Pendidikan Islam harus dijauhkan dari materialisme. Apalagi, Pendidikan Islam merupakan salah satu pilar utama yang dimiliki Kementerian Agama yang bertanggungjawab mengawal kualitas generasi muda muslim. Pesan ini disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin, Caringin, Bogor, KH M. Luqmanul Hakim di hadapan jajaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, di Jakarta. KH M. Luqmanul Hakim yang hadir mengisi tausiyah pada acara Buka Bersama di rumah dinas Direktur Jenderal Pendidikan Islam itu mengingatkan pentingnya membentuk generasi muda muslim untuk menjadi umat terbaik (khoiro ummah).
Dan itu hanya bisa dilakukan jika kita mampu menjauhkan proses pendidikan dari materialism,” terang penulis buku Psikologi Sufi ini. Hadir pada acara ini Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Imam Safe’i, para Direktur, pejabat eselon III dan IV, serta pelaksana di lingkungan Ditjen Pendidikan Islam Kemenag. Lebih lanjut KH Luqman menyampaikan, untuk menjauhkan gaya hidup materialisme, anak-anak harus diajari tentang makna pendidikan dan kerja keras. “Pendidikan harus dilakukan dengan kerja keras karena pendidikan enak adalah racun. Anak-anak menjadi sangat manja, mudah frustasi, dan berakhir bisa putus dari Allah Swt
Dirinya juga mengingatkan akan bahaya materialisme. Menurutnya materialisme akan menjauhkan manusia pada Tuhan, karena semua hal perbuatan diukur dengan materi. “Padahal ujung dari semua perbuatan tertuju pada Lillah (Allah Swt). Ia pun mengajak jajaran Ditjen Pendis untuk senantiasa berdoa. "Ada dua doa yang harus selalu kita panjatkan kepada Allah, yaitu agar diberikan ketenangan hati, dan agar diberikan tetap iman," tutur KH Luqmanul Hakim. Orang yang diberi ketenangan hati oleh Allah, dia tidak pernah tersinggung, dan selalu menghadapi masalah dengan mudah. Sementara doa tetap iman agar di akhir hayat kita mampu menyebut Allah Swt.
Referensi sebagai berikut ini ;