1. Untuk suami, masalah finansial yang harus dipikirkan tentu akan bertambah kebutuhan-kebutuhan dalam sebuah rumah tangga.
Tidak bisa dimungkiri, masalah keuangan (finansial) menjadi suatu hal penting saat berumah tangga. Dari yang biasanya sendiri, sekarang harus menghidupi istri dan anak. Dari yang biasanya sering hangout, sekarang mulai memikirkan menabung untuk membeli rumah. Jika kalian sama-sama bekerja, masalah finansial tidak terlalu membebani. Namun ada baiknya untuk memulai perencanaan keuangan jauh sebelum memantapkan diri ke jenjang pernikahan. kadang suami istri sama-sama bekerjapun jadi yang didapat hanya sedikit padahal keuangan banyak itu juga merupakan kendala atau masalah.
2. Buat istri, sudah waktunya gak manja lagi, ada suami yang perlu diperhatikan juga.
Cewek baru mantap disebut istri jika sudah lancar mengerti kebutuhan suami. Bisa mengurus rumah tangga, mengelola keuangan keluarga, memberi dukungan saat suami lelah serta dirundung masalah, dan sebagainya. Ketika istri berkarier, kebutuhan suami dan keluarga tetaplah wajib menjadi prioritas nomor satu. kadang suami juga kurang komunikasi dengan pasangan sehingga mengakibatkan hubungan rumah tangga semakin memburuk, sebaiknya jaga komunikasi dengan pasangannya, sehinga keluarga hubungannya tetatp terjaga dengan sangat baik, jangan asal kerja lembur saja, jika hanya memperkeruh komunikasi dengan hubungan suami dan istri serta kebutuhan kebahagaian anak dan istri atau pasangan halal kita.
3. Ingat, masih ada orangtua dan mertua yang perlu kamu jaga juga
Menikah itu juga menyatukan dua keluarga yang berbeda. Dengan kata lain, kalian perlu menyatukan dua tabiat yang berbeda. Kalian perlu saling bekerja sama untuk menghapal kebiasaan orangtua kalian masing-masing. Dengan membiasakan diri untuk menjaga dua keluarga, tentu akan jauh lebih mudah memperhatikan dan menjaga mereka. jangan melakukan yang tidak mereka sukai, apalagi kita masih bersama mertua/orang tua yang masih tinggal serumah, jangan merasa aman, jangan bermalas-malasan dirumah saja, buat pekerjan yang sekiraanya diri kita sibuk dalam bekerja. Buat hati ibu paka mertua senang, jaga komunikasi yang baik kepada mereka berdua, meski terkadang kita merasa jenuh, namun jangan patas kemangat untuk menjaga komunikasi yang baik kepada mereka berdua.
4. Dengan menikah, semakin banyak sifat pasangan yang terbuka
Ingat, kalian sudah mengikat janji suci. Bertengkar itu wajar untuk sifat atau kebiasaan pasangan yang baru kamu tahu dan tidak suka, yang perlu dilakukan adalah saling menerima kebiasaan tersebut. Atau mungkin juga, kalian bisa sama-sama mengurangi kebiasaan jelek itu sampai akhirnya saling menerima, kekurangan dari masing-masing pasangan kita, janganmenang-mentang suami sebagai kepala rumah tangga sehingga tidak mau membantu kegiatan atau pekerjaan rumah istri, bantulah istri sebaik dan apa saja yang dikerjakan istri kita sebapagai kepala rumah tangga kita bantu semaksimal munkin dan bantu perkerjan bapak ibu mertua agar beliau juga merasa senang dengan kita. jika memang merasa lelah komunikasikan dan ingin istirahat, atau tidur karena sakit.
5. Hamil sembilan bulan bisa terasa berat kalau tidak ada kerjasama yang kuat antar suami dan istri atau kedua pasangan
Jangan dikira hamil sembilan bulan itu hanya kerja istri. Bukan, ini juga kerja suami untuk mengikuti istrinya. Perubahan mood, perubahan fisik, muntah-muntah, pusing bahkan ngidam, tak lagi berasa berat kalau suami siap mendukung istrinya.
6. Ketika anak lahir, di situlah muncul tantangan jangka panjang yang lain
Kini ada bayi kecil yang sehat dan lucu di antara kalian. Tapi di balik itu, kamu perlu memulai memikirkan perencanaan keuangan yang matang untuk membiayai kebutuhannya. Mulai dari susu, pakaian, hingga pendidikannya di masa depan.
7. Setelah menikah, pulang rumah usai kerja merupakan prioritas pertama dalam kehidupanmu
Ketika belum menikah, tentu tidak perlu berpikir dua kali menerima ajakan teman. Tapi kalau sudah menikah, prioritas kalian akan bersama orang di rumah. Kalian tidak ingin kehilangan momen berharga dengan anak. Lagi pula kalau nanti terjadi sesuatu, siapa juga yang menanggung susahnya selain kalian berdua atau pasangan bapkah ibu bapak / kedua mertua kita.
8. Seiring bertambahnya usia anak, waktu bersama pun akan semakin berkurang
Semakin besar usia anak (dan semakin banyaknya anak yang dipunya), tentunya kebutuhan keluarga tidaklah sesimpel dahulu. Gak heran kalau waktu berdua juga semakin berkurang. Namun percayalah, ini merupakan saat-saat kalian diuji. Yang satu diuji perjuangannya, yang satu diuji kesetiaannya.
9. Karier juga meningkat dengan tajam, namun godaan yang datang semakin banyak juga
Semakin sukses seseorang, semakin banyak godaan menerpa. Sebagai istri, kamu masih dituntut pengertian terhadap profesi suami yang semakin padat-padatnya. Jika nanti muncul gosip atau terpaan berita miring, jangan terburu terprovokasi. Begitu juga sebaliknya dengan suami. Bila salah satu tersandung masalah, kalian harus saling setia mendampingi dan menguatkan.satu sama yang lain, janga terpancing emosi yang negatif, dan jangan marah, sabar jalani dengan hati yang iklas.
10. Belajar bagaimana caranya memantau anak, tanpa mengekangnya itu susah!
Perjuangan kamu sebagai pasangan yang menikah, tidak terhenti sampai anak dewasa. Ketika di usia ini, pergaulan anak sudah semakin luas. Sudah waktunya belajar caranya untuk memantau anak tanpa terlihat mengekannya. Dan ini tidak mudah, bahkan sangat sulit dan hati-hati dalam mengambil putusan atau tindakan tanpa komunikasi dengn pasangan kita.
11. Ketika anak telah memilih kehidupannya sendiri, percayalah kalian akan selalu dibutuhkan olehnya, sesederhana apa pun itu.
Akhirnya, kamu menuntaskan tugasmu sebagai orang tua. Anakmu mendapatkan jodohnya dan memilih jalan hidupnya sendiri. Ia menikah dan hidup mandiri dengan berpisah dari keluarga. Ia pun mulai merasakan perjuangan yang sama, seperti yang kamu alami dahulu. Namun semandiri apa pun ia, percayalah, dia akan terus membutuhkan peranmu sebagai orangtua, sesederhana apa pun itu.
12. Di usia yang tak bisa dibilang muda lagi, kamu menyadari bahwa perjuangan orangtuamu dulu tidak bisa dianggap sebelah mata
Seluruh anakmu telah memilih mandiri dengan hidupnya masing-masing. Dengan begitu, kamu kini hanya tinggal berdua dengan suami di rumah. Di titik inilah, kamu banyak merenung dan merindukan nostalgia. Kamu mulai ingat masa kecilmu, yang mana sangat bandel pada orangtua. Namun setelah menikah dan menjadi orangtua, kamu sadar betapa beratnya perjuangan orangtuamu dulu untuk mendahulukan anaknya.
13. Karena hanya Tuhan yang mampu memisahkan cintamu, kamu akan tetap saling memperjuangkan dan mengisi satu sama lain
Dan pada akhirnya, meski kamu sudah tidak bekerja lagi, meski kamu sudah tidak mengasuh anak lagi, bukan berarti perjuangan pasca pernikahan berakhir. Saat inilah keriput di wajahmu mulai subur. Rambut-rambutmu juga memudar kehitamannya. Tubuh juga tak berbentuk gitar Spanyol karena riwayat kehamilan. Tapi perjuanganmu pasca pernikahan belum berakhir sampai disini, perjuanmu akan selalu ada sampai nyawa tercabut dibadanmu.
Tips Mengatasi Permasalahan dalam Pernikahan
Masalah yang muncul setelah menikah tentunya harus segera diselesaikan bersama dengan pasangan. Untuk mengatasinya, berikut ini ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan :
- Perbanyak waktu berdua, Jadikan setiap momen berdua bersama dengan pasangan berkualitas. Usahakan untuk mematikan smartphone atau singkirkan terlebih dahulu segala hal seputar aktivitas non-keluarga.
- Belajar memberikan kritik tanpa memaki, Setiap orang pastinya memiliki sifat yang kurang sempurna, ada kalanya kita perlu memberikan masukan tanpa terkesan menghakimi dan menyalahkan.
- Libatkan pasangan dalam setiap keputusan yang diambil, Usahakan untuk selalu melibatkan pasangan dalam setiap pengambilan keputusan. Kamu masih harus berjuang mempertahankan cintamu dengan pasangan, hingga akhir nanti.
Lakukan hal yang terbaik yang anda bisa, jangan gegabah dalam mengambil sebuah keputusan atau jangan iseng dalam keluarga, karena mungkin pasangan tidak tahu bahwa anda hanya iseng, dan jangan jadikan sebuah keluarga menjadi ajang bermain. Keluarga harus saling melengkapi dan mengisi satu sama lain, saling menghargai, saling membantu, salaing menjaga diri, saling terkait, saling mendo'akan menjadi lebih baik, saling mengurus anak, menjaga ekonomi, saling tukar fikiran, salaing mengayomi, saling keberjasam dalam kebaikan, sembayang bersama, saling komukasi yang baik, saling menjaga finansial keluarga/keuangan keluarga, saling menjaga kehormatan masing-masing dari pasangan, saling terbuka jika ada masalah.