Ada sebuah pertannyaan : Kenapa Allah membalas orang-orang yang durhaka kepada-Nya dengan penderitaan meskipun para pendosa itu sudah bertaubat? Bukankah mudah bagi Allah untuk memberikan ampunan? Dan bukankah tidak ada guna nya bagi Allah dengan menyiksa mereka?
Jawaban : Kita harus tahu bahwa Allah berkuasa mutlak terhadap diri kita. Tidak ada yang dapat menghalangi kehendak-Nya dan memprotes keputusan-Nya.
“Berhubung tidak ada yang dapat memberi pahala maupun menyiksa dengan cara seperti ini melainkan Dzat yang memiliki puncak segala keagungan; maka Allah menjelaskan alasan perbuatan-Nya (yang dapat memberi pahala sekaligus menyiksa sedemikian rupa) tadi, yaitu karena Dia memiliki keagungan yang tak dapat dijangkau oleh akal fikiran manusia (termasuk fikiran anda dan saya).Kemudian Allah menegaskan kepada musuh-musuh-Nya yang mengingkari hal ini, bahwa “Sesungguhnya siksa Rabbmu sangatlah pedih”.Jadi, ketika Dzat yang demikian banyak anugerah dan karunia-Nya tadi sampai menyiksa orang-orang yang kafir dan memusuhi agama-Nya; maka siksaan-Nya akan sangat pedih sekali.
Berhubung siksaan yang teramat sangat pedih tadi tidak mungkin dilakukan kecuali oleh Dzat yang memiliki kemampuan dan kekuasaan mutlak, maka Allah kembali menjelaskan bukti kekuasaan dan kemampuan-Nya yang bersifat mutlak tadi, "Sesungguhnya, Dia-lah Allah yang memulai penciptaan dan yang akan mengembalikannya lagi.
Penjelasan: “Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa hanya Dia lah yang mampu menciptakan makhluk dalam bentuk dan rupa yang Dia kehendaki; kemudian setelah mematikan makhluk tersebut, Dia pula yang akan menghidupkannya kembali pada waktu yang Dia kehendaki. Adapun selain Dia, maka tidak mungkin dapat melakukan hal ini sedikitpun.
Nah, setelah Allah Ta’ala menjelaskan tentang siksa-Nya, dan pihak yang mampu melakukan kekerasan belum tentu mampu berlemah lembut. kalaupun mampu berlemah lembut, maka belum tentu mampu bersikap sangat lembut yang luar biasa. Dan tidak ada pihak yang dapat menghapuskan dosa-dosa secara total sampai ke bekas-bekasnya bagi siapa saja, sehingga pelakunya tidak lagi mendapatkan hukuman maupun cibiran dari siapa pun, melainkan Dzat yang mampu melakukan segalanya.
Allah SWT menjelaskan itu semua sebagai bukti/dalil bahwa Dia-lah Yang Dapat Berbuat Semaunya. Allah SWT juga menegaskan bahwa perbuatan Allah itu di luar batas-batas kewajaran.
Dialah yang Maha Pengampun, dan Maha Pecinta : Artinya, Allah sanggup menghapuskan dosa-dosa hamba sekaligus bekas-bekasnya jika Ia berkehendak, sehingga si hamba tidak lagi merasakan ketidaknyamanan akibat dosanya sama sekali. Dia pula yang memperlakukan hamba yang dikehendakinya tadi dengan perlakuan seorang pecinta ketika memenuhi permintaan pihak yang dicintainya. Dia akan mencurahkan cinta yang demikian besar dan luas kepada si hamba yang telah dihapuskan dosanya tadi, dan menanamkan perasaan kasih sayang di hati manusia lainnya terhadap si hamba tersebut. Allah lantas semakin menegaskan hal ini dengan menyebutkan keistimewaan diri-Nya yang tidak dipungkiri oleh siapa pun.
Dialah yang Memiliki ‘Arasy (singgasana) lagi Maha Terpuji : Yakni, dialah yang yang memiliki singgasana kerajaan yang menunjukkan diri-Nya sebagai penguasa tunggal, pemimpin, dan pengatur alam semesta yang menjadi tumpuan segala sesuatu. Dan Dia juga Maha Mulia dan Maha Agung dalam hal dzat-Nya maupun sifat-sifat-Nya yang indah, yang Maha Tinggi dalam memberi karunia.
Dia Maha Melakukan apa yang Dia inginkan : Yakni, Allah menekankan dan mengulang-ulang bahwa diri-Nya benar-benar mampu mewujudkan semua keinginannya tanpa merasa berat atau kesulitan sedikitpun. Baik hal tersebut dengan melakukannya secara langsung tanpa perantara atau melalui perantaraan makhluk-Nya.” Jadi, Allah tidak akan menyiksa kembali orang-orang yang sudah bertaubat kepada-Nya, selama taubat tersebut dilakukan sesuai aturan Allah, bukan semaunya atau asal-asalan.
Allah SWT bebas secara mutlak untuk menjadikan seseorang itu menderita di dunia, siapa pun yang protes tentang hal ini tidak akan digubris. Akan tetapi tahukah anda bahwa penderitaan tersebut terjadi karena banyak kemungkinan:
- Mungkin karena si hamba masih banyak dosa terhadap Allah yang tidak disadari olehnya, sehingga otomatis ia belum bertaubat darinya. Sehingga melalui musibah/penderitaan di dunia tersebut dosa-dosanya digugurkan oleh Allah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadits sahih, bahwa segala beban pikiran, kesedihan, keletihan, penyakit bahkan rasa nyeri tertusuk duri yang menimpanya; adalah sebagai kaffarat (penghapus) dosa-dosanya.
- Mungkin saja karena Allah hendak menghukumnya akibat dosa-dosa tertentu agar dia jera atau agar dia terhindar dari hukuman yang lebih berat di akhirat.
- Mungkin saja itu bagian dari siksa Allah yang disegerakan bagi orang kafir di dunia. Sebelum siksa yang lebih pedih di akhirat nanti.
- Atau mungkin saja karena Allah ingin mengangkat derajat si hamba dengan memberinya berbagai ujian berat, namun bila ia bisa melaluinya dengan sabar maka pahalanya sangat luar biasa. Dan Allah lebih tahu mana yang lebih baik bagi hamba-Nya daripada hamba itu sendiri.