Kamis, 28 Juli 2022

Hati-Hati, Ucapan Kalimat Ini Sangat Cepat Datangkan Azab

Ilustrasi : Hati-Hati, Ucapan Kalimat Ini Sangat Cepat Datangkan Azab

Hati-Hati, Ucapan Kalimat Ini Sangat Cepat Datangkan Azab. Setiap perbuatan tentu ada balasannya. Dalam Islam, balasan itu dikenal dengan istilah 'azab', yang bisa dialami manusia baik saat masih di dunia maupun di akhirat kelak.Hal itulah yang mendasari adanya peringatan agar manusia berhati-hati dalam ucapan maupun perbuatan. Jika larut dalam perbuatan buruk atau kemaksiatan, maka azab pasti datang. Ternyata datangnya azab tidak harus menunggu manusia meninggal atau kiamat tiba.

Ucapan ini kata ulama cepat mendatangkan azab karena besar nilai dosanya. Bahkan, sebelum orang tersebut tidur malam, azab itu segera mendatanginya. Apa ucapan tersebut? Berikut ulasannya. Ucapan yang mengundang azab dengan sangat cepat itu adalah bersumpah palsu atas nama Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit kita mendengar seseorang mengatakan kalimat “Demi Allah”. Biasanya ini diikuti  dengan kata “sumpah, demi Allah”.

Memang tidak semua orang berbohong ketika membawa bawa Allah ini. Namun tidak sedikit juga yang ternyata berbohong ketika mengucapkannya. Keberaniannya mengucapkan kalimat “Demi Allah” ini, biasanya untuk menutupi kesalahan yang dilakukan, menyangkal tuduhan orang lain, dan hal lainnya untuk melindungi diri saat didesak atas sesuatu. Biasanya, orang akan berhenti memperpanjang suatu perkara, jika orang yang diperkarakan membawa nama Allah dalam penjelasannya.

Contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari misalnya saat seseorang  meminjam sesuatu namun tidak mengembalikannya. Suatu hari pemilik menanyakan kepada peminjam terkait barang tersebut. Lalu si peminjam mengatakan sudah mengembalikannya, walaupun sebenarnya belum. Kemudian untuk meyakinkan pemilik jika ia sudah mengembalikan barang tersebut, maka dia bersumpah atas nama Allah. “Serius aku udah ngembaliin bulan kemarin. Mungkin kamu lupa, Sumpah demi Allah aku udah balikin barangnya” Diantara kita pasti sering mendengar hal-hal demikian bukan? Maka ketahuilah, jika ternyata ucapan itu bohong, maka Allah SWT akan segera mendatangkan azabnya.

Bahkan, sebelum sampai orang tersebut tidur malam, Allah sudah kirimkan bala tentaranya untuk mengazab orang tersebut. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku kabarkan kepada kamu sebesar-besarnya dosa besar?” Beliau mengucapkannya tiga kali. Mereka (para sahabat) menjawab, “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah (syirik) dan durhaka kepada kedua orang tua”. Beliau duduk sebelumnya beliau bersandar, lalu beliau bersabda, “Ingat, juga perkataan palsu”, Perawi berkata, “Beliau selalu mengulangi ucapannya, hingga kami berharap beliau diam” (HR Bukhari).

Orang yang berdusta atas nama Allâh Azza wa Jalla adalah orang yang paling zhalim. Allâh Azza wa Jalla berfirman: Dan siapakah yang lebih zhalim/aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allâh, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (Al-An’âm/6: 21). 

Secara jelas bahwa Allah SWT mengatakan jika orang zalim karena berdusta atas nama Allah tidak mendapat keberuntugan. Jelas bahwa ketiadaan keberuntungan ini akan mendatangkan azab. Bahkan ulama mengatakan jika azab tersebut akan segera mendatanginya sesudah Ia mengucapkan kalimat tersebut. Semoga dengan mengetahui semua ini, kita semakin berhati-hati, agar tidak terjebak dalam perbuatan berdusta atas nama Allâh sehingga akan mendapatkan kebinasaan.  Azab,  adalah siksa Allah SWT yang ditimpakan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Seperti dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al Baqarah:284)

Dari segi waktu atau tempatnya, siksa atau azab dibagi menjadi tiga bagian. Yakni siksa dunia, siksa kubur dan siksa akhirat.  Di dunia, azab yang diturunkan juga memiliki banyak bentuk. Azab berupa kehinaan, wabah penyakit, gempa yang kuat, angin topan, banjir, petir, kebakaran besar dan sebagainya.

Lalu, bagaimana dengan tayang televisi yang memperlihatkan azab kematian? Mungkin patut dipertanyakan kembali mengenai kebenarannya, karena sering sekali menyajikan kisah yang janggal di luar nalar manusia. Karena dalam Islam hanya ada tiga perbuatan dosa yang akan Allah balas langsung di dunia.

Pertama, Durhaka Kepada Orang Tua

Allah SWT telah memberikan hak atas kedua orang tua kita untuk dihormati setelah kita menyembah kepada-Nya. Kemurkaan Allah juga bergantung pada murkanya orang tua.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua pintu (amalan) yang disegerakan balasannya di dunia yaitu kedzaliman dan durhaka (pada orang tua).”  (HR Hakim)

Balasan atas dosa kita kepada kedua orang tua akan semakin disegerakan manakala orang tua yang didzalimi mengadu kepada Allah. Doa yang mustajab tersebut akan menembus langit dan akan diamini oleh semua malaikat sehingga Allah pun mengabulkannya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tiga doa yang tidak tertolak: doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa orang yang terdzalimi.” (HR Baihaqi)

Kedua, Berzina

Perbuatan selanjutnya yang dirasakan langsung balasannya di dunia adalah berzina. Berzina dikategorikan dalam dosa besar dan Allah sangat membenci perbuatan ini.

Allah akan melaknat setiap langkah pelaku zina yang dengan sengaja melakukannya. Allah akan menutup setiap pintu rezeki bagi mereka yang terus melakukan zina dan tidak bertaubat.

Dampak buruk dari zina selain ganjaran dosa besar adalah terjangkit berbagai penyakit. Inilah balasan bagi orang yang melakukan perzinahan. Untuk itu jangan sekali-kali mendekati perbuatan zina.

Ketiga, Berlaku Curang Dalam Berdagang

Dalam perniagaan terdapat dosa yang langsung dibalas saat masih di dunia yaitu curang dalam timbangan. Kecurangan yang umum dilakukan adalah dengan mengurangi takaran timbangan.

Perbuatan ini akan langsung disegerakan balasannya di dunia. Balasan yang akan diterima adalah musim paceklik yang berkepanjangan, ketidakbahagiaan hidup dan juga didzalimi oleh sesama pedagang.

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menjadikan akhir zaman sebagai orientasi hidupnya, maka Allah akan jadikan kekayaan dalam hatinya, Allah himpun kekuatannya dan dunia akan menghampirinya meski ia tidak menginginkannya. Dan sebaliknya barang siapa menjadikan dunia sebagai cita-citanya, Allah jadikan kefakiran ada di depan matanya, Allah cerai beraikan urusannya dan dunia tidak menghampirinya kecuali apa yang sudah Allah takdirkan untuknya.” (HR Tirmidzi)

Oleh sebab itu, azab yang terjadi dunia ini, yang dapat dirasakan atau disaksikan langsung oleh mata kepala, ataupun azab yang ditunjukkan lewat kisah-kisah yang diwahyukan Allah, seharusnya menjadi pelajaran dan peringatan yang menghadirkan manfaat dan hikmah.


Rasulullah SAW tidak meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi umatnya kecuali tanpa disertai dengan bimbingan langsung. Dan tidak juga Nabi meninggalkan suatu kejahatan kecuali tanpa memperingatkan umatnya untuk tidak melakukan itu.

Dalam beberapa hadits, Nabi memperingatkan tentang datangnya azab dan juga kehancuran yang terjadi apabila lima perilaku menyimpang fatal dilakukan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Abdullah bin Umar RA berikut ini: 

عن عبد الله بن عمر - رضي الله عنهما - قال: أقبل علينا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فقال: يا معشر المهاجرين، خمسٌ إذا ابتليتم بهن وأعوذ بالله أن تدركوهن: لم تظهر الفاحشة في قوم قطُّ حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الطاعون والأوجاع التي لم تكن في أسلافهم الذين مضوا، ولم يُنقصوا المكيال والميزان إلا أُخذوا بالسنين وشدة المؤونة وجور السلطان عليهم، ولم يمنعوا زكاة أموالهم إلا مُنعوا القطر من السماء، ولولا البهائم لم يُمطروا، ولم ينقضوا عهد الله وعهد رسوله إلا سلط الله عليهم عدوًّا من غيرهم فأخذوا بعض ما في أيديهم، وما لم تحكم أئمتهم بكتاب الله ويتخيروا مما أنزل الله إلا جعل الله بأسهم بينهم

“Yaa ma’syaral-muhaajirin, khamsun idza-btulitum bihinna wa audzubillahi an tudrikuhunna lam yazhar al-faahisyatu fi qaumin qatthu hatta yu’linuu biha illa fasyaa fiihim at-thaa’unu wal-awjaa’u allati lam takun madhat fii aslafihim alladzina madhau wa lam yanqushu al-Mikyala wal-Mizaana illa ukhidzuu bissinina wa syiddati al-mu-anati wajri as-sulthaani alaihim wa lam yamna’uu zakaata amwaalihim illa min’uu al-qithra min as-samaa-I wa lau laa al-bahaa-ihimu lam yumtharuu wa lam yanqudhuu ahdallahi wa ahda Rasulihi illa sallathallahu alaihim aduwwan min ghairihim fa-akhadzuu ba’dha maa fii aydihim wa maa lam tahkum a-immatuhum bikitaabillahi wayatakhayyaruu mimma anzalallahu illa ja’alallahu ba’sahum bainahum.” 

Yang artinya: “Wahai kaum Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapatkan cobaan akan itu, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya. (Pertama), tidaklah kekejian menyebar di suatu kaum kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tangah mereka penyakit taun dan kelaparan yang belum pernah terjadi kepada para pendahulu mereka.”

“(Kedua), tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan serta hadirnya penguasa yang zalim. (Ketiga), tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, jikalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan diberikan hujan.”

“(Keempat), tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasulullah kecuali Allah akan keuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya. (Kelima), dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah kecuali Dia akan menjadikan rasa takut di antara mereka.” 

Dijelaskan bahwa hadits ini mencakup lima uraian khusus. Yang mana jika seseorang atau suatu bangsa jatuh ke dalam lima perkara ini, maka siksa Allah akan mendatangi mereka untuk mempercepat hajatnya dari dunia.

Antara Ujian dan Adzab, Banyak yang masih kurang memahami dalam membedakan kata ujian dan adzab, yang ditinjau dari sudut pandang musibah atau cobaan secara umum. Kedua kata tersebut sebenarnya memiliki arti yang jauh berbeda, dan menimpa orang yang berbeda pula, meskipun sama-sama terkena musibah atau cobaan.

Yang terkadang manusia sering mengeluh ketika ditimpa musibah atau cobaan. Ada yang bilang, “Allah tak adil, yang kaya makin kaya, yang miskin tetap saja miskin selamanya”. Ungkapan ini sering dilontarkan sebagai bentuk kekesalan atas kekurangan yang ada pada diri manusia, terutama segala hal yang berkaitan dengan ekonomi ataupun yang lainnya.

Sebenarnya, manusia akan naik pangkat dan derajat ketaqwaannya di hadapan Allah bila mereka kuat dalam menghadapi segala musibah, ujian dan cobaan dalam kehidupan ini. Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Allah akan menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam ujian berat,  juga mencatat segala usaha sebagai bentuk ibadah dan mengujinya dengan berbagai macam cobaan. Tujuannya adalah agar manusia tak memiliki hati yang sombong, selalu rendah hati, juga sebagai kunci mendapatkankan anugerahnya dan membuka pintu pengampunan-Nya.

Bila manusia memahami segala cobaan hidup yang ia rasakan merupakan proses pendewasaan diri agar selalu menjadi pribadi yang lebih baik maka ia akan selalu berusaha dan berdo’a serta selalu berpikiran positif kepada-Nya. Ketika seorang hamba bisa memahami antara kedua kata tersebut, sebenarnya manusia itu bisa memahami, mereka itu sedang di uji atau diberikan adzab.

Ujian, Ujian merupakan musibah yang menimpa orang-orang yang beriman dan rajin beribadah. Dengan tujuan untuk menguji ke istiqomahanmu dan menguatkan keyakinannya. Dalam Al-Quran, Allah berfirman bahwa kita jangan mengaku dulu beriman sebelum kita diberikan ujian yang berat, seperti sakit, kurangnya harta, takut akan kelaparan, fitnahan, cacian, makian dan sebagainya. Allah Subhanahu wa Ta'ala, berfirman.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”(QS. Al-Anbiya: 35)

Duniaini adalah medan perjuangan seorang mukmin untuk menjadikan manusia sebaik-baik hamba, yang dinilai dari amalnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala, berfirman.

“Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 1-2).

Syarat agar lulus dalam ujian yang diberikan AllahSubhanahu wa Ta'ala,  kita harus ikhlas menerimanya dan sabar serta tawakal dalam menjalani semua ujian yang diterimakan. Meskipun sangat berat, tapi kita tidak meninggalkan ibadah, amal sholeh dan justru kita semakin giat lagi beribadahnya. Kita juga tidak boleh kesal ketika menerima ujian dan seharusnya bersyukur karena Allah Subhanahu wa Ta'ala  masih menganggap kita sebagai hamba-Nya dengan cara diberikan ujian. Tapi jika sebaliknya, ketika kita tidak beribadah dan ingkar ketika mendapatkan ujian, berarti kita gagal.

Adzab, Adzab adalah cobaan yang menimpa orang-orang yang selalu melalaikan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tujuannya yaitu sebagai peringatan agar kita mau bertobat dan kembali lagi beribadah kepada-Nya, serta menyesali segala perbuatannya.

Sebagai seorang muslim, tentu kita yakin dengan adzab dan nikmat di kubur. Hukum asalnya adzab dan nikmat kubur ini adalah perkara yang ghaib, meskipun hal ini adalah perkara ghaib, kita sebagai orang yang beriman tetap meyakini dan membenarkan adzab dan nikmat kubur. Allah Subhanahu wa Ta'alaberfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Mu’min : 45-46.

“Dan Fir’aun beserta pengikutnya dikepung oleh adzab yang sangat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada mereka): “Masukkan Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.”

Jadi ketika kamu sedang rajin-rajinnya maksiat, tidak beribadah, lalu datang musibah, jangan sebut itu ujian, tapi itu adalah adzab sekaligus peringatan buat kamu. Masih untung kalau kamu diberi kesempatan hidup karena masih ada waktu untuk memperbaiki diri, tapi jika sudah tidak diberi kesempatan lagi, bagaimana nasib kita kelak di akhirat nanti.

Namun ada kesamaan antara adzab dan ujian, yaitu dua hal ini sama-sama bentuk kasih sayang Allah kepada kita agar selalu senantiasa beribadah dan beramal sholeh kepada-Nyam jangan pernah melupakanNya dan hobi untuk berbuat kebaikan, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Allah memberikan kamu peringatan dengan memberikan musibah, cobaan dan ujian agar kamu bertobat dan kembali ke jalan-Nya. Apakah itu bukan bentuk kasih sayang Allah?, kepada kita karena kita sudah diingatkan, dan sebenarnya peringatan yang disampaikan Allah kepada hambanya sudah sangat banyak, namun terkadang manusia enggan untuk memahami dan menyadarinya. Allah Subhanahu wa Ta'alamengingatkan kita dalam firman-Nya.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Qs. Ibrahim : 7).

Referensi Sebagai berikut ini :