This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Doa Terbaik untuk Memohon Kesabaran Saat Dilanda Cobaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Doa Terbaik untuk Memohon Kesabaran Saat Dilanda Cobaan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 September 2022

Doa Terbaik untuk Memohon Kesabaran Saat Dilanda Cobaan

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.


Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.


Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.


رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ


Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.

Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Artinya:

“Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”

Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Doa keempat 

Artinya:

“Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”

Doa kelima

“Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”

Artinya:

“Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”

Terdeteksinya corona virus deseases 2019 (covid-19) di Indonesia pada awal Maret 2020 telah merubah tatanan kehidupan di berbagai sektor. Kondisi ini berimbas pada diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini betujuan demi menghindari penyebaran covid-19 jika mahasantri masih bertempat tinggal di ma’had.    Tidak ada yang memprediksikan akan munculnya covid-19. Bahkan, virus ini juga belum diketahui kapan akan berakhir. Semua ini tak lain adalah irodat (kehendak) dan qudrot (kuasa) Sang Pencipta sebagai ujian bagi hamba-Nya yang harus dihadapi dengan tabah.    Musibah yang menimpa penduduk bumi sekarang tidak seharusnya membuat kita patah semangat dan patah harapan. Sebaliknya, kita harus memiliki harapan kuat dan berhusnudzon kepada Allah swt atas semua ujian yang Allah swt hadirkan.    Allah swt memberikan ujian kepada semua hamba-Nya, tak terkecuali. Dahulu, para nabi Allah swt ditimpa musibah yang sangat berat. Kita sudah sering mendengar cerita ketabahan Nabi Ayub as, Nabi Ibrahim as, Nabi Zakariya as, dan Nabi Muhammad saw ketika ditimpa musibah. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bagaimana menyikapi suatu musibah.    Nabi Ayub as yang mulanya hidup dalam kemewahan, kemudian Allah swt mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki banyak keturunan, kemudian Allah swt mencabut nyawa mereka satu per satu. Beliau yang memiliki fisik yang sehat, kemudian Allah swt uji dengan didatangkan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya.    Namun, Nabi Ayub as tidak pernah mengeluh atas apa yang ditimpakan Allah swt padanya. Beliau hanya melapor dan berdo’a dengan sangat sopan santun. Do’a ini termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 83.    رَبِّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù…َسَّÙ†ِÙŠَ الضُّرُّ ÙˆَØ£َÙ†ْتَ Ø£َرْØ­َÙ…ُ الرَّاحِÙ…ِينَ    Artinya: “(Ya Tuhanku), sungguh Aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.    Ujian juga menimpa Nabi Ibrahim as. Dakwah beliau terhadap kaumnya untuk menyembah Allah swt tidak diterima. Bahkan, hal ini menimbulkan amarah Raja Namrud karena Nabi Ibrahim as telah membakar berhala. Bala tentarapun dikerahkan untuk menangkap Nabi Ibrahim as dan membakarnya hidup-hidup. Namun, apa yang Nabi Ibrahim as lakukan ketika dibakar dalam kobaran api? Tak sedikitpun Nabi Ibrahim as mengeluh terhadap Allah swt. Kemudian, Allah swt mendatangkan mu’jizatnya dengan menjadikan api itu terasa dingin bagi Nabi Ibrahim as.    Tak jauh berbeda dengan kisah dua nabi di atas, Rasulullah saw juga mengalami ujian ketika berdakwah di derah Ta’if. Selama berdakwah, tak ada satupun penduduk yang mengikuti Rasulullah untuk memeluk agama Islam. Parahnya, ketika Rasulullah pulang dari Ta’if, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka.    Dalam keadaan seperti ini Rasulullah saw bermunajat kepada Allah swt agar dikuatkan dalam menghadapi ujian yang begitu berat. Allah swt menjawab do’a nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Rasulullah saw menolak tawaran tersebut. Bahkan, beliau memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.    Beginilah manusia pilihan Allah swt ketika diujikan kepada mereka sebuah musibah. Mereka tabah dan tampil dengan jiwaksatria. Tak mengeluh sedikitpun karena diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan ).    Mengacu terhadap cerita nabi di atas, sebagai santri kita harus memiliki sikap ihtimal al-adza, artinya kita harus kuat menaggung segala beban kesusahan dan penderitaan yang dihadapi sekarang. Di antaranya seperti tidak bisa menempati ma’had, gangguan ketika melaksanakan PJJ, dan musibah lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki insyaAllah akan mengganti dengan yang lebih baik. “Robbanaa Laatuzigh Quluubanaa, Ba’dza Idz Hadaetanaa, wa Hablanaa Milladunka Rohmatan, Innaka Antalwahhaab.”    Artinya:    “Ya Tuhan, janganlah jadikan hati ini condong di kesesatan Seusai Engkau memberi petunjuk di kami. Karuniakanlah di kami rahmat-Mu, di karenakan sesungguhnya Kau-lah Dzat yang Maha Pemberi.” “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.”    Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan kesabaran di hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”    Doa keempat   Artinya:    “Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.”    Doa kelima    “Allaahumma Mushorrifalquluub, Shorrif Quluubanaa ‘Alaa Tho’atika.”  Artinya:    “Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk slalu taat di-Mu.”    Doa keenam  Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”    Artinya:  Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).

Doa keenam

Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.”

Artinya:

Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati (HR. Muslim, no. 2717).


Referensi : Doa Terbaik untuk Memohon Kesabaran Saat Dilanda Cobaan