Jumat, 01 Juli 2022

Perintah Bersikap Ikhlas dan Bertobat bagi Orang-orang Munafik

Al-Quran adalah pedoman bagi umat Islam selama menjalani hidup di dunia ini. Sebagai umat Islam, tentunya harus selalu berpegang kepada Al-Quran. Karena di dalamnyalah terdapat petunjuk dari Allah SWT, baik apa yang diperintahkan-Nya maupun apa yang dilarang-Nya. Kesemuanya haruslah dipatuhi oleh umat Islam agar mendapatkan kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat.

Miswari Budi Prahesti

Setiap surat dan ayat di dalam Al-Quran tentu memiliki keistimewaan masing-masing jika sahabat Dream rutin membacanya serta mengamalkannya. Salah satunya adalah surat An-Nisa ayat 146 yang menjelaskan tentang perintah untuk bersikap ikhlas dan juga bertobat bagi orang-orang yang munafik.

Berikut adalah bunyi dari bacaan surat An-Nisa ayat 146: 

Artinya: “ Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 146).

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang bertobat, memperbaiki diri, dan berpegang teguh pada agama Allah SWT dengan hati yang tulus dan ikhlas, maka nantinya orang-orang tersebut akan dikumpulkan dengan orang-orang yang beriman. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan pahala yang besar sebagai bentuk ganjaran dari Allah SWT.

Ikhlas adalah hal yang tidak bisa dikatakan mudah. Mungkin banyak orang yang memberikan nasihat agar selalu ikhlas dengan apa yang didapatkan, namun dalam pelaksanaannya sangatlah sulit. Meski begitu, hal ini memiliki keutamaan yang sangat luar biasa.

Ikhlas adalah perintah yang langsung diberikan oleh Allah SWT. Di mana ikhlas ini adalah melakukan segala sesuatu dengan hati tanpa meminta imbalan sedikit pun atas apa yang sudah dilakukannya. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT melalui surat Az-Zumar ayat 2 berikut:

Artinya: ”Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar: 2).

Syarat Utama Diterimanya Ibadah, Ikhlas menjadi syarat utama diterimanya ibadah seseorang. Oleh karena itu, setiap umat Islam yang menjalankan ibadah haruslah dilandasi dengan rasa ikhlas. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 berikut:

Artinya:“ Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Al-Bayyinah: 5).

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (Al Hasyr 19) .

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, dalam kitab Al-Jawab Al-Kafi Liman Saala An Ad-Dawa As-Syafi, menjelaskan ayat tersebut menjelaskan semua orang yang suka menyesatkan orang lain dari jalan yang benar dan orang-orang yang mau disesatkan karena teperdaya rayuan dan janji-janji yang muluk-muluk dari orang yang menyesatkan.  

Maksudnya, janganlah sekali-kali orang yang beriman seperti orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah melupakannya. Orang yang lupa kepada Allah, seperti orang munafik dan orang Yahudi Bani Nadir di masa Rasulullah SAW, tidak bertakwa kepada-Nya.  Mereka hanya memikirkan kehidupan dunia saja, tidak memikirkan kehidupan di akhirat. Mereka disibukkan harta dan anak cucu mereka serta segala yang berhubungan dengan kesenangan duniawi. 

Kemudian diterangkan bahwa jika seseorang lupa kepada Allah, maka Allah pun melupakannya. Maksud pernyataan 'Allah melupakan mereka' ialah Allah tidak menyukai mereka, sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan, makin lama mereka makin sesat, sehingga makin jauh dari jalan yang lurus, jalan yang diridhai Allah Swt.  

Oleh karena itu, di akhirat mereka juga dilupakan Allah, dan Allah tidak menolong dan meringankan beban penderitaan mereka. Akhirnya mereka dimasukkan ke dalam neraka, sebagai balasan perbuatan dan tindakan mereka.  

Ditegaskan bahwa orang-orang seperti kaum munafik dan Yahudi Bani Nadir adalah orang-orang yang fasik. Mereka mengetahui mana yang baik (hak) dan mana yang batil, mana yang baik dan mana yang jahat. 

Namun demikian, mereka tidak melaksanakan yang benar dan baik itu, tetapi malah melaksanakan yang batil dan yang jahat. Surat At Taubah ayat 67 pun menjelaskan mengenai Allah yang akan meninggalkan orang yang fasik: 

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.”

Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah Swt, lupa kepada petunjuk-petunjuk agama-Nya dan siksaan-Nya. Lebih tegasnya mereka lupa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.  

Sebagaimana tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajiban berterima kasih atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan setan. Sudah sewajarnya jika Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari karunia  taufik-Nya di dunia dan ganjaran pahala di akhirat.  

Sesungguhnya orang-orang munafik yang tetap dalam kemunafikannya itu merupakan manusia yang paling fasik di dunia ini bahkan mereka lebih rendah dari kafir biasa. Karena orang kafır menutupi hati mereka terhadap keesaan atau adanya Tuhan secara terang-terangan.

Berlainan halnya dengan orang-orang munafik yang sengaja menutupi kesalahan baik mengenai akidah atau pun mengenai akhlak dan tindak-tanduk perbuatan yang jauh menyimpang dari fitrah manusia yang murni dengan berpura-pura menjadi mukmin. 

Ikhlas adalah sifat dasar yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Di mana sikap ini mereka tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat sedang berdakwah dan menjalankan agama Allah SWT. Semuanya dilakukan dengan rasa ikhlas dan semata-mata hanya untuk Allah SWT. Sebagaimana sabda dari Nabi Muhammad saw berikut ini: “ Ällah SWT tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari ridho Allah semata.” (HR. Abu Daud dan Nasaí).

Syarat-syarat Diterimanya Tobat Orang Munafik, Selain menjelaskan tentang ikhlas, dalam surat An-Nisa ayat 146 juga menjelaskan tentang perintah bertobat bagi orang-orang yang munafik. Berikut adalah beberapa syarat diterimanya tobat bagi orang munafik.

  • Menyesali perbuatannya yang pernah dilakukan dan berusaha untuk menjalankan amal sholeh. Di mana hal tersebut mampu untuk menghilangkan sifat munafik yang ada dalam dirinya.
  • Syarat yang kedua adalah dengan melatih diri untuk selalu bersikap jujur. Baik dalam ucapan maupun tindakannya. Selain itu juga belajar untuk menjalankan ibadah sholat secara khusyuk, baik itu saat sholat sendiri maupun saat sholat di depan orang lain.
  • Memiliki perilaku yang baik sebagaimana dengan ajaran di dalam Al-Quran dan juga hadis Nabi. Selain itu juga menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan dari Allah SWT.
  • Syarat yang terakhir agar tobat diterima Allah SWT adalah selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Yakni dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT. Baik itu di saat senang maupun di saat sulit. Dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, hal itu juga menunjukkan bahwa kita sebagai umat Islam tidak melupakan-Nya dalam kondisi apa saja.