Memaafkan, meminta maaf juga membutuhkan keberanian yang luar biasa. Oleh karena itu, terdapat keterangan mengenai hadis tentang meminta maaf yang juga telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sebab, setiap orang pasti melakukan kesalahan dan saling memaafkan akan menjadi kunci dari ketentraman hati. Bahkan, hal tersebut bisa menjadi sebuah terapi. Menurut studi Nuansa Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan, hasilnya menunjukkan bahwa sikap memaafkan dan meminta maaf dapat dijadikan sebagai terapi kejiwaan. Seperti diketahui, Alquran dapat menjadi peyembuh atau obat, terutama untuk penyakit di dalam hati atau penyakit mental. Alquran hadir sebagai pembelajaran, penyembuh, petunjuk, dan rahmat.
Psikoterapi memaaf dan meminta maaf merupakan bagian dari psikoterapi tasawuf, sebuah upaya psikoterapi yang menggabungkan pendekatan tasawuf dan psikoterapi. Menurut ahli tafsir terkemuka di Indonesia M Quraish Shihab, tidak ditemukan perintah untuk meminta maaf. Namun hal tersebut ditemukan dalam hadis tentang meminta maaf. Dalam hadis, ditemukan perintah untuk berusaha dihalalkan dosa-dosa kepada saudara, yang berarti seseorang diminta meminta maaf atau dimaafkan.
Terdapat beberapa hadis tentang meminta maaf, di antaranya:
1. Hadis tentang Meminta Maaf dan Kezaliman
رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَتَاهُ أَخُوْهُ مُتَنَصِّلاً فَلْيَقْبَل ذَلِكَ مِنْهُ مُحِقّاً كَانَ أَوْ مُبْطِلاً، فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ لَمْ يَرِدْ عَلَيَّ الْحَوْضَ
Artinya: “Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: ‘Barangsiapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat).
(Kelak) jika dia memiliki amal saleh, akan diambil darinya seukuran kezalimannya. Dan jika dia tidak mempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizalimi) kemudian dibebankan kepadanya.” (HR Bukhari)
Satu hal positif yang semestinya dilakukan untuk menghapus perbuatan salah adalah meminta maaf. Ini akan berguna untuk meredam amarah yang ada dalam diri orang yang dizalimi. Penyesalan atas kata-kata atau perbuatan di masa lalu, serta janji untuk tidak mengulangi perbuatan salah berfungsi untuk meredam amarah yang bergejolak dalam diri seseorang yang disakiti.
2. Hadis tentang Meminta Maaf Lebih Dulu
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
Artinya: "Sedekah itu tidak mengurangi harta dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat)."
3. Hadis tentang Meminta Maaf dan Kemuliaan
Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah Allah memberi tambahan kepada seseorang hamba yang suka memberi maaf melainkan kemuliaan.” (HR. Muslim)
Dan hadis lain yang masih memiliki keterkaitan dengan hal ini adalah: “Tidak halal bagi seorang mukmin untuk tak bersapaan dgn saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari.” (HR Muslim)
Memaafkan sama sekali bukan merupakan perkara yang kecil. Dibutuhkan sebuah hati yang lapang dan pikiran yang jernih untuk bisa memaafkan seseorang.
Begitupun meminta maaf dan mengakui kesalahan itu adalah perbuatan yang butuh keberanian besar. Maka, sungguh perbuatan maaf memaafkan sangat dimuliakan oleh Islam.
Sebab, tidak diperkenankan bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya selama lebih dari 3 hari. Kemudian yang paling baik di antara keduanya adalah yang terlebih dahulu memberi salam.
Artinya telah timbul sebuah kelegaan hati dari salah satu di antara mereka yang memiliki potensi mencairkan suasana dan yang lebih indah adalah saat hal tersebut diakhiri dengan saling maaf memaafkan.
Keutamaan Meminta Maaf
Dalam Alquran Allah SWT berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
Artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS Al-A’raf: 199)
Memaafkan adalah salah satu di antara akhlak Islam yang paling utama. Tapi, tak sebanyak itu orang berbicara tentang keutamaan meminta maaf. Padahal, meminta maaf juga merupakan akhlak yang amat mulia yang harus dimiliki oleh umat Islam. Beberapa keutamaan meminta maaf yakni:
4. Memperbaiki Silaturahmi
Selaturahmi akan meningkatkan rasa kedamaian dari pihak-pihak yang pernah berseteru atau pernah mengalami kekeliruan karena suatu hal. Berdamai dengan diri sendiri juga menjadi keutamaan setelah seseorang telah berusaha untuk meminta maaf terlebih dahulu atas kesalahan yang pernah diperbuat. Hadis dari Abu Hurairah RA yang telah disebutkan di atas menunjukkan betapa pentingnya meminta maaf. Bahkan, terdapat ‘ancaman’ kerugian yang luar biasa bagi orang yang terlambat meminta maaf. Misalnya dengan terhapusnya amal-amal baik yang pernah dilakukan atau ditambahkannya amal-amal buruk orang yang pernah dizalimi kepada tumpukan amal buruknya.
5. Kesalahan Karena Memutus Silaturahmi
Meski Rasulullash SAW tetap menganjurkan orang yang dizalimi untuk meminta maaf, tapi orang yang berbuat zalim yang lebih mungkin dihukumi memutus silaturrahim. Padahal Alquran mengancam dengan keras tindakan memutuskan silaturrahim ini. Terkait dengan hal ini, Allah SWT berfirman dalam Alquran:
وَالَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْ ۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۙ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْۤءُ الدَّارِ
(Wallażīna yangquḍụna 'ahdallāhi mim ba'di mīṡāqihī wa yaqṭa'ụna mā amarallāhu bihī ay yụṣala wa yufsidụna fil-arḍi ulā`ika lahumul-la'natu wa lahum sū`ud-dār)
Artinya: “Orang-orang yang merusakkan janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (yakni, silaturrahim), dan mengadakan kerusakan di bumi. Orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (neraka jahanam).” (QS Ar-Ra’d: 25)
Rasulullah SAW juga menegaskan hal ini dengan sabdanya: “Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)” (HR. Bukhari)
6. Kesalahan Akan Menjadi Beban
Perbuatan salah yang dilakukan kepada orang lain akan menjadi beban yang terus memberatkan hati jika belum dimaafkan. Perasaan bersalahpun akan terus menghantui. Kaena termasuk penyambung dalam silaturahmi, Rasulullah SAW menunjukkan bahwa meminta maaf bukan sesuatu yang akan menghinakan, tapi merupakan tindakan yang amat mulia. Sedemikian mulianya sehingga terbukanya pintu surga dan keterbebasan dari neraka sebagai ganjarannya. Terkait dengan ini, Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa saja yang senang diberi lebih banyak rezeki dan umur panjang, maka dia harus menjalin hubungan baik (silaturrahim) dengan orangtua dan saudaranya.” (HR Bukhari)
Dalam hadis tentang meminta maaf ini menunjukkan bagaimana Islam memuliakan silaturahmi, sehingga meminta maaf merupakan bagian dari mempertahankan hal tersebut.
Islam memberi pahala bagi orang yang mampu maaf memaafkan dengan hati ikhlas dan ringan. Perbuatan yang dipandang kecil namun sungguh dibutuhkan usaha yang besar.
Referensi sebagai berikut ini ;