Jadilah dengan makanan itu, bagian yang membentuk otak kita. Jadilah dari saripati makanan itu akan membentuk mata kita. Kalau baik, maka struktur tubuhnya, tulangnya, urat-uratnya, nadinya, darahnya, akan dibentuk oleh makanan yang kita berikan kepadanya (tubuh).
Bisa dibayangkan, seandainya makanan itu diambil dan diusahakan oleh ayahnya, dimasak oleh istrinya yang secara zatnya kelihatannya halal tetapi secara proses mendapatkannya itu haram. Apalagi secara zatnya langsung haram. Seperti naudzubillah daging babi, masuk, nyelip di dalam makanan kita, kemudian di makan oleh bayi kita. dimakan oleh anak kita. kemudian dia tumbuh menjadi daging, syaraf, mata, otot, otak, telinga dan sel-sel yang haram. Siapa yang bertanggung jawab?
Anaknya kalau diadili oleh Alloh SWT pasti mengatakan 'ini bukan salah saya. Ini dimasak oleh Mama.' Mama juga tidak mau tanggung jawab, karena hartanya dibawa oleh Papa. Tiga-tiganya, akan dimintai pertanggung jawaban oleh Alloh SWT.
Makanya Rasulullah SAW pernah menegaskan;
Lahmun nabata min haromin, fannaruu awlabih' (yang artinya) 'sepotong daging (dari tubuh kita ini) yang tumbuh dengan rezeki yang haram maka sesungguhnya api neraka adalah bagiannya'. Naudzubillahimindzaalik. Jikalau kita ingat akan pertanggung jawaban kita di akhirat, jikalau kita ingat betapa dahsyatnya siksa di neraka nanti, mudah-mudahan bisa menahan kita untuk mengambil rezeki yang bukan bagian kita karena itu sangat-sangat luar biasa berat pertanggung jawabannya.
Referensi : Akibat Rezeki yang Haram Menurun Hingga Anak Cucu Kita