Usahanya makin lancar. Brang –barang bermerek yang ditadahnya makin banya. Mobilnya sering gonta-ganti.

Bisnis Parman makin meroket. Gaya hidup keluarganya benar-benar berbeda daru kebanyakan penduduk kampungnya. Penampilan istri Parman layaknya toko emas berjalan/ Keseharian anak pertamanya yang duduk di bangku kuliah laumayan mencolok. Bergitu juga dengan dua anak perempuan dan saru anak laki-lakinya. Pakaian, kasesoris dan kendaraan bermotor yang diapakai berkualitas kelas wahid(satu). Pergaulan mereka pun seakan berjarak dengan anak-anak tetangga.

Singkatnya, urusan duniawi Parman telah mencapai titi keberhasilan. Sementara, spiritualitasnya sama seklai tak tersentuh. Hali ini terlihat jelas dari pengakuannya yang tidak mengenalkan anak-anaknya pada pendidikan agama.

Jangankan itu, Parman sendiri sangat jarang shalat. Dalam setahun mungkin bisa dihitung jari. Apalagi ikut pengajian. Ia baru mau membaur dengan tetangga jika diluar urusan yang membawa manfaat dan berbau agama. Sukanya foya-foya.

Referensi : Kisah Nyata, Derita Keluarga Makan Uang Haram