Mengenai shalat, Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Shalat seseorang tidak akan diterima ketika dalam perutnya terdapat yang haram.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam). Laynul hadits menunjukkan bahwa riwayat ini dikritik. dalam Tanbihul Ghafilin bahwa mengkonsumsi makanan haram akan membuat hidup tidak bahagia. Tidak sampai di situ, amal perbuatan orang tersebut akan tertolak dan dalam suatu riwayat bahkan disebutkan tidak akan diterima hingga 40 hari.
Ayat yaa ayyuha an-naasa kuluu mimmaa fi al-ardhi halalan thayyiba, suatu hari dibacakan di hadapan Rasulullah Saw., kemudian Saad bin Abi Waqqas berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah Swt agar menjadikanku orang yang dikabulkan doanya.” Rasulullah berkata, “Wahai Saad perbaikilah makananmu maka engkau akan menjadi orang yang dikabulkan doanya. Demi Zat yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh seorang hamba yang memakan sesuap makanan haram dalam perutnya maka tidak akan diterima amal ibadahnya selama empat puluh hari, dan siapa saja yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan tidak halal dan hasil riba maka neraka lebih pantas untuknya.” (HR. Thabrani).
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan tentang tafsir halalan dalam surat Al-Baqarah ayat 168 pada hadis di atas, bahwa alasan Allah Swt memerintahkan hamba-Nya agar hanya memakan makanan yang halal, sebab yang halal itu baik untuk hati, badan dan akal.
Hadis di atas terdapat dalam kitab Mu’jam al-Ausath karya Imam Thabrani dan beliau menghukuminya sebagai hadis yang lemah, namun permasalahan tersebut juga dibahas dalam hadis lain yang memiliki derajat shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan redaksi yang berbeda, tapi tanpa menyebutkan berapa lama doa dan amal ibadah orang itu tertolak.
Sebagaimana dalam hadis berikut diriwayakan HR Muslim, sebagai berikut ini : Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “wahai manusia sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik, dan sungguh Allah memerintahkan orang-orang mukmin sebagaimana yang telah diperintahkan kepasa para rasul. Lalu Allah berfirman, “wahai para rasul, makanlah hal-hal yang baik, bekerjalah dengan benar sesungguhnya aku maha tahu dengan apa yang kalian kerjakan. Wahai orang beriman makanlah hal baik yang telah kami berikan pada kalian. Kemudian Ia menceritakan ada seorang laki-laki yang panjang perjalanannya, rambutnya kusut dan berdebu, sambil menengadahkan tangannya ke langit seraya berkata, ‘Wahai Tuhan, Wahai Tuhan,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan kenyang dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin ia akan dikabulkan permohonannya.” (HR. Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa seseorang yang memakan makanan haram seperti babi, minuman keras atau didapatkan dari usaha yang haram seperti korupsi, maka tidak akan diterima amal perbuatannya serta doanya susah terkabul. Tidak hanya konsumsi makanan haram, begitu juga bagi setiap orang yang memakai barang haram seperti hasil curian.
Menurut Imam Qurthubi, maka mungkin orang tersebut akan diterima amal ibadahnya sedangkan ia melakukan hal yang dilarang, serta hal-hal haram tersebut melekat dan berada dalam tubuhnya. Hal tersebut menjadikannya tidak berhak untuk mendapatkan anugerah terkabulnya doa dan diterimanya amal ibadah.
Penyebab amal ibadah tidak diterima yang pertama adalah karena seseorang meringan-ringankan salat. Meringan-ringankan di sini sama seperti menyepelekan ibadah. Anda mungkin sudah sering melihat orang-orang banyak yang menunda-nunda salatnya demi mengerjakan urusan dunia.
Jangan sampai hal ini terjadi pada kita karena dapat menyebabkan amal ibadah tidak diterima oleh Allah SWT. Imam al-Sahdiq as mengatakan, ”Demi Allah, Bahwasanya ada seorang laki-laki yang melakukan salat selama lima puluh tahun, tetapi tidak ada satupun salatnya yang diterima. Mana ada yang lebih mengerikan dari hal ini, demi Allah, sesungguhnya kalian tahu, baik dari tetangga atau sahabat kalian bahwa orang itu tidak diterima salatnya karena ia meringan-ringankannya.”
Penyebab amal ibadah tidak diterima yang kedua adalah karena durhaka pada kedua orang tua. Nabi selalu memerintahkan kita untuk menghormati orang tua, terutama ibu. Nabi sampai menyebut ibu sampai tiga kali, kemudian baru ayah.
Jangan sampai kita durhaka kepada kedua orang tua. Selalu jaga setiap perkataan dan perbuatan kita agar tidak menyakiti perasaan mereka. Bersikaplah sopan dan lemah lembut setiap berhadapan dengan orang tua. Karena durhaka kepada orang tua, akan membuat amal ibadah tertolak.
Imam ja’far al-shidiq as mengatakan, "Barang siapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan kesal atau benci, maka salatnya tidak diterima."
Do'a dan amal ibadah orang yang mengkonsumsi makanan haram tidak akan Allah terima. Akan tetapi, berapa lama doa dan amal ibadahnya tertolak tidak dapat diketahui sebab riwayat yang menyebut hal itu dhaif, maka bisa saja kurang dari 40 hari atau bahkan lebih.