This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Tidak ada yang masuk kedalam surga karena amalnya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tidak ada yang masuk kedalam surga karena amalnya. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 Juni 2022

Tidak ada yang masuk kedalam surga karena amalnya


Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga, manusia bisa masuk surga karena Rahmat Allah SWT. Karena itu kita jangan pernah membangga banggakan amal kita. Janganlah tertipu setan dengan membangga-banggakan amalan kita, sungguh, sesungguhnya bukan hanya amal yang menentukan masuk surga atau nerakakah kita kelak. Dalam sejumlah sabdanya, Rasulullah SAW menegaskan faktor penentu masuk neraka atau surga seorang hamba adalah rahmat Allah SWT. 

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim menjelaskan bahwa manusia tidak bisa dimasukkan ke surga oleh amalnya. Manusia dikatakan dimasukkan ke surga jika Allah SWT memberi rahmat dan karunia kepadanya. Aisyah istri Nabi Muhammad SAW berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Tujulah (kebenaran), mendekatlah dan bergembiralah bahwa sesungguhnya tidak seorang pun dari kalian yang dimasukkan surga  amalnya." Mereka bertanya, "Tidak juga Tuan, wahai Rasulullah?" Nabi SAW menjawab, "Tidak juga aku, kecuali bila Rabb-mu melimpahkan rahmat dan karunia padaku. Dan ketahuilah bahwa amal yang paling disukai Allah adalah yang paling rutin meski sedikit." (HR Muslim).

Dalam hadits lainnya yang disampaikan Jabir salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW juga senda dengan yang disampaikan Aisyah. Hanya rahmat Allah SWT yang dapat memasukan manusia ke surga.

Jabir berkata, aku mendengar Nabi SAW bersabda, "Tidak seorang pun dari kalian yang dimasukkan surga oleh amalnya dan tidak juga diselamatkan dari neraka karenanya, tidak juga aku kecuali karena rahmat dari Allah." (HR Muslim).

Mereka beranggapan bahwa masuk surga adalah kehendak Allah. Lalu untuk apa kita beramal di dunia? Bahkan yang lebih ekstrem, mereka berani menggugurkan perintah syariat jika telah sampai pada maqam hakikat. Bagaimana cara memahami hakikat dengan benar? Sebelum dibahas, kami kutip terlebih dahulu hadits Rasulullah saw berikut ini yang artinya, “Tidak ada amalan seorang pun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR Muslim). 

Memang benar jika dikatakan masuk surga tidak didasarkan pada amal, melainkan fadhl (karunia) dan rahmat Allah. Akan tetapi menjadi tidak benar jika memiliki anggapan bahwa amal baik sama sekali tidak memiliki nilai apapun, atau bahkan masih mempertanyakan untuk apa beramal di dunia. Kenapa demikian? Karena Allah telah memberikan sebuah bocoran dan kriteria para penghuni surga dalam firman-Nya, yaitu mereka yang beriman dan beramal kebajikan, mengikuti perintah juga menjauhi larangan-Nya sebagaimana tertulis dalam Surat An-Nisa’ ayat 122 berikut yang artinya, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selamanya. Di sana mereka mempunyai pasangan-pasangan yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (Surat An-Nisa’ ayat 57).

Seorang hamba berhak mendapatkan rahmat, apabila ia sudah melakukan ketaatan. Dengan kata lain, orang-orang yang tidak melakukan ketaatan tidak berhak mendapatkan rahmat Allah. Imam Ibnu Hajar mengibaratkan seorang budak yang berharap mendapatkan upah dari tuannya tanpa bekerja terlebih dahulu, tentu merupakan hal yang tidak mungkin. Sebab, upah akan diberikan apabila ia telah bekerja untuk tuannya. 

Inti masuk surga adalah murni rahmat dari Allah, akan tetapi nikmat di dalamnya akan berbeda sesuai dengan kadar amal yang dimiliki seseorang, jika kadar amalnya banyak, maka akan mendapatkan nikmat Allah yang juga banyak. Begitu juga sebaliknya, seorang muslim yang nilai ketaatannya sedikit, akan masuk surga yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang sedikit pula.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hanya rahmat dan karunia dari Allah-lah yang bisa memasukkan seseorang ke dalam surga, akan tetapi keduanya bisa didapatkan oleh umat Islam ketika mereka sudah beramal sesuai dengan anjuran dalam ajaran Islam itu sendiri. Terus beramal sesuai syariat sebagai representasi patuh pada perintah-Nya dan meyakini bahwa bukan amal itu yang menyebabkan seseorang masuk surga. 

Imam Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syarf an-Nawawi dalam kitab haditsnya mengatakan bahwa dalam konteks ini, ulama Ahlussunnah wal Jamaah memiliki pandangan yang berbeda dengan kelompok Muktazilah yang menganggap bahwa wajib bagi Allah memberi pahala bagi yang melakukan ketaatan. Kedua perbedaan ini terletak dalam masalah amal baik seorang Muslim yang harus mendapatkan pahala dan kemudian masuk surga. Menurut mazhab Ahlussunnah, Allah tidak menetapkan pahala, siksa, wajib, dan haram dalam semua tuntutan berupa kewajiban dan keharaman. Semua kewajiban itu dilandasi oleh syariat. 

Oleh karenanya, Allah SWT tetap adil apabila menyiksa mereka yang taat dan orang-orang saleh, begitu juga tetap adil apabila memuliakan orang kafir dan memasukkan mereka ke dalam surga. Akan tetapi, benarkah kelak Allah akan melakukan semua itu? Ternyata jawaban Imam Nawawi tidak demikian, ia mengatakan, namun Allah SWT telah memberi khabar dan khabar-Nya benar bahwa Ia tidak akan melakukan demikian akan tetapi memberi ampunan kepada orang mukmin dan memasukkan mereka ke dalam surga dengan rahmat-Nya, dan menyiksa orang munafiq dan mengekalkan mereka dalam neraka karena adil.” 

Dari penjelasan Imam Nawawi di atas, kita semakin yakin bahwa memaknai hadits di atas serta meyakini bahwa amal seseorang tidak memiliki nilai apa-apa sangat keliru, dan kontradiksi dengan kebanyakan ayat dan hadits yang lain. Di antaranya, firman Allah swt dalam Surat Al-Ankabut, yaitu yang artinya, “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga.” (Surat Al-‘Ankabut ayat 58). 

Alhasil, beramal saleh dan memperbanyak ketaatan tetap memiliki nilai sangat penting untuk selalu ditingkatkan oleh umat Islam. Pahala dan surga merupakan balasan logis dari adanya ibadah. Tanpanya, akan mustahil seseorang akan dimasukkan dalam surga oleh Allah swt. Dengan kata lain, meski rahmat dan karunia menjadi poin tertinggi untuk meraih surga-Nya Allah SWT, amal ibadah tetap mendukung untuk menjadi salah satu alternatif meraih tempat yang penuh nikmat kelak di hari akhir tersebut.

Meski amal tidak bisa memasukan manusia ke surga, umat Islam tetap diwajibkan melakukan amal baik sesuai perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena upaya dan perjuangan melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya secara ikhlas bisa menjadi penyebab datangnya rahmat dan karunia Allah SWT. Semoga kita bertobat kepada Allah SWT, menjahui larangan Allah SWT, dan melaksanakan perintah Allah SWT semoga kita mendapat rahmat dari Allah SWT tersebut.

referensi dari youtube sbb :