Tawadhu’ Membuat Hidup Tenang. Sebagai muslim sudah sepatutnya untuk mempelajari dan mengetahui kehidupan para salafu sholeh yang lebih dahulu hidup dan penuh perjuangan dalam mempertahankan akidah serta berkarya untuk kemaslahatan umat manusia. Sebagaimana kisah dari Hasan Al Bashri.
Hasan Al-Bashri atau Abu Sa'id ubn Abil-Hasa Yasar al-Basri merupakan sosok ulama besar asal Irak. Namanya sudah tidak asing lagi di kalangan kaum Muslim.
Dia merupakan satu di antara ulama dari kalangan tabi'in (generasi setelah sahabat) yang selalu mampu menyentuh hati kaum Muslim. Hasan al-Bashri lahir di Madinah pada 642 masehi.
Hasan Al-Bashri adalah seorang ulama yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah. Beliau hidup di bawah asuhan dan didikan satu di antara istri Rasulullah SAW, Ummu Salamah.
Dari usia beliau, Hasan al-Bashri sudah ikut belajar di rumah istri Rasulullah. Ia juga rajin menimba ilmu dari kajian-kajian yang diadakan oleh para sahabat Rasulullah di Masjid Nabawi.
Bergaul dengan para sahabat membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang shalih. Pada usia 14 tahun, ia memutuskan pindah ke kota Bashrah, Irak, dan menetap di sana. Dari sinilah kemudian sebutan al-Bashri disematkan pada namanya, merujuk pada kota Bashrah tempat ia tinggal.
Pindah ke kota Bashrah tak membuat Hasan al-Bashri berhenti belajar. Di sana ia berguru kepada salah satu sahabat Rasulullah, Abdullah bin Abbas. Dari Ibnu Abbas, ia mendalami berbagai ilmu seperti tafsir, hadis, dan ilmu qiraah.
Sementara dalam hal sastra, ia banyak belajar dari khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib. Semua pengalaman menuntut ilmu tersebut membentuknya menjadi seorang yang faqih dalam masalah agama. Ia juga beberapa kali didaulat menjadi penasehat Amirul Mukminin.
Dalam ketawadu’an Hasan AL Bashri , beliau sering memberikan wejangan dengan berbagai cara dan bahasa untuk supaya pesan dari hati serta pikirannya bisa diterima dan mudah dicernak oleh berbagai kalangan.
Hingga saat ini, dia merupakan salah satu ulama dari kalangan tabi’in yang dikenal karena lisannya penuh hikmah. Kata-kata bijak berisi nasehat darinya selalu mampu menyentuh hati kaum muslimin. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut kata-kata bijak Hasan al-Bashri.
“ Wahai manusia, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Sehari darimu pergi, satu bagian dari dirimu pun mengiringi.”
“ Barangsiapa tidak memiliki adab (tata krama), maka ia tidak berilmu. Barangsiapa yang tidak memiliki kesabaran berarti ia tidak memiliki agama. Dan barangsiapa tidak memiliki ketakwaan, berarti ia tidak mempunyai kedudukan di dekat Allah.”
“ Barangsiapa yang berusaha menyaingi agamamu, maka berkompetisilah dan kalahkan dia. Dan barangsiapa yang berusaha menyaingi duniamu, maka biarkanlah dia dengan dunia.”
“ Seorang laki-laki bertanya pada Hasan al-Bashri, Tidakkah salah seorang di antara kita merasa malu terhadap Tuhannya? dia berbuat dosa lalu dia mohon ampun, lalu dia berbuat dosa lagi kemudian dia mohon ampun lagi, dan begitu seterusnya?. Al-Hasan berkata kepada lelaki itu, Setan ingin agar seorang di antara kalian berbuat seperti itu. Karena itu, jangan pernah meninggalkan istighfar untuk selama-lamanya.”
“ Jangan membenci musibah yang menimpamu. Karena apa yang kamu benci bisa jadi menjadi penyebab solusi bagimu dan apa yang kamu sukai bisa jadi menjadi penyebab kehancuranmu.”
“ Di antara tanda-tanda Allah berpaling daripada seseorang ialah Allah menjadikan kesibukannya pada perkara-perkara yang tidak bermanfaat bagi dirinya.”
“ Orang yang beramal tanpa ilmu seperti orang yang berjalan tanpa panduan. Orang yang beramal tanpa ilmu hanya akan membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan kebaikan.”
“ Dunia itu hanya tiga hari saja: 1) hari kemarin, sudah pergi dengan segala isinya (tanpa bisa diulang kembali). 2) hari esok, yang mungkin saja engkau tidak bisa menjumpainya (lantaran ajal menjemputmu). 3) hari ini, itulah yang menjadi milikmu, maka isilah dengan amalan.”
“ Tidaklah gambaran kehidupan dunia seluruhnya dari awal sampai akhirnya kecuali seperti seorang yang tidur, dia melihat dalam tidurnya apa yang dia senangi kemudian dia tersadar bangun.”
Segala lini kehidupan manusia baik dalam membuat program maupun menjalankan program, harus disertai dengan ilmu dan evaluasi, karena dengan modal itulah khususnya evaluasi suatu target dan capaian bisa dirasakan akan manfaatnya bagi umat manusia, dan kedepan selalu bisa berbenah ataupun untuk memperbaiki dan melengkapi, tentu dengan harapan yang lebih tinggi demi mendapatkan Rahmat dan Ridho ilahi.