Jumat, 08 Juli 2022

Jangan biarkan iblis memisahkan cinta pasangan suami istri

Miswari Budi Prahesti

Jangan Biarkan Iblis Memisahkan Cinta Kita,Dalam kehidupan sehari-hari, kita bukan hanya berinteraksi dengan sesama manusia, namun secara tidak langsung kita juga berinteraksi dengan berbagai makhluk Allah Swt yang lainnya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Sebagai insan beriman, kita percaya bahwa ada kehidupan lain di samping kehidupan kita sebagai manusia. Kita tidak mengetahui dunia mereka, karena tidak terjangkau oleh pengetahuan kita. Namun kita bisa mengerti sebagian aktivitas dan kehidupan mereka, melalui informasi yang kita dapatkan dari Al Qur'an dan Hadits Nabi Saw.

Makhluk Allah Swt yang tidak kelihatan, contohnya adalah malaikat, jin, setan, iblis dan yang lainnya. Kita memang tidak berkomunikasi secara langsung dengan mereka, namun pengaruh aktivitas mereka bisa mengenai kita. Di antara makhluk Allah tersebut, ada yang berinteraksi secara positif dan memberikan pengaruh positif bagi manusia, dialah malaikat. Namun ada makhluk Allah yang berinteraksi secara negatif dan memberikan pengaruh negatif pula bagia manusia, dialah iblis, setan dan bala tentaranya.

Pengaruh negatif setan, iblis dan bala tentaranya, bisa menyebabkan kehancuran sebuah keluarga yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya. Nabi Saw memberikan informasi bahwa iblis selalu berusaha untuk memisahkan suami dari istrinya. Mereka senang jika kehidupan pernikahan menjadi rusak, dan berujung kepada perceraian. Kemampuan bala tentara iblis menggoda manusia yang tertinggi dan terhebat adalah ketika berhasil membuat suami dan istri bercerai. Godaan terhadap manusia dalam aneka bentuk lain, dianggap belum seberapa tingkatnya.

Iblis Menggoda Manusia untuk Meninggalkan Pasangannya.

Bukan hanya satu iblis yang bekerja untuk memisahkan suami istri, namun mereka adalah suatu pasukan yang selalu berkoordinasi dan berkonsolidasi. Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut), kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, "Aku telah melakukan begini dan begitu". Iblis berkata, "Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun". Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, "Aku tidak meninggalkannya hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya". Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, "Sungguh hebat engkau" (HR Muslim no 2813).

Dari penjelasan Nabi Saw tersebut, tampak iblis sangat menghendaki perceraian antara suami dan istri. Syaikh As-Sa'di menjelaskan dalam kitab Taisir Al-Karim Ar-Rahman, "Padahal kecintaan yang terjalin diantara pasangan suami istri (sangatlah kuat) tidak bisa disamakan dengan rasa cinta yang ada pada selain keduanya; karena Allah telah berfirman tentang pasangan suami istri "wa ja'ala bainakum mawaddatan wa rahmah" dan Allah Swt menjadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang".

Al Munawi dalam kitab Faidhul Qadir menjelaskan, "Hadits ini menunjukan akan sesuatu yang sangat menakutkan tentang pencelaan terhadap perceraian. Perceraian merupakan tujuan terbesar iblis yang terlaknat karena mengakibatkan terputusnya keturunan. Dan bersendiriannya anak keturunan Nabi Adam (tanpa istri atau tanpa suami) akan mudah menjerumuskan mereka ke perbuatan zina yang termasuk dosa-dosa besar yang paling besar menimbulkan kerusakan dan yang paling menyulitkan".

Sedemikian kuat misi untuk membuat kerusakan hidup berumah tangga, sehingga mereka terus berusaha untuk melakukan dengan berbagai macam cara, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah Swt: "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu). Sebab itu, janganlah kamu kafir."

"Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui" (QS. Al Baqarah : 102).

Allah menyebutkan dalam ayat ini bahwasanya yang dipelajari oleh mereka dari Harut dan Marut hanyalah "apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya" dan tidak menyebutkan hal-hal yang lain. Padahal sihir bisa berpengaruh pada banyak aspek dalam kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan, demikian banyak usaha yang dilakukan oleh bala tentara iblis dalam memisahkan suami dan istri, dan demikian banyak cara yang akan dilakukan untuk merusak hubungan pernikahan, termasuk dengan sihir.

Manivestasi Godaan Pada dasarnya, perceraian selalu ada intervensi iblis dan bala tentara mereka, dengan beragam manivestasinya. Ada sangat banyak penyebab dan pemicu perceraian, namun kondisi-kondisi itu dipengaruhi oleh godaan yang dihembuskan oleh iblis dan kawan-kawan serta sekutu-sekutunya. Tidak bisa dinyatakan cerai pasti disebabkan oleh setan atau iblis, namun cerai pasti ada intervensi atau pengaruh dari setan atau iblis dan makhluk jahat lainnya, terlepas apapun yang menjadi penyebab utamanya.

Salah satu menivestasi setan dalam menggoda manusia adalah dengan tazyin yaitu memperindah atau menjadikan tampak indah suatu tampilan serta kejahatan. Diriwayatkan dari Jabir Ra bahwa Rasulullah Saw melihat seorang perempuan maka beliau datang ke isterinya, Zainab yang sedang menggosok kulit (binatang) miliknya yang hendak disamak, lalu beliau menunaikan hajat dengan istrinya. Kemudian beliau keluar ke sahabat-sahabatnya dan bersabda: "Sesungguhnya perempuan itu menghadap ke muka dalam bentuk setan, dan (menghadap) ke belakang dalam bentuk setan (pula). Maka apabila salah satu di antara kalian melihat seorang perempuan (yang membuat tertarik), hendaklah ia datang ke isterinya, karena hal itu akan menenangkan apa yang ada pada dirinya yakni gejolak syahwat". (Hadits Riwayat Muslim).

Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengutip penjelasan Mujahid rahimahullah, "Ketika perempuan menghadap ke depan (datang), maka setan duduk di atas kepalanya lalu menghiasinya (memperindah) untuk orang yang melihatnya, dan ketika perempuan itu menghadap ke belakang (pergi), setan duduk di atas bagian belakangnya lalu ia memperindahnya untuk orang yang melihatnya".

Ketika seorang suami melihat dan memperhatikan perempuan lain, setan mulai bekerja tazyin dengan memperindah 'penampakan' perempuan tersebut, sehingga menjadi sangat elok dan menarik dalam pandangan lelaki. Setelah lelaki ini mulai tertarik, maka kerja setan meningkat dengan mempengaruhi mereka berdua untuk semakin dekat dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Makin intens komunikasi dan interaksi mereka, tampak semakin asyik, indah dan menyenangkan. Perasaan asyik, indah dan menyenangkan ini adalah aktivitas tazyin yang dilakukan setan dalam level yang semakin tinggi.

Semakin asyik dalam komunikasi dan interaksi, membuat lelaki dan perempuan semakin berani untuk melakukan tindakan lebih jauh lagi. Hingga mereka terseret ke dalam perzinahan, bahkan bisa berulang-ulang mereka lakukan. Tindakan buruk dan jahat ini tampak indah dan sangat mereka nikmati. Ini kerja setan pada level berikutnya, memperindah perbuatan buruk sampai mereka terus menerus mengulang tindakan buruk itu.

Namun sepandai-pandai manusia menyembunyikan kejahatan, ada masanya terbongkar pula kejahatan tersebut.  Ketika perselingkuhan sampai tahap perzinahan itu diketahui pasangan, maka setan menggoda mereka untuk bertengkar dan saling emosi. Akhirnya terjadi pertengkaran hebat antara suami dan istri yang dipicu oleh perselingkuhan. Pertengkaran yang semakin memuncak, bisa berdampak mereka memilih untuk bercerai. Sempurna kerja setan dalam menyesatkan dan menggoda manusia, sampai merusak kebahagiaan hidup berumah tangga.

Perbuatan selingkuh itu dosa, apalagi sampai tingkat perzinahan, itu adalah dosa yang sangat besar dan merusak. Dosa-dosa itu terjadi karena mengikuti godaan setan. Manivestasi godaan setan, iblis atau jin jahat pada zaman modern ini sangat beragam. Bisa melalui smartphone, gadget, atau sarana dan teknologi canggih lainnya. Namun perbuatan dosa itu selalu dipengaruhi oleh godaan setan dan kawan-kawannya dari kalangan makhluk jahat, apapun manivestasinya.

Kuatkan Iman, Jauhi Godaan Karena demikian kuat usaha yang dilakukan makhluk jahat tersebut dalam menggoda manusia, maka hendaknya suami dan istri selalu berusaha untuk menepis dan menjauhinya. Ada beberapa upaya untuk membuat godaan iblis, setan dan kawan-kawannya tidak bisa mempengaruhi kehidupan keluarga kita.

Pertama, dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Hal ini membuat suami dan istri selalu berusaha menjaga diri dari kesalahan, kemaksiatan, penyimpangan dan dosa. Keimanan dan ketaqwaan yang dimiliki seseorang, membuat dirinya tidak mudah terpengaruh godaan iblis dan setan. Hal ini terjadi karena orang-orang yang beriman dan bertaqwa selalu berada dalam pengawasan dan penjagaan Allah Swt Yang Maha Perkasa.

Selain itu, orang-orang yang beriman dan bertaqwa juga akan selalu berusaha untuk berbuat sebaik-baiknya terhadap pasangan, karena hal itu bagian dari perintah Allah Swt. Mu'asyarah bil ma'ruf berinteraksi dengan baik terhadap pasangan adalah perintah Allah Swt yang harus dilakukan oleh suami dan istri yang beriman. Orang beriman tidak akan mentelantarkan dan menyia-nyiakan pasangan, karena mereka takut dosa dan takut berbuat aniaya.

Kedua, dengan selalu menjaga makna perjanjian yang diucapkan saat akad nikah. Akad nikah adalah janji atas nama Allah, yang menghalalkan lelaki dan perempuan untuk bergaul sebagai suami dan istri. Apalagi di Indonesia ditambah dengan perjanjian taklik yang tertera dalam buku nikah, hal ini semakin mengikat kesetiaan suami dan istri. Walaupun perjanjian ijaq qabul saat akad nikah, serta perjanjian taklik, diucapkan serta dibaca oleh pihak laki-laki, namun pada dasarnya itu adalah perjanjian yang mengikat kedua belah pihak, baik laki-laki maupun perempuan.

Dengan terjadinya prosesi akad nikah, maka terikatlah suami dan istri dalam perjanjian yang sakral, yang wajib mereka jaga. Perjanjian itu tidak boleh dirusak dengan semena-mena, karena ia adalah mitsaqan ghalizha, ikatan sakral, yang dibuat atas nama Allah. Perjanjian ini berlaku seumur hidup mereka, karena tidak boleh dibatasi oleh waktu. Maka Islam pada dasarnya tidak menghendaki adanya perceraian, kendatipun cerai dibolehkan untuk menjadi solusi atas kasus-kasus tertentu yang sangat spesifik.

Ketiga, dengan pembinaan diri secara intensif. Kedua upaya tersebut di atas, tidak akan bisa terwujud dalam diri suami atau istri kecuali hanya dengan usaha pembinaan diri yang bersungguh-sungguh. Maka hendaknya suami dan istri berusaha untuk terus menerus membina diri agar bisa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, serta menjadi manusia yang mampu menjaga perjanjian yang telah dibuatnya. Kuncinya ada pada upaya pembinaan diri yang serius, terus menerus dan berkelanjutan.

Semua manusia adalah lemah dan penuh kekurangan. Maka cara untuk menjadi kuat adalah dengan membina diri, menempa diri, menjaga kebaikan diri secara kolektif, bersama komunitas orang-orang salih. Jika kita tidak berusaha untuk membina diri bersama komunitas orang-orang salih, maka kita mudah untuk tergelincir ke dalam kesalahan dan pelanggaran. Kita mudah tergoda oleh ajakan setan yang tampak indah serta menyenangkan, padahal ujungnya sangat buruk dan mengerikan.

Kuatkan iman bersama orang-orang salih yang saling menjaga kebaikan, agar iblis dan setan tak mampu merusak cinta di dalam keluarga kita. semoga keluarga kita dijauhkan dari jin perusak rumah tangga anatar suami dan istri.


Referensi sebagai berikut ini :