Kalau kita memberikan baju pada orang yang telanjang, tapi dia malah merobek dan membuangnya maka pasti kita akan kesal dan marah. Maka Allah Swt. juga akan murka kepada kita ketika Allah Swt. menutup kesalahan kita, lalu dengan santai kita membicarakannya kepada orang-orang? Jika seperti itu jangan harap Allah Swt. akan mengampuni dosa kita.
Apabila setiap orang tidak merasa malu untuk menceritakan dosanya, biasanya ia menjadikan maksiat sebagai perkara yang biasa, sehingga semua orang menganggap enteng berbuat dosa, maka di sanalah bahayanya.
Karena itu dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ، فَيَقُولَ : يَا فُلَانُ، عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا. وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
"Semua umatku diampuni kecuali orang-orang pengumbar (aib sendiri), sungguh buruk seseorang yang melakukan kesalahan dimalam hari, lalu di pagi hari setelah Allah Swt. menutup kesalahannya, dia mengatakan: Wahai Fulan, aku telah berbuat (dosa) begini dan begitu semalam tadi. Padahal Tuhannya telah menutup aibnya, sedangkan dia malah membuka hijab yang Allah Swt. berikan padanya".
Cukuplah kau dan Tuhanmu yang tahu atas aibmu selama dosa itu tidak berdampak mudarat bagi orang lain. Jangan hiraukan mereka yang mengatakan kamu munafik lah, sok alim lah, karena memang begitulah seharusnya, kalau kita mengharapkan ampunan Allah Swt. Munafik adalah orang yang menyembunyikan kekufuran dalam jubah keislaman, sedangkan orang yang menyembunyikan dosanya karena malu pada Allah Swt. lalu menyesal dan bertobat maka dia bukanlah munafik.
Semoga di sepuluh terakhir Ramadan ini Allah Swt. ampuni semua dosa kita, sehingga tidaklah kita meninggalkan bulan mulia ini melainkan dengan keadaan bersih dari dosa. Amin.
Hari akhir amal perbuatan manusia selama di dunia akan diperhitungkan. Ada di antara mereka yang beruntung, namun ada yang mengalami kerugian.
مَثَلُ مَا يُنْفِقُوْنَ فِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيْحٍ فِيْهَا صِرٌّ اَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَاَهْلَكَتْهُ ۗ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
“Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.” (QS Ali Imran 117).
Sebagian orang kafir mungkin menghabiskan uang miliknya di jalan kebaikan. Akan tetapi karena kekafiran mereka, hal itu tidak bermanfaat baginya di kehidupan akhirat. Allah berfirman:
وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا "Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (QS Al Furqan 23).
Allah ﷻ tidak menerima perbuatan baik yang telah mereka kerjakan. Hal ini karena iman merupakan syarat diterimanya amal. Allah ﷻ tidak menerima amal kecuali semata-mata karena-Nya. Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
"Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, 'Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan sekutu, barangsiapa melakukan suatu amalan dengan menyekutukanKu dengan selainKu, Aku meninggalkannya dan sekutunya'." (HR Muslim).
Hal ini juga berpengaruh pada mereka yang beriman, akan tetapi melakukan kemaksiatan. Dari Tsauban dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda:
لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا
"Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia."
Tsauban berkata, "Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya."
Beliau bersabda, "Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka sholat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika kembali kepada apa yang diharamkan Allah, maka mereka terus mengerjakannya." (HR Ibnu Majah).
Referensi sebagai Berikut ini ;