Perceraian dapat memberikan dampak secara psikologis pada anak. Agar tidak trauma, lakukan beberapa kiat berikut. Anak korban perceraian akan terdampak proses tumbuh kembangnya, terutama aspek mental dan emosi. Karenanya, mengajarkan anak cara menghadapi perceraian pun harus menjadi perhatian orang tua.
Sebelum memutuskan untuk bercerai, ada baiknya orang tua perlu berpikir matang terlebih dahulu mengenai dampak perceraian terhadap si Kecil. Jika perceraian terpaksa harus dilakukan, maka persiapkanlah anak untuk menghadapi perceraian orang tua. Walaupun dampak perceraian pasti ada, paling tidak dampak tersebut dapat dikurangi. Berikut beberapa cara membantu anak menghadapi perceraian:
Perceraian biasanya dimulai dengan pertengkaran demi pertengkaran antara pasangan. Anak dapat memiliki trauma tersendiri jika melihat orang tua bertengkar.
Itulah sebabnya, jika mulai muncul ketidakcocokan antara pasangan, sebaiknya orang tua tidak bertengkar secara langsung di depan anak, apalagi sampai terjadi kekerasan fisik dalam keluarga.
2. Jelaskan Secara Terbuka Mengenai Kondisi Anda dan Pasangan
Orang tua tidak perlu menyembunyikan perceraian kepada anak. Jika melihat tidak adanya kehadiran salah satu orang tua di rumah dalam jangka waktu yang lama, anak pun tentu akan bertanya-tanya.
Sebaiknya anak korban perceraian diberitahu. Jadi, berterus teranglah kepada anak bahwa Anda dan pasangan akan berpisah sehingga kemungkinan besar anak akan ikut salah satu orang tua.
3. Berikan Pengertian Bahwa Kedua Orang Tua Tetap Menyayangi Mereka
Cara menghadapi perceraian orang tua perlu pengertian dari anak. Jelaskan pada si Kecil, walaupun ia akan ikut salah satu orang tua, baik Anda maupun pasangan akan tetap menyayanginya.
Hal yang tampak sederhana ini dapat membuat anak korban perceraian tidak merasa kurang kasih sayang orang tua.
Agar perkembangan mental anak korban perceraian baik, hindari menjelek-jelekkan pasangan Anda di depannya. Hal ini hanya akan membuatnya benci kepada pasangan Anda. Pada akhirnya anak akan kesulitan membina hubungan dengan pasangan Anda.
5. Koordinasi untuk Menjaga Anak
Pastikan Anda dan pasangan telah mendiskusikan masak-masak mengenai hak asuh anak. Meskipun hubungan Anda dan pasangan berakhir, ini tidak berarti Anda membiarkan si Kecil merasa tidak disayangi dan terlantar.
Cara menghadapi perceraian memerlukan koordinasi yang baik antara Anda dengan pasangan. Sebisa mungkin Anda atau pasangan bergantian mendampingi anak bertumbuh kembang.
Jadwalkan waktu untuk bertemu, misalnya ketika Anda mendapatkan hak asuk, pastikan anak juga bertemu dengan pasangan Anda di lain waktu, seperti akhir pekan dan hari libur.
6. Bantu Anak Menemukan Hobi dan Bakat
Cara mendidik anak korban perceraian selanjutnya adalah menemukan hobi dan bakat anak untuk mengalihkan ia dari pikiran-pikiran negatif. Dengan hobi dan bakat yang sesuai, anak akan menghabiskan waktu ke arah yang positif.
Apalagi jika hobi dan bakat dikembangkan hingga ke ranah profesional. Hal ini tentu dapat membuatnya berprestasi.
Faktor lain yang terpenting bagi anak dalam menghadapi perceraian orang tua adalah teman-teman dan lingkungan. Anda perlu memastikan bahwa lingkungan si Kecil dapat mendukungnya tumbuh dan membantunya merasa tidak kesepian.
8. Jangan Memaksakan Keinginan Anda kepada Anak
Kebanyakan single parents kehilangan kendali saat mengasuh anak. Akhirnya mereka memaksakan kehendaknya kepada anak secara total, tanpa ada pasangan yang mengimbangi atau kontra terhadap hal tersebut.
Bukannya mengajarkan anak cara menghadapi perceraian, Anda malah membuatnya tertekan. Hal ini tentu saja tidak baik bagi si Kecil. Biarkan anak melakukan hal yang ia minati, asalkan tetap positif.
9. Jadilah Teman bagi Anak
Anak korban perceraian memerlukan dukungan dari Anda. Bersikap terbuka kepada anak adalah salah satu cara yang sangat penting untuk membina hubungan seperti teman.
Bersikap terbuka akan membuat anak nyaman berkomunikasi dengan Anda sehingga anak tidak ragu untuk menceritakan apa yang mereka rasakan. Anda pun akan lebih mengerti kondisinya.
Menjadi teman untuk anak membutuhkan komunikasi yang baik. Komunikasi tak hanya sekadar berbicara, tetapi juga mendengarkan. Dengan menjaga komunkasi, Anda dan si Kecil dapat saling memahami kebutuhan masing-masing.
11. Kenali Secara Dini Tanda-Tanda Kelainan Psikis pada Anak
Jika Anda melihat perubahan pada anak, seperti cepat marah, emosi tidak stabil, sering sedih, cenderung diam, mengurung diri, malas berbicara, malas makan, tidak dapat tidur atau banyak tidur, maka Anda harus waspada.
Tanda-tanda di atas dapat menunjukkan adanya kelainan psikis pada Anak. Segeralah konsultasikan kepada psikolog atau psikiatri untuk penanganan lebih lanjut.
Perceraian bukanlah hal yang menyenangkan. Semua pasangan pastinya tidak menginginkan hal ini terjadi. Namun, ada kalanya kadang perceraian tidak bisa dihindari karena satu dan lain hal.
Namun demikian, ingatlah bahwa anak yang menjadi korban perceraian perlu diajari cara untuk menerimanya. Cara menghadapi perceraian perlu si Kecil ketahui agar kesehatan mentalnya tidak terganggu.
Referensi : Cara Bantu Anak Hadapi Perceraian Orang Tua