This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label 10 Penyebab Anak Depresi Karena Orang Tua serta Cara Menanganinya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 10 Penyebab Anak Depresi Karena Orang Tua serta Cara Menanganinya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Agustus 2022

10 Penyebab Anak Depresi Karena Orang Tua serta Cara Menanganinya

10 Penyebab Anak Depresi Karena Orang Tua serta Cara Menanganinya

10 Penyebab Anak Depresi Karena Orang Tua serta Cara Menanganinya. Sangat mungkin anak depresi karena orang tua, jika kita sebagai orang tua melakukan hal yang membuatnya stres dan melukai batinnya.  Karena itu, setiap orang tua perlu berhati-hati dalam berucap dan bertindak kepada anak. Lingkungan utama yang membentuk karakter seseorang adalah keluarga. Oleh karena itu, pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan anak da n membentuk karakter sampai mereka tumbuh dewasa.

Kebanyakan orang tua tidak acuh terhadap dampak yang terjadi apabila perilaku atau perkataan mereka bisa saja menyakiti hati sang buah hati dan membuatnya merasa tertekan. Baik disadari atau tidak, ada saja perilaku orang tua yang mengganggu psikologi anak ternyata pernah kita lakukan. 

Anak depresi karena orang tua bisa terbentuk karena perilaku orang tua yang seringkali membanding-bandingkan.

Disadari atau tidak, masih banyak orang tua yang sering membandingkan anaknya dengan anak orang lain ataupun dengan saudara kandungnya sendiri, entah kakak atau adiknya.

Hal ini disebut favoritisme. Favoritisme merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam keluarga.

Ini bisa terjadi dan dilakukan secara sengaja atau terkadang pada beberapa orang tua bahkan tidak menyadari bahwa mereka memperlakukan satu anak dengan lebih baik dibandingkan lainnya.

Bila Si Kecil dibandingkan terus-menerus dengan orang lain, hal tersebut dapat membuat mereka berpikir bahwa keberadaan mereka tidak terlalu penting.

Anak mungkin juga akan berpikir bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar yang tinggi, dan merasa keluarganya dapat merasa lebih bahagia tanpa mereka.

Perasaan tidak berharga dan rendah diri tersebut tidak hanya berdampak pada masa kanak-kanak saja.

Sebab jika tidak diselesaikan sesegera mungkin, hal tersebut dapat berdampak hingga anak menjadi dewasa.

Ini dapat memengaruhi hubungan persahabatan, hubungan romantis, dan hubungan dengan anak-anak mereka sendiri di masa depan nantinya.

Maka dari itu, segera hentikan kebiasaan membanding-bandingkan tersebut ya, Moms. Karena ini termasuk dalam perilaku yang membuat anak depresi karena orang tua.

2. Sering Meremehkan

Pembagian rapor sekolah telah tiba dan anak Moms sudah berusaha belajar dengan maksimal, tetapi pencapaian hasilnya belum memuaskan Moms.

Lantas, sepanjang jalan Moms menggerutu dan menasihati anak untuk belajar lebih giat lagi tanpa memberikan pujian terhadap usahanya.

Jangan lakukan hal ini pada anak Moms karena dia akan merasa tidak dihargai.

Bagaimana pun juga, Moms harus menghargai usahanya dan mencarikan solusi bijak kepada anak Moms. 

Perilaku sering meremehkan anak juga bisa jadi salah satu penyebab anak depresi karena orang tua.

3. Sering Memarahi

Foto: timesofindia.indiatimes.com

Anak depresi karena orang tua bisa jadi karena tindakan yang sering memarahi. Tentunya, tidak ada orang yang senang dimarahi.

Sebaiknya Moms belajar untuk mengontrol emosi ketika anak melakukan kesalahan. Masa anak-anak adalah proses belajar untuk mengerti mana yang benar dan salah.

Jika anak melakukan kesalahan, jangan langsung memarahinya. Hal ini dapat menyakiti hati sang buah hati dan membuatnya menangis.

Ingat, mereka sangat sensitif! Sebaiknya, tegurlah si anak dengan lembut dan jangan malas untuk memberitahu kesalahannya sekaligus cara untuk memperbaiki kesalahannya tersebut. 

4. Berteriak atau Membentak

Anak depresi karena orang tua juga dipengaruhi oleh tindakan orang tua yang sering membentak dan meneriaki anak.

Jika Moms tidak menginginkan anak tumbuh menjadi anak yang kasar dan membangkang, jangan lakukan hal ini.

Anak sering menjadikan orang tua sebagai figur utama yang dia contoh.

Berhentilah melakukan hal ini karena selain dapat menyakiti hati anak yang lembut, hal ini juga dapat mengubah karakter anak menjadi kasar dan tidak sopan ketika berbicara kepada orang lain. 

5. Bertindak Kasar

Anak depresi karena orang tua yang sering bertindak kasar.

Selain verbal, tak jarang juga orang tua menghukum anak dengan menyakiti fisiknya. Misalnya, memukul, mencubit, menjewer, atau menoyor kepala si anak.

Saat Moms melakukan hal itu, sadarilah bahwa anak bukan hanya merasa sakit secara fisik, tapi juga secara psikologis.

Jangan biarkan anak tumbuh dalam ketakutan terhadap orang tuanya karena dia akan merasa tidak nyaman dan tertekan.

Sehingga, tak jarang pula kita mendengar berita tentang anak yang kabur dari rumah karena perilaku kejam orang tua. 

Sebagai orang tua, Moms tentu harus membedakan tindakan yang tegas dan kasar dalam menghadapi anak.

Tegas berarti lebih berorientasi terhadap hal-hal yang positif dan mendidik anak untuk belajar lebih baik.

Sedangkan tindakan kasar hanya akan membuat anak menjadi trauma dan takut untuk melangkah ke arah yang lebih baik.

6. Menganggap Remeh Perasaan Anak

Tidak menghargai perasaan anak juga menjadi salah satu penyebab anak depresi karena orang tua, ya Moms.

Sebagai orang tua, sebaiknya Moms dan Dads dapat menjadi tempat bersandar dan tempat bercerita oleh anak.

Dari situ, anak-anak akan belajar banyak hal, mulai dari mampu mengekspresikan diri dan mengatasi emosi yang dialami.

Jika orang tua mendapati anak sedang berkeluh kesah akibat hal-hal yang buruk menimpa harinya, jangan katakan sesuatu yang membuat Si Kecil harus menekan perasaan, contohnya seperti mengatakan "tidak usah terlalu bersedih".

Sebaliknya, yang Moms dan Dads perlu lakukan adalah memahami perasaan anak dan menanyakan apa yang harus dilakukan agar perasaan tidak nyaman anak tersebut dapat teratasi.

Hal tersebut tentunya akan secara perlahan membuat Si Kecil belajar bagaimana cara mengelola emosi yang benar, dan tidak hanya memendamnya yang dapat memicu masalah psikologis di masa mendatang.

7. Berekspektasi Tinggi pada Anak

Setiap orang tua pastinya ingin anak mereka menjadi yang terbaik dalam segala hal.

Namun, bila terlalu berekspektasi tinggi dan menetapkan standar yang tinggi, hal tersebut dapat memicu anak mengalami masalah dalam kepercayaan diri.

"Jika orang tua memiliki ekspektasi yang realistis, hal tersebut dapat mendorong peningkatan kepercayaan diri anak dan mendorong perkembangan yang sehat.

Sebaliknya, memberi terlalu banyak tekanan pada anak dapat menyebabkan peningkatan perasaan cemas dan dapat berdampak negatif pada rasa kepercayaan diri mereka.

Terutama ketika mereka tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya," ungkap Stefania Romanini, seorang Psikolog asal Afrika Selatan, seperti dilansir dari Alberton Record.

8. Bertengkar di Depan Anak

Bukan hanya tindakan langsung kepada anak yang bisa jadi penyebab anak depresi karena orang tua. Tapi juga pertengkaran antar orang tua meski tak melibatkan anak.

Sering kali, pertengkaran pasangan bisa melibatkan teriakan, memukul, hingga melempar-lempar barang.

Jika Si Kecil menyaksikan atau mendengar hal buruk seperti itu, tentunya akan berpengaruh negatif pada anak.

Dilansir dari laman University of Oregon, menjelaskan bahwa bayi dengan orang tua yang sering berkonflik, memiliki reaktivitas yang lebih besar terhadap nada suara marah di area otak yang terkait dengan stres dan regulasi emosi.

Selain itu, anak yang menyaksikan perdebatan orang tuanya dapat menyebabkan rasa tidak aman, yang berdampak negatif pada hubungan orang tua dan anak.

Selain itu dapat menciptakan lingkungan yang penuh tekanan di mana seorang anak memiliki sedikit kesempatan untuk dapat tumbuh dengan bahagia.

Lalu, ketika anak tersebut tumbuh dewasa, mereka masih harus menghadapi efek jangka panjang dari trauma yang mereka alami.

Anak-anak dengan kondisi keluarga seperti itu akan lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan, serta kesulitan mengatur perhatian dan emosi.

Mereka juga akan berpotensi memiliki hubungan yang tidak sehat, serta mengalami masalah fisik seperti sulit tidur atau makan.

9. Berperan Telalu Banyak

Sering kali hal ini terjadi pada orang tua yang terlalu menyayangi anaknya, sehingga segala masalah atau kesusahan yang dialami anaknya akan membuatnya turun tangan secara langsung dan membantunya.

Dilansir dari Psychology Today, jika hal tersebut terus terjadi, maka akan membuat anak-anak menjadi memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang tua mereka.

Selain itu, anak-anak yang berada dalam situasi tersebut juga sulit untuk mandiri, kekurangan motivasi dan semangat.

Jika nantinya mereka telah dewasa, mereka akan kurang matang secara emosional.

Untuk menghindari hal tersebut, Moms dan Dads sebaiknya melatih Si Kecil sejak dini untuk mengatasi masalah yang ia hadapi seorang diri.

Hal ini akan melatih mereka menjadi mandiri, di mana jika berhasil, anak akan semakin terampil dalam mengatasi suatu masalah yang mereka hadapi.

10. Tidak Konsisten

Mendidik anak secara tidak konsisten juga masuk dalam deretan penyebab anak depresi karena orang tua.

Karena kelabilan orang tua dapat menyebabkan kebingungan pada anak.

Dilansir dari Psychology Today, orang tua yang sering berubah pikiran, tidak mengambil sikap, dan mengalami kesulitan membuat keputusan atau memberikan kepemimpinan yang kuat, berisiko menghasilkan anak-anak yang secara emosional yang juga tidak konsisten atau berubah-ubah.

Anak-anak seperti itu memiliki emosional yang tidak stabil dan identitas yang lemah.

Mereka mengalami kesulitan mendefinisikan diri mereka sendiri, dan sering mengembangkan perilaku oposisi dan menantang untuk menyamarkan rasa tidak aman mereka.

Menyediakan rumah dan kebutuhan yang stabil dan konsisten mungkin tidak dapat dilakukan semua orang.

Namun, menyediakan pendidikan dari orang tua yang stabil dan konsisten selalu dapat dilakukan oleh para orang tua.