Sabtu, 23 Juli 2022

Dibiarkan Melakukan Maksiat oleh Allah Swt (Bahaya Istidraj)

Ilustrasi Gambar : Dibiarkan Melakukan Maksiat oleh Allah Swt (Bahaya Istidraj)

Dibiarkan Melakukan Maksiat oleh Allah Swt (Bahaya Istidraj), Adakah yang lebih memilukan daripada dibiarkan dan tidak dipedulikan oleh sosok yang semestinya amat menyayangi kita? Jika ada diantara kita yang mengalami hal tersebut, maka segeralah mengingat Allah dan bertaubat kepada-Nya. Dalam terminologi Islam, hal tersebut adalah Istidraj. Bahaya istidraj sangat nampak bagi orang-orang yang tidak lalai atau selalu mengingat segala nikmat Allah SWT.

Ibaratnya orangtua yang diam saja melihat anaknya ditodong moncong senjata tajam, atau orangtua yang membiarkan anaknya bermain di tengah-tengah binatang buas, bukankah ini menunjukkan orangtua tersebut sudah tidak menyayangi anaknya?

Nah, sebenarnya demikian juga kondisinya jika Allah membiarkan kita melakukan maksiat dan tidak menegur kita.

Jangan kira Allah tidak mendatangkan musibah karena sayang… sehingga Ia membiarkan kita melakukan apapun yang diinginkan, namun sebaliknya, jangan-jangan kita dibiarkan bermaksiat karena Allah memang sudah tidak lagi peduli pada diri kita!

Ketahuilah, bahwa Allah hanya melakukan pembiaran ini pada orang kafir dan munafik! Itu sebabnya orang-orang tersebut Allah biarkan bersenang-senang untuk sementara waktu:

(Dikatakan kepada orang-orang kafir): “Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa.” (Q.S. Al-Mursalat: 46)

“Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka.” (QS. Yunus: 11)

“Biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS. Al-An’aam: 91)

“Dan janganlah sekali-kali orang kafir mengira bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka melainkan supaya bertambah tambah dosa mereka.” (QS. Ali Imran:178)

Dari beberapa ayat di atas, jelas terlihat bahwa Allah mengabaikan orang kafir bukan karena menyayangi mereka, namun sebaliknya, karena Allah tak lagi mau menunjukkan Jalan lurusNya pada mereka.

Ciri-ciri Allah membiarkan kita dalam kesesatan?

1. Rezeki dan nikmat Allah makin deras datang, padahal kita meninggalkan ibadah yang wajib maupun sunah

Berhati-hatilah jika kita tak pernah sedekah, tak lagi shalat lima waktu, malas berpuasa, namun nikmat Allah masih saja kita rasakan bertubi-tubi, ini bisa menjadi pertanda Allah tengah melakukan pembiaran terhadap diri kita

“Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut kehendakNya, maka sesungguhnya itu adalah uluran waktu dan penangguhan tempo belaka (istidroj). Kemudian Rasulullah membaca firman Allah dalam surat Al An’am ayat 44 : “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam berputus asa.”(HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

2. Nikmat Allah tetap datang meskipun kita melakukan maksiat

Sering mengerjakan kemaksiatan dan dosa namun Allah tak pernah menimpakan ujian malahan tetap menurunkan kenikmatanNya? Ini juga salah satu ciri istidroj yakni bentuk penangguhan siksa dari Allah.

Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 121)

3. Semakin banyak nikmat malah semakin kikir, bahkan ia mengira kesuksesannya disebabkan karena sifat kikirnya tersebut

Semakin banyak harta malah makin takut bersedekah, enggan berzakat, ini juga ciri nyata dari pembiaran yang Allah lakukan terhadap hambaNya.

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung (harta) lalu dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya.” (QS. Al-Humazah: 1-3)

4. Jarang mengalami sakit, padahal banyak menyia-nyiakan kesehatannya tidak untuk beribadah justru banyak melakukan keburukan dan kerusakan

Jika Allah menyayangi hambaNya, tiap kali melakukan kesalahan biasanya Allah tegur dengan penyakit dan kesempitan rezeki agar hambaNya tersebut kembali mengingatnya. Namun jika tidak, waspadalah barangkali Allah tengah memberi penangguhan dan melakukan pembiaran karena tak lagi peduli pada kesesatan kita. Na’udzubillah.

Imam Syafi’i mengatakan, “Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.”

Sahabat, semoga kita terjauh dari pembiaran yang Allah lakukan (istidraj), karena sungguh hal tersebut adalah kesedihan yang sebenar-benarnya.

Referensi sebagai Berikut ini ;