Keberuntungan Orang Tua di Akhirat Ditentukan oleh Hal Ini. Bagi orang tua , keturunan atau anak yang shalih adalah harapan dan anugerah terindah dalam hidup. Terutama ketika orang tua telah tiada, ia akan terus mendapatkan manfaat dari anaknya. Manfaatnya bukan hanya dari doa. Manfaat yang orang tua peroleh bisa pula dari amalan anak.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ
“Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Daud, An-Nasa’i, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Seorang anak shalih juga akan mengerti apa yang mesti dia lakukan agar bisa mendatangkan pahala buat orang tuanya.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ibuku mati mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. Bukhari dan Muslim).Dalam hadis yang lain, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ibunya Sa’d bin Ubadah meninggal dunia, ketika Sa’d tidak ada di rumah. Sa’d berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا، أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا؟ قَالَ: «نَعَمْ»
“Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu aku tidak hadir. Apakah dia mendapat aliran pahala jika aku bersedekah harta atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” (HR. Bukhari)
Hadis tersebut mengabarkan tentang perbuatan anak kepada orang tuanya. Sedekah yang dilakukan anak tersebut pahalanya sampai kepada mayit karena memang Nabi Muhammad sendiri menegaskan perbuatan anak baik diniatkan maupun tidak secara khusus diniatkan orang tua yang telah wafat tetap mendapatkan keutamaan dengan sempurna.
Segala amal shalih yang diamalkan anaknya maka pahalanya akan sampai kepada kedua orang tuanya tanpa mengurangi pahala si anak tersebut, sebab si anak merupakan hasil usaha kedua orang tuanya.
Ada dalil yang menjadi rujukan adalah riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:
إِذَا مَاتَ ابن آدم الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثلاث ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila anak Adam meninggal, maka terputus darinya semua amalan kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Keutamaan memiliki anak shaleh tidak bias tergantikan oleh yang lain. Sampainya pahala amal perbuatan dan doa anak tidak diragukan lagi. Adapun dari pihak lain kita masih belum bisa memastikan karena dalil rujukan bukan dari firman Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah, tetapi hanya sebatas pendapat dan qoul saja.
Karena itulah memiliki anak adalah sebuah rezeki dari Allah Ta’ala yang tiada tara. Anak bisa menjadi jalan pahala dan menjadi jalan ke surga selama orang tua bersungguh sungguh dalam menjalankan tugasnya. Karenanya, orang tua harus memberikan yang terbaik untuk anak sejak dalam kandungan hingga anak tersebut dewasa bahkan hingga anak tersebut berkeluarga dan mampu hidup dengan mandiri.
Ajarkan yang pertama dan utama, maksudnya tanamkan akidah keimanan yang kokoh pada jiwa anak agar selalu merasa yakin Allah Ta’ala selalu hadir menyertainya, dan yang keuda ajarkan shalat lima waktu di masjid dengan berjamaah. Bila kedua hal tersebut telah berhasil maka silahkan orang tua tersenyum dan siap-siap mengharap aliran pahala terus mengalir sekalipun sudah terlebih dahulu berada di alam kubur.
Firman Allah Ta’ala menegaskan bahwa amal perbuatan yang kita lakukan, dan semua perilaku dan perbuatan kita dicatat dan balas dengan keutamaan yang berlipat. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآَثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami yang menghidupkan orang mati, Kami catat semua yang telah mereka lakukan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan semuanya kami kumpulkan dalam kitab (catatan amal) yang nyata.” (QS. Yasin: 12). Jadi, anak yang shalih juga menjadi salah satu kunci bagi orang tua untuk mendapatkan keberuntungan di akhirat.
Karena itulah pendidikan agama sejak dini hendaklah sudah ada di rumah keluarga muslim. Didikan tersebut bukan menunggu dari pengajaran di sekolah atau di taman pembelajaran Al Qur’an (TPA). Namun sejak di rumah, orang tua sepatutnya sudah mendidik anak tentang akidah dan cara beribadah yang benar.