This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Menebus Dosa & Minta Maaf Kepada Orang Tua yang Sudah Meninggal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menebus Dosa & Minta Maaf Kepada Orang Tua yang Sudah Meninggal. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Agustus 2022

Menebus Dosa & Minta Maaf Kepada Orang Tua yang Sudah Meninggal

Soal:  Assalamu ‘Alaikum Ust,, kalau ada orang tua sudah meninggal dunia; bagaimana caranya kita meminta maaf / menebus dosa yang pernah kita lakukan kepadanya?    Jawab:  Wa’alaikumus Salam Warahmatullah,, Al-Hamdulullah. Shalawat dan salam atas Rasulillah dan keluarganya.  Saudara penanya yang dimuliakan Allah,, menyakiti orang tua semasa hidupnya –baik dengan perkataan atau perbuatan- termasuk dosa besar. Allah sangat murka kepada anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, sampaipun keduanya non muslim. Kecuali ketika menolak perintah keduanya untuk berbuat syirik atau maksiat sehingga keduanya marah kepada anaknya.  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mengabarkan tentang dosa besar yang terbesar,  الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ  “Menyekutukan Allah (berbuat syirik) dan durhaka kepada orang tua.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)  Dari Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalla,  beliau bersabda,  الْكَبَائِرُ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ ، وَالْيَمِينُ الْغَمُوسُ  “Dosa-dosa besar: menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua, membunuh orang, dan sumpah palsu.” (HR. Al-Bukhari)  Jika seorang anak terlanjur menyakiti keduanya maka ia wajib bertaubat kepada Allah dan meminta keridhaan keduanya. Jika keduanya masih hidup, bisa langsung meminta maaf dan meminta keridhaannya. Lalu bagaimana kalau kedua sudah tiada?  Pertama, kesempatan taubat bagi anak yang pernah durhaka ke orang tuanya masih terbuka; walau orang tuanya sudah meninggal dunia. Karena sebesar apapun dosa yang pernah diperbuat hamba, jika ia bertaubat maka Allah akan menerima taubatnya.  Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,  قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ  "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.  Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.  Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Zumar: 53)  Hendaknya ia segera bertaubat kepada Allah –karena durhaka kepada orang tua itu menyalahi perintah Allah- dan yakin Allah akan akan menerima taubat orang yang bertaubat kepada-Nya.  Kedua, agar taubat diterima maka harus terpenuhi 3 syaratnya; menyesali perbuatannya, meninggalkan perbuatan tersebut, dan bertekad tidak akan mengulanginya di masa akan datang.  Adapun kesalahan kepada orang tua yang sudah wafat maka menyesali kesalahan kepada keduanya sudah mencukupkannya.  Ketiga, tunaikan kewajiban anak kepada orang tua; yaitu berbuat ihsan (kebaikan) kepada keduanya. Ini bisa dengan beberapa langkah berikut ini.  1. Memohonkan ampunan  dan mendoakan kebaikan untuk keduanya. Istighfar  dan doa baik (meminta rahmat untuk keduanya) dari orang yang masih hidup –apalagi keturunannya- adalah perkara yang paling dibutuhkan si mayit. Apalagi istighfar dan doa itu dipanjatkan oleh anak yang shalih yang telah bertaubat dari dosa-dosanya, maka akan lebih diterima Allah Subahanahu wa Ta'ala.  2. Menunaikan janji keduanya yang belum tertunaikan; termasuk melaksanakan wasiat keduanya.  3. Memuliakan teman-teman keduanya; termasuk kawan karibnya, rekan kerjanya, dan kerabatnya keduanya.  4. Menyambung silaturahim (hubungan kekerabatan) keduanya, yaitu berbuat baik kepada paman dan bibi dari jalur ayah maupun ibu, kerabat-kerabat mereka. Berbuat baik kepada mereka dan menyambung kekerabatan mereka termasuk memuliakan orang tua.


Soal:

Assalamu ‘Alaikum Ust,, kalau ada orang tua sudah meninggal dunia; bagaimana caranya kita meminta maaf / menebus dosa yang pernah kita lakukan kepadanya?


Jawab:

Wa’alaikumus Salam Warahmatullah,, Al-Hamdulullah. Shalawat dan salam atas Rasulillah dan keluarganya.

Saudara penanya yang dimuliakan Allah,, menyakiti orang tua semasa hidupnya –baik dengan perkataan atau perbuatan- termasuk dosa besar. Allah sangat murka kepada anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, sampaipun keduanya non muslim. Kecuali ketika menolak perintah keduanya untuk berbuat syirik atau maksiat sehingga keduanya marah kepada anaknya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mengabarkan tentang dosa besar yang terbesar,

الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ

Menyekutukan Allah (berbuat syirik) dan durhaka kepada orang tua.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalla,  beliau bersabda,

الْكَبَائِرُ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ ، وَالْيَمِينُ الْغَمُوسُ

Dosa-dosa besar: menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua, membunuh orang, dan sumpah palsu.” (HR. Al-Bukhari)

Jika seorang anak terlanjur menyakiti keduanya maka ia wajib bertaubat kepada Allah dan meminta keridhaan keduanya. Jika keduanya masih hidup, bisa langsung meminta maaf dan meminta keridhaannya. Lalu bagaimana kalau kedua sudah tiada?

Pertama, kesempatan taubat bagi anak yang pernah durhaka ke orang tuanya masih terbuka; walau orang tuanya sudah meninggal dunia. Karena sebesar apapun dosa yang pernah diperbuat hamba, jika ia bertaubat maka Allah akan menerima taubatnya.

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.  Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.  Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Zumar: 53)

Hendaknya ia segera bertaubat kepada Allah –karena durhaka kepada orang tua itu menyalahi perintah Allah- dan yakin Allah akan akan menerima taubat orang yang bertaubat kepada-Nya.

Kedua, agar taubat diterima maka harus terpenuhi 3 syaratnya; menyesali perbuatannya, meninggalkan perbuatan tersebut, dan bertekad tidak akan mengulanginya di masa akan datang.

Adapun kesalahan kepada orang tua yang sudah wafat maka menyesali kesalahan kepada keduanya sudah mencukupkannya.

Ketiga, tunaikan kewajiban anak kepada orang tua; yaitu berbuat ihsan (kebaikan) kepada keduanya. Ini bisa dengan beberapa langkah berikut ini.

1. Memohonkan ampunan  dan mendoakan kebaikan untuk keduanya. Istighfar  dan doa baik (meminta rahmat untuk keduanya) dari orang yang masih hidup –apalagi keturunannya- adalah perkara yang paling dibutuhkan si mayit. Apalagi istighfar dan doa itu dipanjatkan oleh anak yang shalih yang telah bertaubat dari dosa-dosanya, maka akan lebih diterima Allah Subahanahu wa Ta'ala.

2. Menunaikan janji keduanya yang belum tertunaikan; termasuk melaksanakan wasiat keduanya.

3. Memuliakan teman-teman keduanya; termasuk kawan karibnya, rekan kerjanya, dan kerabatnya keduanya.

4. Menyambung silaturahim (hubungan kekerabatan) keduanya, yaitu berbuat baik kepada paman dan bibi dari jalur ayah maupun ibu, kerabat-kerabat mereka. Berbuat baik kepada mereka dan menyambung kekerabatan mereka termasuk memuliakan orang tua.