Makna : Jika kalian tidak berbuat dosa, Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa lalu mereka minta ampun kepada Allah Swt. Makna : Jika kalian tidak berbuat dosa, Allah akan hilangkan kalian dan Allah Swt akan datangkan kaum lain yang berdosa lalu mereka minta ampun kepada Allah Swt
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi SAW yang artinya sbb ini :
“Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya, jika kalian tidak berbuat dosa Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (HR. Imam Muslim 2.749)
Saudaraku sekalian, hadits ini kalau kita perhatikan seakan-akan mendukung orang-orang yang bebuat dosa. Namun kalau kita melihat penjelasan para ulama, sama sekali tidak menunjukkan kepada hal itu. Makanya hadits ini harus dipahami dengan benar.
Nabi Muhammad SAW mengatakan: “Jika kalian tidak berbuat dosa, Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa lalu mereka minta ampun kepada Allah.” Ini adalah sebatas pengandaian bahwa “Jika kalian tidak berbuat dosa.” Tapi itu tidak mungkin. Kenapa? Karena manusia tempat berbuat dosa. Akan tetapi yang diinginkan oleh Nabi Muhammad SAW dari hadits ini yaitu agar kita senantiasa memohon ampunan kepada Allah, senantiasa kita istighfar kepada Allah, senantiasa kita minta maaf kepada Allah Swt. Karena Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits lain:
“Setiap anak Adam pasti banyak berbuat dosa, dan sebaik-baik yang berbuat dosa adalah yang segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka saudara-saudaraku sekalian, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits ini ingin memberikan kepada kita bahwa Allah itu Maha Pengampun. Saking pengampunnya Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai-sampai kalau kalian tidak pernah berbuat dosa sama sekali -dan itu tidak mungkin, itu mustahil- Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa. Kenapa? Karena Allah Maha Pengampun kepada hamba-hambaNya, Allah sayang kepada hamba-hambaNya.
Saudaraku sekalian. Sebanyak apapun dosa seorang hamba, jika ia istighfar dan minta ampun kepada Allah Swt pasti Allah Swt akan ampuni dosanya. Sebagaimana Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Allah Swt berfirman dalam hadits Qudsi:
“Wahai anak Adam, kalaulah dosamu memenuhi awang-awang di langit, kemudian kamu minta ampun kepadaKu, niscaya Akan akan ampuni dosamu.” (HR. Tirmidzi).
Subhanallah.. Rabb kita Maha Pengampun. Sebanyak apapun dosa yang kita lakukan, asal dengan syarat satu saja, yaitu kita minta ampun kepada Allah, kita bertaubat kepada Allah, kita mengakui dosa kita dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah pasti ampuni dosa kita. Makanya Allah berfirman:
“Katakan kepada hamba-hambaKu yang malampaui batas itu, jangan kalian merasa putus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar 39: 53).
Subhanallah, saudara-saudaraku sekalian, Betapa Allah Swt Maha Pengampun, dimana tidak ada satupun dosa sebesar apapun dosa itu, walaupun itu syirik, jika pelakunya minta ampun Allah pasti ampuni dosanya. Bahkan bukan hanya sebatas diberikan ampunan oleh Allah, tapi juga dibukakan kepada dia pintu-pintu rejeki. MasyaAllah.. Sebagaimana Nabi Nuh berkata kepada kaumnya: “Aku berkata, ‘istighfar kalian, minta ampun kalian kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Allah akan kirimkan kepada kalian hujan yang lebat dan Allah akan berikan kepada kalian harta dan anak-anak dan Allah akan jadikan untuk kalian kebun-kebun dan sungai-sungai yang mengalir.'” (QS. Nuh 71 : 10-13)
Subhanallah.. Lihat saudaraku, suatu bangsa yang istighfar kepada Allah Swt, orang yang istighfar kepada Allah, minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan hanya Allah Swt ampuni dosanya, tapi Allah Swt bukakan kepada dia yaitu pintu-pintu rejeki untuk dia. Subhanallah.. Bukankah itu menunjukkan betapa Allah Swt sangat sayang kepada kita? Bukan hanya dikasih rejeki, tapi Allah pun akan menahan adzab dari suatu negeri yang mereka minta ampun kepada Allah. Allah Swt berfirman:
“Allah tidak akan mengadzab mereka selama mereka istighfar kepada Allah Swt.” (QS. Al-Anfal 8 : 33)
Subhanallah, saudaraku sekalian.. Betapa sayangnya Allah kepada kita? Dimana kalau kita minta ampun kepada Allah, bukan hanya kita diampuni dosa kita, tapi juga diluaskan rezeki kita, sudah begitu Allah hindarkan kita dari adzabNya di dunia dan akhirat.
Allah ingin hamba-hambaNya minta ampun kepadaNya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membuka pintu taubat itu sampai matahari terbit dari barat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa membuka tanganNya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di waktu siang dan Allah membuka tanganNya di waktu siang untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di waktu malam.” (HR. Muslim)
Allah ingin hamba-hambaNya kembali kepadaNya, Allah Swt ingin agar hamba-hambaNya terselamatkan dari adzab karena Allah sayang kepada hambaNya. Tapi hakikatnya yang tidak sayang itu adalah diri kita sendiri. Kita tidak sayang kepada diri kita sendiri ketika kita tidak mau bertaubat kepada Allah Swt, ketika kita tidak mau kembali kepada Allah Swt.
Saudaraku sekalian, sampai kapan kita akan terus berbuat dosa? Apakah belum saatnya kita segera kembali kepada Allah? Sampai kapan kita akan terus bergelimang dalam dosa dan terus berbuat dosa? Lalu kemudian kita ditipu oleh angan-angan sambil berkata, “Nanti saya akan bertaubat setelah saya tua.” Tidak mungkin. Karena jika kita biarkan pohon maksiat itu tumbuh terus di hati kita, ia akan kokoh berakar.
Makanya Ibnu Qudamah mengatakan perumpamaan orang yang mengundur-undur taubat dan istighfar itu seperti orang yang ingin mencabut sebuah pohon. Ketika ia hendak cabut, ternyata pohon itu keras dan kuat. Lalu ia berkata, “Kalau begitu saya akan cabut di tahun yang akan datang.” Ketika tahun yang akan datang dia datang dan dia cabut, ternyata pohon itu semakin kuat sekali.
Demikian pula dosa. Seorang pemuda yang berkata, “Nanti saya akan taubat setelah saya tua, saya ingin menikmati masa muda terlebih dahulu.” Dia biarkan pohon maksiat itu terus tumbuh kokoh di hatinya. Mana mungkin dimasa tuanya ditunjuki oleh Allah untuk taubat? Sementara pohon maksiat itu telah begitu kokoh dan kuat bahkan berakar di hatinya.
Subhanallah, saudara-saudaraku sekalian.. Justru sekarang juga kita taubat kepada Allah Swt, segera kita istighfar kepada Allah, tidak ada kata besok, tidak ada kata nanti. Karena kita tidak tahu kapan ajal akan mendatangi kita. Entah mungkin siang ini kita akan meninggal dunia, entah mungkin esok kita akan kembali kepada Allah Swt entah mungkin lusa orang-orang akan berkata, “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, telah meninggal Si Fulan bin Fulan.” dan Kita tidak tahu.
Maka dari itu, di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memotivasi kita untuk banyak istighfar kepada Allah, untuk minta ampun kepada Allah. Demi Allah, apakah merugi orang yang istighfar kepada Allah? Apa yang dirasakan kerugian oleh orang-orang yang minta ampun kepada Allah? Barangkali dia berkata, “Saya rugi tidak bisa berbuat maksiat.” Yaa Allah, apakah dengan meninggalkan maksiat dia rugi? Justru kerugian itu saat kamu berbuat maksiat. Apa kerugianmu etika kamu kembali kepada Allah? Justru kamu akan diberikan berbagai macam kenikmatan-kenikmatan yang luar biasa.
Sungguh orang yang tidak mau bertaubat dan istighfar itu hakikatnya tidak mau menggunakan akal pikirannya yang waras. Bahwasanya dosa-dosa yang dia lakukan itu hanyalah menyengsarakan dia di dunia dan akhiratnya.
Referensi sebagi berikut ini :