Jumat, 24 Juni 2022

Ampunan Allah Swt lebih besar dari bumi & langit

Nabi Muhammad SAW bersabda “Setiap anak Adam bersalah, dan sebaik baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat” (HR Tirmidzi). Dari hadits Riwayat al-Tirmidzi tersebut sangat jelas bahwa hampir semua manusia memiliki kesalahan. Yang membedakan adalah besar kecil kesalahan yang dilakukan dan seberapa sering dia melakukan kesalahan itu.



Manusia yang ma’shum atau terjaga dari perbuatan dosa adalah para Rasul dan Nabi, termasuk baginda Nabi Muhammad SAW sebagaimana dijelaskan dalam Alquran dan hadits. Beliau insan kamil yang dijaga oleh Allah Swt sebelum dan sesudah diciptakan.

Dalam kisah para rasul dan nabi ada beberapa rasul atau nabi yang menurut kebanyakan orang difahami sebagai sebuah kesalahan. Seperti kisah nabi Adam AS memakan buah khuldi yang dilarang sehingga diturunkan ke bumi.

Nabi Yunus yang putus asa menceburkan diri ke laut hingga ditelan ikan. Kita tidak boleh mengatakan itu sebuah kesalahan karena itu sudah digariskan oleh Allah SWT dengan tujuan Tasyri’ (pembelajaran syariat Agama).

Apapun bentuk kesalahan yang kita lakukan dan sebesar apapun kesalahanya kita harus bertaubat dengan taubat yang murni karena mencari ridha Allah SWT (taubat al-nasuha) sebagaimana perintah Allah Swt dalam Alquran.

“Wahai orang-orang yang beriman, Bertobatlah kepada Allah Swt dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, ” (QS At Tahrim 28:4).

Untuk itu kita tidak boleh berkecil hati, selagi kita masih beriman kepada Allah Swt dan RasulNya, sebesar apapun dosa yang kita lakukan kalau kita mau bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya maka Allah Swt akan mengampuni semua dosa kita. Nabi bersabda "Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa sama sekali" (HR. Ibnu Majah).

Banyak sekali kisah para pendosa kelas berat yang kemudian bertaubat dan diterima taubatnya oleh Allah SWT. Diantaranya ada kisah orang yang telah membunuh seratus orang, kisah seorang pelacur, kisah penguasa yang dzalim kemudian mereka menyesal dan bertaubat yang akhirnya semua dosanya diampuni dan taubatnya diterima oleh Allah SWT. Kisah tersebut tidak kami tulis disini karena terlalu panjang.

Tentu tidak semua taubat diterima oleh Allah SWT karena taubat itu sifatnya permohonan jadi diterima atau tidaknya merupakan hak prerogatif Allah SWT. Disini akan kami sampaikan delapan hal penting yang perlu diperhatikan agar taubat diterima oleh Allah SWT. Hal tersebut merupakan ciri dari Taubat al-Nasuha atau taubat yang murni karena Allah SWT.

  1. Menyesal atas dosa yang telah dilakukan. Dengan penyesalan ini orang akan jera untuk mengulangi perbuatan dosa dan mendorong untuk memperbaiki diri dengan melakukan perbuatan baik.
  2. Menjalankan semua perintah kewajiban. Semua kewajiban mulai shalat, puasa, zakat dan yang lain mulai dijalankan sebagai bentuk keseriusan untuk memperbaiki diri.
  3. Mengembalikan hasil kejahatan. Semua harta benda dari hasil kejahatan harus dikembalikan kepada pemiliknya karena itu adalah Haq Adamy yang dosanya tidak bisa diampuni oleh Allah sebelum pemilik benda tersebut menerima kembali haknya atau mengihlaskanya.
  4. Meminta halal atau meminta maaf kepada musuh. Harus meminta maaf kepada orang yang pernah menjadi musuh atau rival karena ini juga masuk dalam katagori Haq Adamy yang harus diselesaikan di dunia. Kewajibanya adalah meminta maaf, persoalan dia mau memaafkan atau tidak itu dikembalikan kepada Allah SWT.
  5. Memiliki niat kuat untuk tidak mengulangi. Artinya tidak ada lagi keinginan untuk kembali melakukan perbuatan dosa yang pernah dilakukan. Atau tidak melakukan hal hal yang bisa menjerumuskan kembali kedalam dosa.
  6. Mendidik diri agar selalu taat kepada Allah. Kalau dulu selalu melakukan pebuatan dosa maka kebiasaan itu diganti dengan ketaatan kepada Allah SWT.
  7. Siap merasakan pahit getirnya taat kepada Allah sebagaimana dulu pernah merasakan gelimang manisnya perbuatan maksiat. Di awal memang berat menjalankan taat kepada Allah akan tetapi kalau sudah biasa akan menemukan manisnya.
  8. Memperbaiki makan dan minum. Di sini bukan berarti makan dan minum yang bergizi akan tetapi makanan dan minuman yang dikonsumsi adalah makanan dan minuman yang benar benar halal bukan syubhat apalagi haram.
Melepaskan diri dari kebiasaan buruk dan kembali ke jalan yang diridhai oleh Allah Swt tidak harus secara langsung/frontal akan tetapi bisa dilakukan secara bertahap karena itu memang berat. Sebesar dan sebanyak apapun dosa yang kita lakukan kalau memang kita benar benar bertaubat maka semuanya akan dihapus oleh Allah Swt karena Dia Maha Pengampun. Sebaliknya sebanyak apapun amal ibadah kalau tidak mendapatkan rahmat Allah Swt tidak akan diterima.

“Hai Anak Adam, selama kalian berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikan ampunan kepada kalian atas semua dosa yang kalian lakukan tanpa Kupedulikan. Hai Anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai ketinggian langit, kemudian kalian memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni semua dosa yang telah kalian lakukan tanpa Kupedulikan. Hai Anak Adam, seandainya kalian datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian kalian datang kepada-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun, niscaya Aku akan datang dengan membawa ampunan sepenuh bumi.” (H.R. At-Tirmidzi)