Hal ini berakibat fatal, yaitu: rusaknya iman tauhid, karena syirik merupakan dosa paling besar. Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah SWT selama pelakunya (musyrik) tidak bertaubat kepada-Nya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS an-Nisa’ [4]: 48).
Dosa besar ternyata tidak hanya syirik, melainkan sangat beragam dan hampir pasti sering dilakukan oleh sebagian manusia. Menurut Nabi SAW, ada tujuh macam dosa besar yang dapat membinasakan manusia.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda: “Jauhilah tujuh dosa yang dapat membinasakan. Shahabat bertanya: Apa itu ya Rasulullah? Jawab Nabi SAW: (1) syirik kepada Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali yang hak (dibenarkan), (4) makan harta riba, (5) memakan harta anak yatim, (6) melarikan diri dari peperangan (pengecut), dan (7) menghukum mati para mukminat yang baik-baik dengan tuduhan zina” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Disadari atau tidak, sebagian dosa tersebut pernah diperbuat manusia, terutama jika hatinya gelap atau tidak lagi disinari oleh cahaya Ilahi. Jika hati nurani manusia telah terkunci mati, hidupnya akan dijajah oleh hawa nafsu dan godaan setan.
Apabila ketujuh dosa tersebut dilakukan, maka akibatnya, para pendosa besar itu pasti akan binasa, menjadi manusia yang berperilaku liar seperti binatang buas, dan hidupnya sengsara dan tidak bermakna, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Ancaman Allah terhadap pendosa besar di akhirat kelak adalah masuk neraka Jahannam.
Di antara faktor penyebab seseorang berbuat dosa besar adalah kurang dan lemahnya iman, kerasnya hati, kuatnya bujuk rayu setan, pengaruh lingkungan pergaulan yang buruk, derasnya arus materialisme, kuatnya iming-iming menjadi kaya dengan jalan pintas, dan minimnya pendidikan agama yang memadai.
Selain itu, dosa besar boleh disebabkan oleh taklid buta, mengikuti kepercayaan nenek moyang yang keliru, seperti dosa syirik yang diperbuat oleh masyarakat Jahiliyah.
Mereka menyembah berhala karena orang tua dan nenek moyang mereka melakukan hal yang sama. Karena itu, pendidikan tauhid harus mampu merubah sikap mental peserta didik untuk tidak taklid buta lagi, dan ditransformasi menjadi ittiba’ (mengikuti ajaran atas dasar pemahaman ilmu pengetahuan) dan sikap tajdid (pembaruan pemikiran).
Namun demikian, sebesar apapun dosa yang dilakukan manusia, Allah itu Maha Pengampun dan Penerima taubat. Jika pelaku dosa besar ini mau bertaubat dengan sungguh-sungguh, pasti Allah Swt akan mengampuninya.
Dalam hal ini, Ibn ‘Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada yang disebut dosa besar jika diakhiri dengan istighfar (bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah); dan tidak yang disebut dosa kecil jika dilakukan secara terus-menerus.” (HR. Ibn Abi ad-Dunya)
Karena itu, jangan pernah meremehkan dosa-dosa kecil; karena jika dibiarkan dan terus-menerus dilakukan, maka dosa kecil itu akan menjadi dosa besar.
Sebaliknya jangan pernah berkecil hati terhadap dosa besar; karena dosa besar ini akan segera mengecil, dan bahkan menjadi nihil, jika pelakukan bersungguh-sungguh dalam bertaubat dan memohon ampunan Allah Swt, serta berkomitmen untuk tidak pernah mengulanginya lagi.
Pada saat melakukan dosa besar, seseorang boleh jadi bersikap acuh takacuh. Pendosa besar mungkin tidak pernah tahu akan akibat dan konsekuensi logis yang akan dialaminya. Yakinlah bahwa perbuatan dosa, apalagi dosa besar, akibatnya juga besar.
Tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Pada saat di dunia, hati pendosa besar akan semakin kelam dan perilaku juga buruk, sedangkan di akhirat nanti, ancaman hukuman siksa neraka pasti tidak akan bisa dihindari, selama sang pendosa tidak bertaubat, kembali ke jalan yang benar dan beristighfar.
Semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu bertaubat, beristighfar, dan memohon pertolongan kepada-Nya, dalam kondisi suka maupun duka, di saat menderita apalagi saat bahagia, untuk tidak sama sekali melakukan dosa besar, karena akibatnya pasti lebih besar: dosa-dosa itu tidak diampuni dan dibalas dengan siksa neraka yang superdahsyat.
Selain berujung pada perbuatan dosa, maksiat juga memiliki efek domino yang membuat seorang menjadi sulit menjalani hidup. Dan tak jarang banyak manusia yang terjerumus dalam lembah kemaksiatan. Melansir dari About Islam, berikut ini dampak buruk dari perbuatan dosa dan maksiat terhadap kehidupan seorang hamba di dunia.
1. Hilangnya pengetahuan
Hal pertama yang terpengaruh adalah pengetahuan seseorang. Pengetahuan bagaikan cahaya, yang Allah masukkan ke dalam hati hamba-hambanya yang bertakwa, sementara orang yang sering melakukan maksiat akan memadamkan cahaya pengetahuan tersebut.
2. Merasa jauh dari Allah
Layaknya berhubungan dengan seseorang, jika Anda menyakiti hati orang lain, ia tidak akan menyukai Anda dan tidak akan dianggap lagi, begitu pula gambaran hubungan sesorang dengan Allah. Jika sering maksiat bukannya lebih dekat dengan Allah, ia malah lebih dekat dengan setan.
3. Hidup menjadi sulit
Hal selanjutnya adalah hidup menjadi sulit dan doa tak kunjung juga dikabulkan. itulah salah satu efek orang yang rajin melakukan maksiat.
4. Melemahkan tubuh
Sebagai seorang mukmin, sumber kekuatannya adalah dari dalam hatinya. Oleh karena itu maksiat dan dosa dapat melemahkan tubuh seorang mukmin, seorang yang rajin melakukan maksiat, walaupun jiwa dan raganya kuat, pada kenyataannya ia adalah seorang yang paling lemah ketika menghadapi ujian di kehidupan.
5. Memperpendek umur
Seorang yang berbuat kebaikan akan dipermudah hidupnya karena selalu diberkahi. Sedangkan, seseorang yang sering berbuat dosa dan maksiat tidak mendapatkan keberkahan di segala hal yang ia kerjakan. Maksiat akan memperpendek umur seseorang, sementara perbuatan baik akan menambah umur dan keberkahannya.
6. Menyepelekan dosa
Satu maksiat akan mengundang maksiat lainnya, sehingga terasa berat bagi si hamba untuk meninggalkan kemaksiatan. Namun jika seseorang sering berbuat dosa, lama-kelamaan ia akan merasa dosa itu tidak apa-apa lalu akan melakukan dosa yang lebih besar karena merasa dosa yang sebelumnya belum ada apa-apanya. Dia tidak lagi peduli dengan pandangan manusia dan tidak peduli dengan ucapan mereka. Bahkan ia bangga dengan maksiat yang dilakukannya.
7. Hidup orang Orang berdosa menjadi tidak berarti
Karena ketaatan dilambangkan sebagai cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan. Orang yang sering melakukan maksiat akan menggelapkan hatinya, Jika kegelapan itu semakin banyak di dalam hati, akan berakbat menyesatkan orang tersebut.
Bila kegelapan itu semakin pekat, maksiat akan akan menguasai dirinya dan lama-kelamaan akan merasa tidak berarti hidup di dunia ini
Referensi Sebagai Berikut ini ;