Di sisi lain, amal-amal kebaikan menjadi sulit dilakukan. Jangankan yang sunnah, fardu pun sekedar menggugurkan kewajiban. Kondisi ini merupakan sebuah keniscayaan, sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa, “Setiap amalan ada waktu semangat dan setiap masa semangat ada putusnya. Barang siapa yang masa putusnya itu kepada sunnahku maka telah mendapatkan petunjuk dan siapa yang masa putus (lemah) nya pada selainnya maka telah binasa.” (HR ibnu Abi ‘Ashim dan Ibnu Hibban)
Dalam hadits lain: “Barangsiapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia yang dipikirkannya, sehingga seolah-olah dia tidak melihat hak Allah Swt dalam dirinya, maka Allah Swt akan menanamkan 4 (empat) penyakit dalam dirinya: Kebingungan, yang tiada putusnya; Kesibukan, yang tidak ada ujungnya; Kebutuhan, yang tidak terpenuhi; dan Keinginan, yang tidak tercapai.” (HR. Ath-Thabrani)
Seringkali kita berhadapan dengan kesibukan yang tiada henti. Semakin dilakukan pekerjaan kita semakin tidak selesai. Sepertinya Allah Swt terus membuat kita tak pernah punya waktu luang. Maka kita harus hati-hati. Jangan-jangan ada hak Allah Swt yang belum ditunaikan paling tidak di pagi hari. Atau boleh jadi yang terjadi adalah ketidak-tenangan. Selalu bingung menghadapi banyak persoalan. Tak pernah thuma’ninah. Banyak hal yang awalnya hanya sebuah keinginan seolah menjadi kebutuhan, terus menerus diperbudak nafsu untuk memenuhi setiap keinginan. Maka kita harus hati-hati. Jangan-jangan segala kebingungan dan tidak tercapainya keinginan adalah bentuk teguran Allah Swt atas abainya kita terhadap hak-hak Allah Swt.
Adalah sunatullah bahwa kita akan bertemu dengan titik-titik di mana kita malas beramal, enggan beribadah. Hanya saja bagi seorang mukmin, kondisi tersebut harus segera disiasati, tidak dinikmati atau bahkan dijadikan justifikasi dari sabda Rasulullah sebagaimana di atas. Kondisi futur sebenarnya bukan kondisi yang tiba-tiba hadir. Melainkan akumulasi dari maksiat-maksiat kecil yang tidak terasa atau bahkan kita anggap sederhana. Sungguh tidak ada dosa besar kecuali akumulasi dosa kecil. Oleh karenanya, sebelum kita terjerumus ke dalam kefuturan pada level yang semakin tinggi, maka kita harus berupaya segera kembali dan bertaubat pada Allah Swt, berlindung dari segala maksiat, baik kecil maupun besar, sengaja atau tidak.
Kualitas kebaikan hubungan dengan Allah Swt merupakan kunci utama kebahagiaan hidup kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 124: “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka akan Aku timpakan kehidupan yang dhonka/rusak”.
Dalam ayat tersebut, secara eksplisit Allah Swt memperingatkan kita mengenai bahaya berpaling dari Allah Swt, Na’udzubillah. Saat kita mendapati kehidupan yang “dhonka”, maka kita harus melihat kembali kualitas amal kita. Mesti ada yang salah pada hubungan kita dengan Allah Swt saat kita mendapati masalah pada banyak hal dalam hidup kita. Mesti ada yang salah dengan shalat kita, saat kita tak asing lagi dengan maksiat. Mesti ada yang salah tentang cara dan intensitas interaksi kita dengan Al-Qur’an, saat kita mendapati lisan menjadi liar, sering tak terkendali. Mesti ada yang salah pada frekwensi dzikir kita, saat kita merasa dilupakan, bahkan oleh orang-orang terdekat kita. Mesti ada niat-niat yang tak lurus, saat kita mendapati lelah semata untuk setiap pekerjaan yang diamanahkan.
Hanya ada satu cara untuk mengembalikan hati pada ketenangan. Terlukisnya hidup oleh kebahagiaan. Kembali ke pelukan Yang Maha Penyayang.
Kita harus memaksa diri yang kian lemah, untuk kembali bersungguh-sungguh. Kita harus paksa bibir kita untuk melafadzkan kalimat-kalimat thoyyibah, panggil terus menerus asma Allah Swt, mencoba menghayati setiap doa yang teruntai, bacaan yang terlontar. Berusaha agar Allah Swt selalu di hati. Bukan yang lain. Bukan harta, tahta, buah hati, atau bahkan suami/istri. Mulakan kembali semuanya dengan bismillah. Menyebut asma-Nya. Berharap rahmat kasih sayang Allah Swt.
Saat kita mendapat kehidupan yang dhonka/rusak segerakah bertobat kepada Allah Swt minta mapunan atas dosa-dosa yang kita perbuat kepada sesama manusia ataupun kepada Allah Swt. semoga tobat kita diterima Allah Swt, Aamin ya robbal alamin.