Sabtu, 25 Juni 2022

Cara Keluar dari Hidup Susah dan Sengsara

Susah, sengsara, menyerah, putus asa dan merasa buntu. Itu adalah beberapa hal yang dapat membuat kita merasa susah dan sengsara dalam kenyataan hidup yang tidak membahagiakan. Apakah pembaca pernah merasakan hal yang sama sebelumnya?  Kira-kira, kenapa hidup kita susah?  Jangan khawatir, kita semua mungkin pernah berada pada titik kehidupan di mana kita telah mencapai dinding atau perempatan, dan tidak tahu bagaimana untuk maju, dan tidak mungkin untuk dapat mundur kembali, susah dan sengsara.


Pada titik ini, kita sama sekali tidak tahu apa langkah selanjutnya. Mengubah jalur karier secara total? Atau tetap bertahan? Tidak yakin apakah harus melanjutkan pekerjaan penuh waktu atau menjadi orang tua yang tinggal di rumah untuk mencurahkan waktu sepenuhnya untuk anak-anak? Dan segelintir pertanyaan-pertanyaan lainnya yang menghantui diri kita.  

Namun, pernahkah kita berpikir tentang makna hidup susah dan sengsara? Hidup susah dan sengsara memiliki arti yang luas. Bagi sebagian orang, kehidupan yang susah dan sengsara terjadi ketika kita tidak bisa memenuhi kebutuhan primer seperti, sandang, pangan dan papan. Sedangkan, sebagian orang menganggap bahwa hidup susah dan sengsara terjadi ketika kita tidak memiliki paket internet, merasa kepanasan, tidak bisa makan enak, dan lain sebagainya.  

Sejauh Mana Kita Merasa Susah dan Sengsara? Saat merasa susah dan sengsara, setiap orang memiliki tingkatannya masing-masing. Beberapa orang merasa susah dan sengsara hanya dalam satu hari, sementara yang lain bisa merasa susah dan sengsara selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Bahkan seiring berjalannya waktu, perasaan terjebak ini dapat semakin meningkat ketika tidak ada yang bisa dilakukan atau tidak ada yang berubah sama sekali. 

Dan pada akhirnya, beberapa orang akhirnya menetap, atau hanya pasrah pada nasib mereka. Tanpa sadar, tanpa menyadarinya, mereka akhirnya mendorong impian dan tujuan mereka semakin jauh. Bagi yang lain, perasaan susah dan sengsara menjadi begitu tak tertahankan sehingga mereka harus melakukan perubahan. Mereka harus keluar dari situasi tersebut, dan karenanya mereka membuat keputusan yang mengubah hidup itu dengan harapan akhirnya merasa bebas dan tidak susah lagi.

Jadi bagaimana mungkin kita akhirnya terjebak kesusahan dan kesengsaraan dalam kehidupan? Jika rekan-rekan mengalami hal ini, coba luangkan waktu untuk bertanya kepada diri sendiri “apakah yang kita pikirkan sekarang ini adalah penyebab dari perasaan susah dan sengsara yang sedang terjadi?” 

Kenapa Kita Merasa Susah dan Sengsara?Ada banyak alasan mengapa kita akhirnya merasa susah dan sengsara dalam kehidupan. Terkadang, itu karena kita terlalu takut mengambil risiko atau membuat kesalahan. Pada akhirnya, kita sering memilih jalan yang “aman” yang tentunya bebas dari risiko. Faktanya, memilih jalan yang aman bukan berarti terbebas dari kemandekan. Inilah mengapa dikatakan oleh banyak orang bahwa kehidupan ini selalu akan dipenuhi tantangan. Saat kita berusaha menghindari rintangan dari satu jalan, maka rintangan di jalan lain akan menemukan kita. Dalam kata lain, menghindari suatu rintangan bukanlah opsi yang tepat untuk dapat terus maju.  

Berikut adalah beberapa faktor penyebab merasa susah dan sengsara:

1. Tidak Ada Tujuan yang Jelas, Saat kita tidak tahu apa yang benar-benar kita inginkan di dalam hidup. Hal ini terjadi karena kita tidak memiliki tujuan atau impian nyata untuk diusahakan. 

Dalam hidup, akan selalu ada saat dimana kita merasa ada sesuatu yang hilang, dan merasa buntu. Jika orang-orang yang memiliki mimpi-mimpi besar dan tujuan hidup saja dapat berhadapan dengan kemandekan (jalan ditempat), apalagi mereka yang tidak memilikinya sama sekali? Jadi, coba cari tahu apa tujuan hidup rekan-rekan pembaca.

2. Tidak Mendapatkan Dukungan dari Orang Lain, Selain itu, kita juga bisa merasa mandek dan susah karena kita tidak mendapatkan dukungan atau bantuan yang cukup dari orang-orang di sekitar kita. Pada kasus yang sering terjadi, kita hanya mengandalkan diri sendiri untuk menyelesaikan masalah. Sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan perspektif baru, saran dan dukungan dari orang lain. Misalnya, apakah mereka bersedia menjadi mentor, penasihat dan pelatih untuk kita? 

Pengaruh adalah sumber inspirasi dan motivasi yang baik. Jika kita mengelilingi diri dengan rekan-rekan atau mentor yang telah berhasil dalam mencapai tujuan dan impian dalam kehidupan mereka, maka kemungkinan besar kita juga akan mendapatkan dampak positif.

3. Mengejar Tujuan yang Salah, Bisa jadi kita merasa susah dan sengsara karena telah memberi diri kita tujuan yang salah. Apalagi di dunia yang dipenuhi dengan kecanggihan teknologi seperti saat ini, banyaknya media sosial membuat kita tergoda untuk membandingkan hidup yang kita miliki dengan kehidupan orang lain.  

Sebagai contoh, Teman SMA kita baru saja pergi ke Jepang untuk perjalanan bisnis selama satu minggu, sahabat kita baru saja bertunangan, sedangkan kita masih lajang sampai sekarang, dan beberapa perbandingan lainnya yang terkadang tidak masuk akal. Membandingkan adalah salah satu hal terburuk yang bisa dilakukan siapapun, karena seringkali mengarah pada perasaan tidak bahagia dan ketidakpuasan yang ekstrem. 

Akhirnya, kita mulai mempertanyakan hidup kita sendiri, “kenapa ya dia kok mudah mendapatkan promosi?” “kenapa ya hubungan percintaan dia kok begitu lancar?” dan pertanyaan-pertanyaan lainnya terkait mengapa kehidupan kita berbeda dengan orang lain. 

Nah, inilah bagaimana “perasaan susah, sengsara, terjebak, buntu atau mandek” muncul menghantui setiap orang yang melakukannya.  Kita merasa tidak dapat meraih apa yang orang lain dapatkan.  

Walaupun dengan membandingkan diri kita dengan orang lain terkadang menjadi motivasi yang baik untuk mendorong kita bekerja lebih keras, namun itu juga bisa menjadi pendemotivasi besar ketika tujuan yang kita miliki dibandingkan dengan pencapaian orang lain.

Bagaimana Berhenti dari Kebuntuan? Langkah pertama untuk keluar dari perasaan susah, sengsara, mandek atau buntu adalah mengetahui faktor apa saja yang membuat kita merasa susah dan sengsara? Apakah selama ini kita mengejar tujuan yang salah? apakah keluarga tidak mendukung tujuan hidup yang dimiliki, sehingga kita harus mencari pendukung lainnya? Coba identifikasikan hal tersebut. 

Setelah mengetahui alasan kemandekan kita, langkah kedua adalah jangan lupa untuk menerima posisi kita sekarang. Maksudnya bagaimana? Sadari bahwa pencapaian yang kita miliki, akan berbeda dengan pencapaian orang lain. Tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang. Apa yang kita miliki mungkin saja sebuah impian bagi orang lain, begitu juga sebaliknya.  

Langkah ketiga, jika kita merasa mandek karena tujuan yang salah, maka yang dapat dilakukan adalah menetapkan beberapa tujuan yang realistis dan dapat dicapai. Baik itu dalam kehidupan karier atau kehidupan pribadi kita, pastikan tujuan yang dipikirkan benar-benar bermakna bagi kehidupan kita. Secara tidak langsung, ini juga membantu kita memaksimalkan potensi diri dan meminimalkan perasaan terjebak, serta frustasi.

Langkah keempat, jika pembaca masih merasa susah dan sengsara, dan takut dalam mengambil langkah atau risiko, maka kami sarankan rekan pembaca untuk terus maju dan memberanikan diri untuk mengambil risiko. Ingat, seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa tidak ada jalan yang “aman”, setiap jalan memiliki rintangannya masing-masing. 

Langkah kelima, jangan malu atau takut untuk meminta dukungan dari orang-orang di sekitar kita. Banyak orang yang merasa susah dan sengsara karena mereka tidak bercerita atau meminta bantuan kepada orang lain, sehingga orang lain pun tidak tahu bahwa orang tersebut memerlukan bantuan dari kita.  

Nah, itu dia beberapa faktor mengapa kita merasa susah dan sengsara, serta langkah-langkah apa saja yang harus kita ambil untuk keluar dari kebuntuan yang sering datang ke dalam kehidupan kita. Saya harap setelah membaca artikel ini, tidak ada lagi pembaca yang menyerah dan pasrah begitu saja karena merasa susah dan sengsara dengan kehidupannya. Harus selalu diingat ya, mulai sekarang kita harus berhenti membandingkan hidup kita dengan orang lain, fokus mencapai tujuan hidup, berani mengambil risiko dan tidak mudah menyerah dengan kesusahan dan kesengsaraan hidup