This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Dampak Perceraian terhadap Psikologis Anak Usia Dewasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dampak Perceraian terhadap Psikologis Anak Usia Dewasa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Agustus 2022

Dampak Perceraian terhadap Psikologis Anak Usia Dewasa

Dampak Perceraian terhadap Psikologis Anak Usia Dewasa

Dampak Perceraian terhadap Psikologis Anak Usia Dewasa. Dampak Perceraian terhadap Psikologis Anak Usia Dewasa. Awal minggu ini kita dikejutkan dengan perceraian Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan istrinya, Veronica Tan. Diawali surat gugatan perceraian di media sosial, kabar tersebut kemudian dibenarkan oleh pengacara Ahok. 

Kabar tersebut sontak membuat para warganet gempar. Banyak yang menyayangkan terjadinya perceraian antara keduanya. Apalagi, seperti yang kerap dijumpai di layar kaca, Ahok dan istri nampak harmonis. Tetapi, perceraian adalah keputusan pribadi, yang tak dapat dicampur adukkan dengan tangan-tangan publik. Banyak alasan yang menyebabkan perpecahan rumah tangga hingga perceraian pun tak dapat dihindarkan. Ketidakcocokan, masalah ekonomi, cek-cok yang tak kunjung mereda, hingga perselingkuhan. Meski demikian, kita sama-sama percaya jika perceraian memberikan dampak psikologis pada kedua belah pihak, dan anak-anak. 

Tak hanya anak-anak di bawah umur atau remaja saja yang rentan terkena pukulan psikologis, begitu juga dengan anak Anda yang berusia matang atau dewasa. Di bawah ini ada serangkaian efek psikologis yang dirasakan anak berusia matang ketika menghadapi perceraian kedua orang tuanya, seperti dinukil dari The Good Men Project, Rabu (10/1/2018). 

Mereka Merasa Hidup Lebih Sulit Orang dewasa yang menghadapi perceraian kedua orang tuanya cenderung memikirkan jika kehidupan mereka akan terpengaruh oleh perceraian orang tua. Mereka lebih sadar bahwa akan ada banyak perubahan dalam hidup mereka. Seperti merayakan liburan, ulang tahun, atau acara spesial lainnya. Sentimental tentang masa kecil juga turut terbawa dalam emosi mereka ketika orang tuanya bercerai. 

Belum lagi soal pembagian waktu dan tanggung jawab mereka pada kedua orang tua yang telah hidup terpisah. Mereka Merasa Harus Menjadi Penengah Jika orang tua terlibat dalam konflik dan saling menyalahkan usai perceraian, anak-anak di usia mapan cenderung merasa harus berpihak. Terkadang, anak-anak terbelah dan mengambil sisi berbeda yang kemudian menimbulkan keretakan hubungan baru antara kakak dan adik, misalnya. 

Ketegangan juga tak cuma dirasakan oleh kedua belah pihak yang bercerai, tetapi juga semua aspek kehidupan dan hubungan satu keluarga, termasuk anak-anak. Kehilangan Arah Jika anak di bawah umur atau di usia remaja cenderung mendapatkan perlindungan atau dukungan mental dari keluarga, orang dewasa dianggap telah mapan dan mampu mengatasi masalah ini dengan mudah. 

Padahal, perasaan tak nyaman usai perceraian kedua orang tua juga dirasakan oleh mereka, orang dewasa. Mereka, sama tidak bahagianya dengan anak-anak yang menyaksikan kedua orang tuanya bercerai. Bahkan, anak di usia dewasa seperti merasa perlu untuk membantu orang tua mereka melalui prosesnya. 

Ragu Akan Hubungan Efek perceraian orang tua tak hanya dirasakan anak ketika masih kecil atau remaja. Pada usia dewasa, mereka cenderung ragu untuk memulai hubungan serius dengan seseorang. Yang perlu disadari adalah, tak ada anak-anak yang ingin orang tua mereka bercerai, bahkan jika mereka mengerti mengapa orang tuanya harus bercerai. 

Anak di bawah umur maupun dewasa, sama-sama menganggap keluarga sebagai unit yang utuh. Meskipun kini mereka telah membangun keluarga atau hidup mandiri, mereka cenderung mengidentifikasi diri sebagai anak-anak dari orang tua yang bercerai.

Referensi : Dampak Perceraian terhadap Psikologis Anak Usia Dewasa